Ifonti.com JAKARTA. PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (CBDK), emiten properti yang terafiliasi dengan grup Sugianto Kusumo alias Aguan, berhasil menorehkan kinerja gemilang pada paruh pertama tahun 2025. Perusahaan menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam pendapatan neto dan laba bersih, menandai periode positif di tengah dinamika pasar.
Pendapatan neto CBDK tercatat sebesar Rp 1,19 triliun per semester I 2025, melonjak tajam 23,31% dibandingkan Rp 969,40 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Segmen penjualan tanah dan bangunan menjadi pilar utama, menyumbang pendapatan sebesar Rp 1,19 triliun. Kontribusi lainnya datang dari segmen sewa lahan sebesar Rp 448,34 juta dan segmen lain-lain sebesar Rp 2,72 miliar. Laba bersih juga tidak kalah impresif, tumbuh 25,73% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 516,99 miliar per semester I 2025, dari sebelumnya Rp 411,17 miliar di semester I 2024.
Presiden Direktur CBDK, Steven Kusumo, menjelaskan bahwa kenaikan kinerja ini didorong oleh peningkatan serah terima produk, khususnya pada kuartal kedua, yang juga turut memacu pertumbuhan laba kotor sebesar 29% YoY mencapai Rp 726 miliar. Kontributor terbesar pendapatan CBDK pada semester I 2025 berasal dari penjualan kavling tanah komersial di CBD PIK 2. Selain itu, segmen hunian juga berperan penting, ditopang oleh proyek rumah milenial untuk generasi muda serta Permata Hijau Residences yang menawarkan hunian premium di lokasi strategis.
“Besarnya kontribusi dari penjualan kavling tanah komersial di CBD PIK 2, ditambah pertumbuhan signifikan pada produk komersial seperti Bizpark PIK 2 dan Rukan Milenial, mencerminkan kepercayaan pasar yang terus meningkat,” kata Steven dalam keterangan resminya, Selasa (19/8/2025). Meskipun demikian, CBDK baru mencatatkan pendapatan prapenjualan atau marketing sales sebesar Rp 294 miliar di semester I 2025. Angka ini baru mewakili 15% dari target tahun 2025 yang sebesar Rp 2 triliun.
Sepanjang semester I 2025, kekuatan utama prapenjualan CBDK masih berasal dari segmen lahan komersial yang menyumbang Rp 247 miliar atau 84% dari total prapenjualan. Sisanya, sekitar Rp 56 miliar, berasal dari kontribusi produk komersial. Steven Kusumo mengakui bahwa kondisi pasar saat ini cenderung lebih selektif. “Sehingga, perseroan terus berkomitmen untuk menghadirkan produk berkualitas yang selaras dengan kebutuhan pelanggan dan perkembangan kawasan PIK2,” ujarnya dalam keterbukaan informasi tanggal 8 Agustus 2025. Hingga 30 Juni 2025, total aset perseroan tercatat sebesar Rp 22 triliun, naik 8% dibandingkan akhir 2024, diiringi kenaikan kas dan setara kas sebesar 31% menjadi Rp 4,6 triliun.
Melihat capaian ini, Head of Research Kiwoom Sekuritas, Liza Camelia Suryanata, menilai bahwa marketing sales CBDK menjadi yang paling lemah di antara emiten properti lain yang telah merilis laporan semester I 2025. Namun, Imam Gunadi, Analis Ekuitas PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), memiliki pandangan lain. Menurutnya, pertumbuhan kinerja CBDK yang double digit per semester I 2025 didorong oleh penjualan kavling di CBD PIK2 dan pertumbuhan produk komersial seperti Bizpark PIK2 dan Rukan Milenial.
Meskipun marketing sales CBDK baru mencapai 15% dari target tahunan, Imam Gunadi menganggap hal tersebut masih wajar. “Sebab, ada berbagai sentimen negatif yang lebih bersifat makro pada semester I 2025 yang membuat konsumen lebih menahan diri untuk berinvestasi atau membeli properti,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (21/8).
Prospek dan Rekomendasi Saham
Dengan cadangan lahan seluas 698 ha dan strategi pemasaran yang adaptif, CBDK optimistis dapat mencapai target tahunan serta memperkuat posisinya sebagai pemain kunci dalam pengembangan kawasan komersial dan residensial di wilayah strategis Jakarta Utara. Peluncuran Rukan Pasar Milenial di PIK2 diharapkan menjadi katalis bagi pertumbuhan kawasan komersial di area tersebut. Selain itu, kinerja usaha CBDK juga akan terus didorong melalui pembangunan proyek ikonik, seperti Nusantara International Convention & Exhibition (NICE) seluas kurang lebih 123.000 meter persegi yang mampu menampung hingga 100.000 orang, serta Hotel Hilton Jakarta PIK2 dengan 271 kamar eksklusif, yang menjadi bukti nyata komitmen menghadirkan nilai tambah berkelanjutan.
“Kami percaya, dengan cadangan lahan yang berlokasi di jantung PIK2, strategi yang responsif, dan kolaborasi yang solid, CBDK dapat terus menjadi pendorong utama pertumbuhan kawasan komersial dan residensial di wilayah strategis PIK2,” tegas Steven Kusumo. Dari sisi makro, Liza Camelia Suryanata melihat ruang pelonggaran kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) akan menjadi sentimen positif bagi emiten properti ke depan. “Ini meringankan KPR dan meningkatkan sentimen pembelian,” katanya, merujuk pada penurunan suku bunga BI sebesar 25 basis poin ke 5% pada RDG bulan Agustus 2025.
Namun demikian, Liza juga menyoroti masalah daya beli masyarakat yang masih rapuh sebagai tantangan di semester II. Selain itu, marketing sales CBDK yang masih jauh dari target memerlukan dorongan ekstra, sehingga risiko target tak tercapai bisa terjadi jika peluncuran produk tertunda. Oleh karena itu, Liza belum memberikan rekomendasi untuk saham CBDK. Sebaliknya, Imam Gunadi memproyeksikan adanya kemungkinan konsumen menantikan pemangkasan lanjutan suku bunga BI di semester II untuk menekan biaya, sehingga “Marketing sales CBDK akan mengalami kenaikan signifikan pada semester II ini didukung oleh kebijakan moneter yang lebih longgar,” ungkapnya.
Secara valuasi, harga saham CBDK sebenarnya tergolong lebih premium dibandingkan dengan kompetitor, seperti PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) atau PT Ciputra Development Tbk (CTRA). Melansir RTI, price to earning ratio (PER) CBDK tercatat sebesar 32,48x dan price to book value (PBV) 4,05x. “Saham CBDK baru akan menarik untuk dibeli jika berhasil terkonfirmasi melewati level harga Rp 6.375 per saham,” ungkap Imam, memberikan panduan bagi para investor.