Ifonti.com JAKARTA. Perdagangan di bursa Asia pada Selasa (16/9/2025) pagi menunjukkan pergerakan bervariasi, meskipun mayoritas indeks utama berhasil mencatatkan penguatan. Pada pukul 08.22 WIB, dinamika pasar tercermin dari kinerja beberapa indeks kunci di kawasan tersebut.
Indeks Nikkei 225 Jepang menjadi satu-satunya yang mengalami koreksi tipis, turun 39,94 poin atau 0,09% ke level 44.704,51. Sebaliknya, sejumlah indeks lain tampil solid. Indeks Hang Seng Hong Kong melesat 90,07 poin (0,34%) mencapai 26.536,63, diikuti oleh Taiex Taiwan yang melonjak 173,27 poin (0,67%) ke 25.487,58. Penguatan signifikan juga terjadi pada Kospi Korea Selatan, yang naik 27,69 poin (0,81%) ke 3.433,75. Di pasar saham Australia, ASX 200 menguat 21,10 poin (0,24%) ke 8.874,10. Sementara itu, Straits Times Singapura bertambah 3,64 poin (0,08%) menjadi 4.342,23, dan FTSE Malaysia memimpin penguatan dengan kenaikan 17,28 poin (1,09%) ke 1.600,13.
Mengutip laporan Bloomberg, optimisme meluas di bursa Asia didorong oleh pembukaan positif di pasar saham Jepang, Australia, dan Korea Selatan. Kondisi ini membawa Indeks MSCI Asia Pasifik mendekati rekor tertinggi sepanjang masanya, mengindikasikan sentimen positif yang kuat di seluruh wilayah Asia.
Dorongan positif bagi pasar saham Asia juga datang dari Amerika Serikat. Ekspektasi mengenai pelonggaran kebijakan suku bunga oleh bank sentral AS, The Fed, mendorong indeks S&P 500 melampaui level 6.600 pada penutupan perdagangan Senin kemarin. Hal ini menunjukkan betapa besar pengaruh kebijakan moneter global terhadap arah pergerakan pasar regional.
Sentimen investor semakin membaik dengan adanya perkembangan positif terkait kesepakatan kerangka kerja antara Amerika Serikat dan China, yang salah satu topiknya mencakup platform TikTok. Rencana Presiden AS Donald Trump untuk berdialog dengan Presiden China Xi Jinping pada Jumat mendatang juga turut mendorong harapan akan stabilitas hubungan ekonomi antara kedua negara adidaya tersebut.
Proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada September semakin menguat. Ini didukung oleh tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja AS dan tidak adanya kejutan inflasi yang signifikan. Namun, pertanyaan krusial yang kini menjadi sorotan pasar adalah laju pelonggaran kebijakan moneter setelah bulan September, mengingat tingkat inflasi masih berada jauh di atas target bank sentral sebesar 2%.
“Sekarang diskusi akan beralih ke seberapa agresif The Fed akan bertindak,” ujar Chris Larkin dari E Trade, Morgan Stanley, seperti dikutip oleh Bloomberg. Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa langkah The Fed selanjutnya akan menjadi faktor penentu utama arah pasar global di masa mendatang.
Bursa Asia Bergerak Variasi pada Senin (12/9) Pagi, Pasar Cermati Keputusan The Fed