Bursa Asia Mayoritas Melemah di Pagi Ini (7/11), Indeks Nikkei 225 Turun Paling Dalam

Ifonti.com JAKARTA – Pasar saham Asia memulai perdagangan pagi hari ini, Jumat (7/11/2025), dengan mayoritas indeks bergerak di zona merah. Pada pukul 08.20 WIB, tren pelemahan terlihat jelas di berbagai bursa regional, mengikuti sentimen negatif global. Indeks Nikkei 225 Jepang anjlok signifikan sebesar 1,65% menuju level 50.043,99. Tak berbeda jauh, Indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,51% ke posisi 26.350,74.

Kondisi serupa juga membayangi bursa lain di kawasan ini. Indeks Taiex Taiwan mencatat penurunan 0,55% menjadi 27.744,87, sementara indeks Kospi Korea Selatan ambles 1,26% ke 3.975,58. Di Australia, indeks ASX 200 ikut tertekan, melemah 0,15% ke 8.815. Hanya FTSE Straits Times Singapura yang berhasil melawan arus dengan kenaikan 0,61% ke 4.512,24, meskipun FTSE Malay KLCI Malaysia justru melemah 0,14% ke 1.616,62.

Fenomena ini terjadi di tengah kabar positif lain, di mana berita sebelumnya menyoroti bahwa BREN dan BRMS siap menjadi incaran investor asing setelah resmi masuk MSCI, menunjukkan dinamika yang kompleks di pasar modal regional.

Pelemahan yang terjadi di pasar Asia-Pasifik ini adalah respons langsung terhadap kinerja Wall Street pada sesi sebelumnya, yang ditutup merosot tajam. Kekhawatiran mendalam mengenai valuasi saham-saham teknologi yang terlalu tinggi, khususnya di sektor kecerdasan buatan (AI), menjadi pemicu utama sentimen negatif ini.

Sejumlah saham perusahaan AI raksasa di pasar saham Amerika Serikat mengalami koreksi signifikan. Nama-nama besar seperti Nvidia, Microsoft, Palantir Technologies, Broadcom, dan Advanced Micro Devices mencatat penurunan yang membebani performa keseluruhan pasar AS. Koreksi ini menciptakan efek domino ke bursa-bursa global, termasuk di Asia.

Dampak dari sentimen negatif terhadap saham AI sangat terasa di Jepang. Indeks acuan Nikkei 225, yang pada pembukaan sesi anjlok 1,38% (sedikit berbeda dari data penutupan awal), mengalami tekanan berat dari saham-saham terkait AI. SoftBank terpangkas hampir 8%, Advantest (produsen peralatan pengujian semikonduktor) ambles lebih dari 6%, Renesas Electronics (produsen chip) turun 4%, dan Tokyo Electron (produsen peralatan produksi chip) juga melemah 1,56%.

Selain faktor global, perhatian investor di Asia juga tertuju pada rilis data perdagangan China untuk bulan Oktober yang dijadwalkan hari ini. Para ekonom yang disurvei Reuters memproyeksikan perlambatan ekspor secara signifikan menjadi 3% secara year-on-year, anjlok dari lonjakan 8,3% pada September. Sementara itu, impor juga diperkirakan menurun menjadi 3,2% dari 7,4% di bulan sebelumnya.

Estimasi pelemahan ekonomi China ini diakibatkan oleh berbagai faktor domestik yang membebani. Permintaan domestik yang masih lesu, kemerosotan sektor properti yang berkepanjangan, meningkatnya ketidakpastian lapangan kerja, serta kebijakan pengurangan stimulus yang berfokus pada konsumsi menjadi penyebab utama di balik proyeksi angka-angka tersebut.

Gambaran umum mengenai tekanan ini telah tercermin dalam berita sebelumnya, yang menegaskan bahwa Wall Street: Dow, S&P 500 dan Nasdaq Ditutup Melemah Tertekan Valuasi Saham Teknologi, menggarisbawahi kekhawatiran pasar yang meluas.

Meskipun demikian, ada sedikit harapan terlihat dari kontrak berjangka AS yang menunjukkan penguatan tipis pada awal sesi perdagangan Asia, menyusul aksi jual besar-besaran terhadap saham teknologi pada hari Kamis.

Pada penutupan sesi sebelumnya, indeks-indeks utama Wall Street memang mengalami tekanan serius. Dow Jones Industrial Average terpangkas 398,70 poin atau 0,84%, mengakhiri perdagangan di level 46.912,30. Indeks S&P 500 juga tak luput dari pelemahan, turun 1,12% ke 6.720,32, sementara Nasdaq Composite yang banyak dihuni saham teknologi, anjlok 1,9% ke 23.053,99. Ini menegaskan betapa rentannya pasar terhadap sentimen negatif terkait valuasi teknologi.