KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pasar saham domestik Indonesia kini tengah merasakan derasnya aliran dana asing atau capital inflow yang signifikan. Dalam kurun waktu sepekan terakhir, aktivitas net foreign buy di keseluruhan pasar mencapai angka impresif Rp 4,84 triliun, menandakan kepercayaan investor global terhadap prospek ekonomi Tanah Air.
Fenomena masuknya investasi asing ini bukan hal baru; tren positif tersebut bahkan telah berlangsung selama enam bulan terakhir, dengan akumulasi net foreign buy menembus Rp 16,18 triliun di seluruh pasar. Angka ini menegaskan minat berkelanjutan investor terhadap aset-aset Indonesia.
Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, memproyeksikan bahwa potensi capital inflow akan tetap terbuka lebar di masa mendatang. Menurutnya, ada beberapa sentimen kuat yang menjadi daya tarik utama bagi dana asing untuk mengalir ke pasar saham Indonesia.
Faktor eksternal, seperti peluang pemangkasan tingkat suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserves/The Fed) dan potensi perlambatan perekonomian AS, secara paradoks justru menciptakan peluang. Kondisi ini memberikan ruang dan kesempatan bagi capital inflow untuk beralih ke pasar negara berkembang atau emerging market, dan Indonesia menjadi salah satu tujuan utama yang diuntungkan.
Di sisi internal, fundamental ekonomi Indonesia yang membaik serta stabilitas pasar di tengah gejolak global turut menjadi magnet kuat. Ini mendorong investor asing untuk kembali mengalihkan perhatian dan dana mereka ke bursa saham domestik.
Meskipun secara teknikal Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami konsolidasi dan bergerak dalam rentang 8.350-8.480 saat ini, Nico Demus melihat secara fundamental IHSG masih memiliki peluang kuat untuk mencatatkan kenaikan signifikan ke depan.
Wika Gedung (WEGE) Bangun Kantor OJK Sumatra Utara, Nilai Kontrak Rp 144,37 Miliar
Senada dengan pandangan tersebut, Angga Septianus, Community and Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), menambahkan bahwa berbagai stimulus domestik, digabungkan dengan potensi pemangkasan suku bunga The Fed dan pelonggaran kebijakan moneter di Amerika Serikat, berpotensi besar mendorong arus dana asing kembali membanjiri pasar keuangan Indonesia.
Angga juga menyoroti fenomena window dressing yang berpeluang mulai terlihat sejak bulan ini, terutama pasca proses rebalancing MSCI pada tanggal 25 November. Secara historis, bulan Desember memiliki probabilitas tinggi untuk ditutup dalam zona hijau seiring dengan aksi window dressing yang menjadi tradisi akhir tahun.
Meski demikian, Nico Demus menilai tanda-tanda window dressing belum sepenuhnya muncul hingga kini. Namun, ia optimis bahwa momentumnya akan mulai tampak pada pekan depan, seiring semakin dekatnya pengujung tahun.
Lebih lanjut, Nico menjelaskan bahwa rebalancing portofolio dan proses realokasi aset turut menjadi pemicu pasar untuk bergerak menguat. Ini juga mendorong pelaku pasar dan investor untuk menata ulang strategi investasi mereka, sembari mencermati prospek yang menjanjikan hingga tahun 2026.
Untuk investasi ke depan, Nico Demus memproyeksikan bahwa sektor-sektor seperti energi, teknologi, industri, bahan baku, properti, serta konsumer nonsiklikal akan menjadi incaran utama investor asing. Sementara itu, Angga Septianus merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham-saham dengan dividend yield menarik yang banyak dikoleksi institusi besar, seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), serta saham-saham perbankan yang fundamentalnya kuat.
Pendapatan dan Laba Astra Graphia (ASGR) Tumbuh, Ini Kata Analis