DOID Batal Akuisisi Tambang Australia: Rekomendasi Analis & Dampaknya

Rencana besar PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) untuk mengakuisisi tambang batubara metalurgi di Dawson Complex, Australia, kini dipastikan batal direalisasikan.

Keputusan penting ini terungkap setelah anak usaha terkendali DOID, PT Bukit Makmur Internasional (BMI), menerima surat pemberitahuan dari Peabody Energy Corporation pada 19 Agustus 2025. Surat tersebut secara resmi mengakhiri perjanjian yang telah terjalin antara BMI dan Peabody sejak 25 November 2024, terkait rencana akuisisi 51% saham di Dawson Complex.

Pembatalan ini terjadi secara bersamaan dengan pengumuman dari Peabody yang juga telah mengakhiri perjanjian pembelian aset steel making coal miliknya dengan Anglo American. Kegagalan mencapai kesepakatan mengenai Material Adverse Change menjadi penyebab utama di balik pembatalan ganda ini.

Meskipun demikian, Direktur DOID Dian Paramita dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (20/8/2025) menegaskan bahwa tidak terdapat dampak material langsung terhadap kondisi keuangan, operasional, maupun kelangsungan usaha perusahaan secara konsolidasian.

Terlepas dari pembatalan ini, DOID tetap menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan portofolio asetnya secara selektif dan hati-hati. Pendekatan strategis ini berfokus pada penambahan aset berkualitas guna memperkuat basis yang ada dan mendukung pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.

Sebelumnya, pada 25 November 2024, DOID melalui BMI telah menandatangani perjanjian mengikat dengan Peabody SMC Pty Ltd, anak usaha Peabody Energy Corporation, untuk mengakuisisi 51% saham di Dawson Complex senilai US$ 455 juta.

Berdasarkan rencana awal, BMI akan mendanai Peabody untuk akuisisi Dawson. Selanjutnya, Peabody akan mentransfer Dawson Complex ke BMI, setelah penyelesaian transaksi dengan Anglo American dan pemenuhan syarat hak pre-emptive terkait Dawson serta kondisi-kondisi lainnya. Proses penyelesaian akuisisi ini mulanya ditargetkan rampung pada tahun 2025, namun kini harus terhenti karena pembatalan tersebut.

Secara terpisah, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, memberikan pandangannya terkait pembatalan akuisisi ini. Menurut Indy, kegagalan DOID mengakuisisi tambang batubara metalurgi di Dawson Complex berpotensi memengaruhi pertumbuhan pendapatan emiten secara jangka panjang, terutama jika perusahaan gagal menemukan tambang pengganti yang sesuai di kemudian hari.

Indy menambahkan, jika DOID memang berniat kembali mengincar tambang batubara, perusahaan jasa pertambangan ini wajib lebih selektif dan mempertimbangkan berbagai aspek secara matang, termasuk aspek pendanaan. Hal ini menjadi krusial mengingat industri batubara saat ini masih diselimuti ketidakpastian akibat tren pelemahan harga komoditas global, membuat aksi korporasi seperti akuisisi tambang bukan perkara mudah bagi suatu perusahaan.

Secara umum, tantangan bisnis bagi DOID diproyeksikan masih cukup berat sepanjang sisa tahun ini seiring volatilitas harga batubara global, meskipun emiten ini memiliki keunggulan diversifikasi bisnis. “DOID perlu dipantau terus terkait beban utang dan pendanaan proyek ke depannya,” imbuh Indy pada Rabu (20/8/2025) malam.

Melihat kondisi ini, Indy menyarankan investor untuk mengambil sikap wait and see terhadap saham DOID, dengan target harga di level Rp 464 per saham.

Ringkasan

PT BUMA Internasional Grup Tbk (DOID) membatalkan rencana akuisisi 51% saham di Dawson Complex, tambang batubara metalurgi di Australia, setelah anak usahanya, PT Bukit Makmur Internasional (BMI), menerima surat pemberitahuan dari Peabody Energy Corporation. Pembatalan ini disebabkan kegagalan mencapai kesepakatan mengenai Material Adverse Change dan tidak berdampak material langsung terhadap kondisi keuangan DOID.

Meskipun akuisisi batal, DOID tetap berkomitmen meningkatkan portofolio aset secara selektif. Analis menyarankan investor untuk wait and see terhadap saham DOID karena pembatalan akuisisi berpotensi memengaruhi pertumbuhan pendapatan jangka panjang. DOID perlu lebih selektif dalam mengincar tambang batubara dan mempertimbangkan pendanaan di tengah volatilitas harga batubara global.