Ifonti.com JAKARTA – Mayoritas indeks saham utama di bursa Asia menunjukkan penguatan pada perdagangan Senin (18/8/2025) pagi. Pada pukul 08.29 WIB, kinerja pasar menunjukkan dinamika yang bervariasi di seluruh kawasan. Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin kenaikan signifikan dengan melesat 180,51 poin atau 0,42% ke level 43.554,98. Senada, indeks Hang Seng Hong Kong juga menguat tipis 23,27 poin atau 0,09% ke 25.293,34, diikuti oleh ASX 200 Australia yang naik 16,84 poin atau 0,19% ke 8.955,50, dan FTSE Malaysia yang menanjak 1,79 poin atau 0,11% ke 1.578,03.
Namun, pergerakan positif tersebut tidak terjadi di semua pasar regional. Indeks Taiex Taiwan tercatat menurun 29,58 poin atau 0,13% ke 24.302,64, sementara Kospi Korea Selatan anjlok 32,83 poin atau 1,02% ke 3.192,83. Straits Times Singapura juga melemah 12,27 poin atau 0,29% ke 4.128,71, menandakan bahwa bursa Asia bergerak cenderung mixed di tengah kehati-hatian investor.
Kondisi pasar yang bervariasi ini terutama dipicu oleh kewaspadaan investor yang mencermati perkembangan geopolitik. Perhatian utama tertuju pada perundingan penting antara Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang dijadwalkan pada Senin (18/8/2025). Pertemuan ini menjadi fokus setelah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) AS-Rusia yang berlangsung akhir pekan lalu dilaporkan berakhir tanpa adanya eskalasi ketegangan geopolitik lebih lanjut, demikian menurut laporan dari Bloomberg.
Bursa Asia-Pasifik Bergerak Beragam, Investor Menanti Pemangkasan Suku Bunga The Fed
Pasca KTT AS-Rusia yang tidak menghasilkan sanksi baru terhadap Moskow maupun para pembeli minyak mentahnya, fokus investor kini sepenuhnya beralih ke perundingan Trump-Zelenskiy di Washington. Para pelaku pasar berharap dapat memperoleh petunjuk arah yang jelas mengenai prospek pasar dari hasil pertemuan tersebut.
Selain dinamika geopolitik, para pedagang juga mengalihkan perhatian mereka ke agenda penting lainnya, yaitu pertemuan tahunan Federal Reserve (The Fed) di Jackson Hole. Pidato Ketua The Fed Jerome Powell akan dicermati secara seksama untuk mencari sinyal kuat terkait potensi penurunan suku bunga acuan pada bulan September. Kebijakan moneter The Fed menjadi salah satu faktor penentu utama arah pasar keuangan global.
Andrew Hollenhorst, kepala ekonom di Citi Research, seperti dikutip oleh Reuters, memberikan pandangannya terkait ekspektasi pasar terhadap Jerome Powell. “Ketua Powell kemungkinan akan memberikan sinyal bahwa risiko terhadap mandat ketenagakerjaan dan inflasi mulai seimbang, yang akan mempersiapkan The Fed untuk kembali mengembalikan suku bunga acuan ke netral,” jelas Hollenhorst. Ia menambahkan, “Namun Powell tidak akan secara eksplisit memberikan sinyal penurunan suku bunga pada bulan September, karena masih menunggu laporan ketenagakerjaan dan inflasi bulan Agustus.”
Bursa Asing Mengekor Kenaikan Wall Street, Dipicu Harapan Pemangkasan Suku Bunga
Meski demikian, menurut Hollenhorst, kondisi ini akan tetap cukup netral bagi pasar, mengingat pasar telah sepenuhnya memperhitungkan kemungkinan penurunan suku bunga pada bulan September. Data menunjukkan bahwa pasar memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar seperempat poin mencapai sekitar 85% pada pertemuan The Fed tanggal 17 September. Lebih lanjut, pasar juga memproyeksikan adanya pelonggaran kebijakan moneter tambahan pada bulan Desember, mencerminkan optimisme investor terhadap arah kebijakan The Fed ke depan.