BRI Danareksa Naikkan Target Harga Saham SILO: Laba Melesat!

Ifonti.com , JAKARTA — Analis dari BRI Danareksa Sekuritas mengambil langkah penyesuaian untuk saham PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO). Meskipun merevisi turun target harga saham SILO, BRI Danareksa tetap mempertahankan rekomendasi “beli” bagi emiten yang bergerak di sektor rumah sakit tersebut.

Keputusan untuk memangkas target harga ini tidak terlepas dari revisi proyeksi pendapatan dan laba bersih SILO untuk tahun 2025. Proyeksi tersebut kini diperkirakan akan lebih rendah dari estimasi sebelumnya.

Dalam riset terbarunya yang diterbitkan pada Jumat (22/8/2025), BRI Danareksa menetapkan rekomendasi beli dengan target harga Rp2.600 per lembar saham untuk SILO. Angka ini merupakan penurunan dari target sebelumnya sebesar Rp2.850 per lembar. Meski demikian, estimasi harga baru ini masih menyiratkan potensi imbal hasil sekitar 20,93% dari harga penutupan saham SILO pada akhir pekan lalu.

Pada perdagangan Jumat (22/8/2025), harga saham SILO terpantau menguat tipis 0,94% ke level Rp2.150 per lembar. Namun, patut dicatat bahwa secara year-to-date (YtD), saham ini masih mencatatkan koreksi signifikan sebesar 33,64%.

Meskipun performa harga saham sepanjang 2025 masih menunjukkan koreksi, analis BRI Danareksa Sekuritas, Ismail Fakhri dan Wilastita Muthia, tetap melihat Siloam memiliki kinerja fundamental yang stabil. Fondasi ini kokoh berkat upaya konsisten SILO dalam meningkatkan pendapatan, didukung oleh investasi pada perangkat medis mutakhir, kemampuan merekrut dokter subspesialis berkualitas, serta bauran pasien swasta yang kuat.

Menurut analisis mereka, sepanjang paruh pertama 2025, SILO baru membukukan laba bersih sebesar 42% dari estimasi laba bersih tahun penuh 2025 yang diproyeksikan sebesar Rp1,1 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa pencapaian Siloam belum menyentuh separuh dari prediksi analis, sejalan dengan pertumbuhan pendapatan SILO yang hanya 2% secara tahunan (year-on-year/YoY).

Para analis berpendapat, pertumbuhan pendapatan yang melambat ini terutama disebabkan oleh volume pasien rawat inap yang menurun 7% YoY dan volume rawat jalan yang hanya tumbuh tipis 2% YoY. Mereka mengaitkan perlambatan ini dengan jumlah hari kerja yang lebih sedikit pada paruh pertama 2025.

Namun, meskipun volume pasien menurun, pendapatan dari rawat inap dan rawat jalan tetap menunjukkan pertumbuhan masing-masing sebesar 3% dan 8% secara tahunan. Pertumbuhan ini didukung oleh kontribusi yang lebih baik dari segmen pasien out-of-pocket atau pasien umum.

Secara rinci, Siloam mencatatkan 151.489 pasien rawat inap sepanjang paruh pertama 2025, angka ini turun 7,7% YoY. Di sisi lain, kunjungan rawat jalan Siloam masih stabil di atas 2,08 juta.

Di balik angka-angka tersebut, pendapatan SILO dari segmen BPJS melemah 4% YoY, sementara pendapatan dari asuransi swasta dan korporasi stagnan. Ismail dan Wilastita menambahkan, “Volume SILO juga terdampak oleh keputusan untuk menutup beberapa kemitraan asuransi karena piutang yang tidak berkelanjutan dan permintaan diskon yang tinggi.”

Dengan mempertimbangkan hasil kinerja Siloam sepanjang paruh pertama 2025, BRI Danareksa memangkas target pendapatan dan laba SILO untuk tahun 2025 masing-masing sebesar 7% dan 14%. Penyesuaian ini mengimplikasikan pertumbuhan pendapatan sebesar 3% YoY, yang lebih rendah dari target manajemen SILO sebesar 5%–10% YoY.

Analis menjelaskan bahwa pemangkasan tersebut dilakukan karena BRI Danareksa cenderung berhati-hati terhadap prospek volume SILO pada paruh kedua 2025. “Hal ini meskipun ada potensi perbaikan dalam pendapatan asuransi swasta, karena manajemen mencatat bahwa diskusi awal dengan pihak asuransi swasta menunjukkan pertumbuhan rasio klaim yang kini melambat ke single-digit YoY dibandingkan high double-digit tahun lalu,” demikian pernyataan mereka.

Kinerja Keuangan Semester I/2025 SILO

Pada periode Januari—Juni 2025, SILO berhasil membukukan pendapatan senilai Rp6,10 triliun. Angka ini menunjukkan peningkatan moderat 1,46% YoY.

Dari 17 rumah sakit Siloam yang tersebar di seluruh Indonesia, kontribusi pendapatan terbesar berasal dari Rumah Sakit Siloam MRCCC Semanggi. Rumah sakit khusus penanganan kanker ini membukukan pendapatan senilai Rp776,40 miliar pada paruh pertama 2025, tumbuh tipis 0,13% YoY dari Rp775,37 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Sementara itu, Rumah Sakit Siloam Lippo Village justru mencatatkan sedikit penyusutan pendapatan, dengan hanya membukukan Rp700,22 miliar pada paruh pertama 2025, turun dari Rp702,14 miliar pada periode yang sama 2024.

Seiring dengan peningkatan pendapatan, Siloam juga mencatatkan beban pokok pendapatan yang meningkat menjadi Rp3,80 triliun pada periode Januari–Juni 2025, naik dari Rp3,65 triliun pada periode yang sama 2024.

Sebagai hasilnya, Siloam mampu mencatatkan laba bruto senilai Rp2,30 triliun pada periode ini, sedikit menurun dari Rp2,36 triliun pada periode yang sama 2024. Namun, kabar baiknya, beban pajak Siloam susut signifikan, menjadi hanya Rp165,31 miliar pada paruh pertama 2025.

Penurunan beban pajak inilah yang menjadi salah satu faktor kunci di balik kemampuan Siloam untuk tetap mencatatkan pertumbuhan laba bersih periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk. Laba bersih SILO melesat 45,35% YoY menjadi Rp456,82 miliar pada paruh pertama 2025, dari Rp314,28 miliar pada periode yang sama 2024.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

Ringkasan

BRI Danareksa Sekuritas merevisi turun target harga saham PT Siloam International Hospitals Tbk. (SILO) menjadi Rp2.600 per lembar, dari sebelumnya Rp2.850, namun tetap mempertahankan rekomendasi “beli”. Penurunan target harga ini didasari oleh revisi proyeksi pendapatan dan laba bersih SILO untuk tahun 2025 yang diperkirakan lebih rendah dari estimasi sebelumnya.

Meskipun target harga dipangkas, analis melihat fundamental Siloam masih stabil didukung oleh upaya meningkatkan pendapatan, investasi pada perangkat medis, dan rekrutmen dokter subspesialis. Pada semester I/2025, SILO membukukan pendapatan Rp6,10 triliun dan laba bersih melonjak 45,35% YoY menjadi Rp456,82 miliar, meskipun pertumbuhan pendapatan melambat akibat penurunan volume pasien rawat inap.