Ifonti.com JAKARTA. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) terus menunjukkan keseriusannya dalam melakukan diversifikasi bisnis. Langkah ini diambil sebagai strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan perusahaan pada komoditas batubara.
Menurut Direktur Bumi Resources, Christopher Fong, upaya diversifikasi ini sebenarnya telah berjalan beberapa tahun terakhir. Buktinya, pada tahun 2024, kontribusi pendapatan dari segmen non-batubara termal telah mencapai 5% dari total pendapatan konsolidasi BUMI. Sementara itu, 95% sisanya masih berasal dari bisnis batubara termal.
Dengan adanya ekspansi yang signifikan, termasuk akuisisi tambang tembaga dan emas Wolfram Limited (WFL) di Australia, BUMI optimis kontribusi pendapatan dari sektor non-batubara termal akan meningkat menjadi 10% dalam waktu dekat, tepatnya pada tahun 2025.
“Kami menargetkan pada tahun 2031, komposisi pendapatan antara batubara dan non-batubara akan seimbang, yaitu 50% untuk masing-masing segmen,” ungkap Christopher Fong dalam sebuah paparan publik pada Senin, 1 Desember 2025.
Saham Bumi Resources (BUMI) Rutin Dilepas UBS, Simak Rekomendasi Sahamnya
Sebagai informasi, BUMI secara resmi memegang 100% saham WFL pada awal November 2025. Hal ini terwujud setelah pembelian tambahan 400.670 saham (0,32%) dengan nilai transaksi mencapai Rp 2,21 miliar atau sekitar AUD 200.335. Sebelumnya, pada 8 Oktober 2025, BUMI telah mengakuisisi 99,68% saham perusahaan tersebut.
Selain akuisisi, BUMI juga berencana menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I BUMI Tahap III Tahun 2025 dengan nilai pokok sebesar Rp 780 miliar. Sebagian besar dana yang diperoleh dari penerbitan obligasi ini, yakni sekitar Rp 340,88 miliar, akan digunakan untuk ekspansi, khususnya pembayaran nilai akuisisi terhadap Jubilee Metals Limited, sebuah perusahaan tambang emas yang berbasis di Australia.
Tidak hanya itu, sekitar Rp 333,60 miliar dari dana obligasi tersebut akan dialokasikan untuk pembayaran uang muka atas rencana akuisisi PT Laman Mining, sebuah perusahaan tambang bauksit yang beroperasi di Indonesia.
Direktur Bumi Resources, Rio Supin, menambahkan bahwa proses akuisisi Jubilee Metals Limited telah dimulai sejak awal tahun 2025. BUMI berencana mengakuisisi maksimal 65% saham perusahaan tambang yang berlokasi di Queensland tersebut. Saat ini, BUMI belum memiliki rencana untuk menambah kepemilikan sahamnya di Jubilee Metals Limited.
“Fokus utama kami saat ini adalah memastikan tambang ini dapat beroperasi sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan,” jelas Rio Supin dalam acara yang sama.
Untuk Laman Mining, BUMI akan mengakuisisi maksimal 45% saham perusahaan tersebut, sesuai dengan perjanjian awal yang telah disepakati.
Hingga saat ini, BUMI masih memprioritaskan penyelesaian tahap awal akuisisi dan belum ada pembicaraan lebih lanjut dengan pemilik Laman Mining terkait kemungkinan penambahan porsi kepemilikan saham oleh emiten yang terafiliasi dengan Grup Bakrie tersebut.
Kepala Riset Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai bahwa langkah ekspansi agresif BUMI melalui akuisisi beberapa perusahaan tambang mineral merupakan strategi yang tepat untuk mendorong transformasi jangka panjang perusahaan.
Potensi pendapatan dari segmen non-batubara akan semakin meningkat jika masing-masing tambang yang diakuisisi dapat mencapai level operasi yang optimal.
Namun, BUMI juga harus menghadapi berbagai tantangan, termasuk kebutuhan capital expenditure (capex) yang tinggi, risiko leverage, dan penyesuaian arus kas yang membutuhkan waktu. “Target kontribusi pendapatan sebesar 50% untuk segmen non-batubara sangat mungkin tercapai, tetapi perlu dilihat bagaimana eksekusi dan pendanaannya,” terang Muhammad Wafi pada Senin (1/12).
Secara keseluruhan, kinerja BUMI dalam waktu dekat diperkirakan masih akan menghadapi tantangan seiring dengan ketidakpastian yang masih membayangi industri batubara. Volume penjualan batubara BUMI sebenarnya berpotensi tumbuh pada tahun 2026, asalkan kondisi cuaca tetap mendukung dan aktivitas ekspor berjalan normal.
Muhammad Wafi merekomendasikan trading buy saham BUMI dengan target harga di level Rp 260 per saham. Pada penutupan perdagangan Senin (1/12), harga saham BUMI mengalami penguatan tipis sebesar 0,82% ke level Rp 246 per saham.
Ringkasan
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sedang aktif melakukan diversifikasi bisnis untuk mengurangi ketergantungan pada batubara. Pada tahun 2024, pendapatan dari segmen non-batubara mencapai 5%, dan perusahaan menargetkan peningkatan menjadi 10% pada tahun 2025 setelah akuisisi tambang tembaga dan emas Wolfram Limited (WFL) di Australia. Target ambisius BUMI adalah mencapai komposisi pendapatan 50% dari sektor non-batubara pada tahun 2031.
Selain akuisisi WFL, BUMI juga berencana menerbitkan obligasi untuk ekspansi, termasuk akuisisi Jubilee Metals Limited (tambang emas di Australia) dan PT Laman Mining (tambang bauksit di Indonesia). Analis menilai ekspansi ini sebagai strategi tepat untuk transformasi jangka panjang, meskipun BUMI akan menghadapi tantangan terkait capex, risiko leverage, dan penyesuaian arus kas. Rekomendasi saham BUMI adalah trading buy dengan target harga Rp 260 per saham.