JAKARTA. Bursa Asia memulai perdagangan pagi ini, Selasa (26/8/2025), dengan performa yang lesu, tertekan oleh koreksi di Wall Street serta pernyataan kontroversial dari Presiden AS Donald Trump mengenai China. Pada pukul 08.21 WIB, sejumlah indeks utama di kawasan ini menunjukkan pelemahan signifikan.
Indeks Nikkei 225 Jepang terperosok 1,08% ke level 42.345,35, diikuti oleh Hang Seng Hong Kong yang dibuka melemah 0,45% ke 25.714,91. Situasi serupa juga terlihat di Taiex Taiwan yang turun 0,33% menjadi 24.197,95 dan Kospi Korea Selatan yang anjlok 0,78% ke 3.184,94. Indeks ASX 200 Australia tidak luput dari tekanan, melemah 0,41% ke 8.936.
Sementara itu, FTSE Straits Times Singapura juga mencatat penurunan 0,33% ke 4.242,53. Berbeda dengan tren mayoritas, indeks FTSE Malay KLCI Malaysia justru berhasil menguat tipis 0,11% mencapai 1.604,16, menjadi salah satu pengecualian di tengah sentimen negatif pasar regional.
Pelemahan di pasar Asia-Pasifik ini sebagian besar dipicu oleh koreksi yang terjadi di bursa saham Wall Street semalam, di mana investor kini lebih mencermati setiap pernyataan Presiden AS Donald Trump terkait kebijakan luar negeri, khususnya terhadap China.
Kekhawatiran investor semakin meningkat setelah Presiden AS Donald Trump memecat Gubernur Federal Reserve (The Fed) Lisa Cook pada Senin (25/8/2025) malam di Amerika Serikat. Langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menandai eskalasi signifikan dari serangannya terhadap bank sentral AS, menimbulkan ketidakpastian dalam kebijakan moneter.
Selain itu, pasar juga diguncang oleh ancaman Trump yang dilaporkan akan memberlakukan tarif “200% atau semacamnya” kepada China apabila negara tersebut tidak mengekspor magnet tanah jarang ke AS. Retorika ini kembali memicu kekhawatiran perang dagang yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi global.
Investor juga tengah menyoroti pertemuan antara presiden Korea Selatan dan AS. Diskusi tersebut membahas penyempurnaan kerangka kerja kesepakatan perdagangan yang telah diumumkan bulan lalu, yang menetapkan tarif 15% atas ekspor Korea Selatan ke AS, menambah kompleksitas dinamika perdagangan internasional.
Di tengah gejolak tersebut, saham di pasar China menjadi sorotan utama. Indeks CSI 300 China melanjutkan tren penguatannya untuk sesi keempat berturut-turut, melonjak lebih dari 2% pada hari Senin. Fenomena menarik lainnya adalah indeks Nasdaq Golden Dragon China, yang mencakup saham-saham China yang terdaftar di AS, justru mengakhiri sesi Senin dengan kenaikan, meskipun indeks acuan utama di Wall Street mengalami penurunan.
Semalam di Amerika Serikat, ketiga indeks acuan utama menutup perdagangan dengan pelemahan. Indeks Nasdaq yang didominasi saham teknologi turun 0,22% ke level 21.449,29. Sejalan dengan itu, indeks S&P 500 ditutup melemah 0,43% ke level 6.439,32, sementara indeks Dow Jones Industrial Average yang beranggotakan 30 saham industri utama anjlok 349,27 poin, atau setara 0,77%, ke level 45.282,47.
Adapun kontrak berjangka ekuitas AS menunjukkan sedikit perubahan pada awal sesi Asia. Para investor kini menantikan rilis laporan keuangan dari raksasa chip Nvidia serta pembacaan indikator inflasi pilihan Federal Reserve AS, yang akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter dan prospek pasar.
Intip Rekomendasi Saham dan Proyeksi IHSG dari MNC Sekuritas untuk Hari Ini (26/8)