Bursa Asia Menguat Tipis Seiring Berakhirnya Penutupan Pemerintah AS

JAKARTA, Ifonti.com – Optimisme menyelimuti bursa saham Asia pada perdagangan pagi Rabu (12/11/2025). Pasar regional terpantau menguat signifikan, didorong oleh harapan besar bahwa Kongres Amerika Serikat akan segera mengakhiri krisis penutupan (shutdown) pemerintah federal yang telah berlangsung lama. Berdasarkan laporan Bloomberg pada pukul 08.15 WIB, mayoritas indeks acuan menunjukkan kenaikan. Indeks Nikkei 225 Jepang memimpin dengan lonjakan 300,89 poin atau 1,01% mencapai 30.245,90, diikuti oleh Kospi Korea Selatan yang naik 18,62 poin (0,45%) ke 4.127,17. Sementara itu, ASX 200 Australia menguat 17,71 poin (0,20%) ke 8.836,50, Straits Times Singapura bertambah 7,55 poin (0,15%) menjadi 4.550,30, dan FTSE Malaysia naik 5,22 poin (0,32%) ke level 1.640,65.

Kenaikan substansial di pasar saham Asia pada sesi awal perdagangan ini tidak terlepas dari perkembangan positif di Washington. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat sedang bersiap untuk memberikan suara pada sebuah rancangan undang-undang krusial. Langkah ini diharapkan tidak hanya memulihkan pendanaan bagi berbagai lembaga pemerintahan federal yang terhenti, tetapi juga secara definitif mengakhiri penutupan pemerintah yang telah dimulai sejak 1 Oktober dan kini tercatat sebagai yang terpanjang dalam sejarah AS.

Di antara pasar regional, saham Australia tampil menonjol dengan kenaikan sebesar 0,2%. Penguatan ini sebagian besar dipicu oleh kinerja cemerlang sektor komoditas, khususnya saham-saham pertambangan litium yang menunjukkan performa impresif. Tak kalah gesit, indeks Topix Jepang juga melonjak signifikan sebesar 0,6%, menandakan sentimen positif yang merata di seluruh kawasan.

Sentimen positif ini semakin diperkuat oleh sinyal dari pasar global, terutama Wall Street, yang turut menyambut baik prospek pembukaan kembali pemerintahan AS. Para analis pun sepakat. “Sentimen pasar global membaik setelah Senat AS mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) untuk mengakhiri penutupan pemerintah AS yang paling lama dalam sejarah,” ungkap analis dari Westpac dalam laporan riset yang dikutip Reuters pada Rabu (12/11/2025). Mereka menambahkan optimisme bahwa Dewan Perwakilan Rakyat diharapkan akan segera menyetujui RUU tersebut dalam beberapa hari ke depan, menuntaskan kebuntuan anggaran yang selama ini menghantui.

Di tengah minimnya rilis data dari lembaga pemerintah federal yang terimbas shutdown, perhatian para pelaku pasar beralih ke indikator ekonomi lainnya. Data pekerjaan mingguan dari ADP yang dirilis pada hari Selasa menjadi sorotan. Laporan tersebut mengungkapkan bahwa perusahaan swasta mengalami kehilangan rata-rata 11.250 pekerjaan per minggu selama empat minggu yang berakhir pada 25 Oktober, sebuah angka yang mengindikasikan perlambatan di sektor tenaga kerja.

Data pekerjaan yang lesu ini sontak memicu ekspektasi baru di kalangan pedagang pasar. Mereka kini semakin meningkatkan spekulasi akan adanya pelonggaran kebijakan moneter yang lebih lanjut dari Federal Reserve (The Fed). Berdasarkan perangkat FedWatch CME Group, kontrak berjangka dana Fed mengindikasikan probabilitas tersirat sebesar 68% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan bank sentral AS berikutnya yang dijadwalkan pada 10 Desember. Angka ini mengalami kenaikan signifikan dari peluang 62% yang tercatat sehari sebelumnya, mencerminkan keyakinan pasar terhadap pergeseran sikap The Fed.