Dolar AS Bangkit! Stabil di Awal Pekan Setelah Melemah

Ifonti.com SINGAPURA. Dolar Amerika Serikat (USD) menunjukkan pergerakan yang relatif tenang pada Senin (18/8/2025), menjelang pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Pertemuan ini menjadi sorotan utama, di tengah antisipasi pasar terhadap simposium The Federal Reserve di Jackson Hole yang diharapkan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kebijakan moneter The Fed.

Di kawasan Asia, pergerakan mata uang cenderung terbatas. Dolar AS berhasil menghentikan penurunannya dari pekan lalu, seiring dengan berkurangnya spekulasi pasar tentang kemungkinan pemangkasan suku bunga The Fed pada bulan depan.

Euro mengalami perubahan yang minimal, diperdagangkan pada US$ 1,1704 per dolar AS. Poundsterling, di sisi lain, mencatat penguatan tipis sebesar 0,1%, mencapai US$ 1,3563 per dolar AS.

Indeks dolar, yang mengukur nilai dolar AS terhadap sekeranjang mata uang utama dunia, berada di level 97,85, relatif stabil setelah mengalami pelemahan 0,4% pada pekan lalu.

Rupiah Spot Melemah Pada Perdagangan Senin (18/8/2025) Pagi

Prospek penurunan suku bunga The Fed bulan depan kini diperkirakan sebesar 84%, turun dari 98% pada pekan lalu. Penurunan ini didorong oleh sejumlah data ekonomi terbaru, termasuk lonjakan harga grosir AS bulan lalu dan peningkatan penjualan ritel pada Juli, yang mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin.

Bill Adams, kepala ekonom di Comerica Bank, menyatakan kepada Reuters bahwa meskipun data ekonomi menunjukkan tren yang beragam, ekonomi AS tampaknya dalam kondisi baik pada kuartal ketiga. Ia memperkirakan The Fed kemungkinan akan memangkas suku bunga pada akhir tahun, baik di bulan September—sesuai dengan ekspektasi pasar—atau beberapa bulan kemudian.

Pertemuan Trump-Zelenskyy, yang turut dihadiri sejumlah pemimpin Eropa, menjadi fokus utama investor. Pertemuan ini berlangsung di tengah desakan Washington kepada Ukraina untuk segera menerima kesepakatan damai guna mengakhiri perang yang telah berlangsung. Desakan ini muncul setelah pertemuan Trump dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska, yang terlihat lebih condong ke arah pendekatan Moskow dalam mencari solusi damai.

Simposium Jackson Hole, yang diselenggarakan oleh Federal Reserve Kansas City pada 21-23 Agustus, juga menjadi peristiwa penting bagi pasar. Pidato Ketua Fed Jerome Powell mengenai prospek ekonomi dan kebijakan moneter bank sentral sangat dinantikan.

Joseph Capurso, kepala ekonomi internasional dan berkelanjutan di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan Powell kemungkinan akan membahas kondisi ekonomi terkini di AS, yang akan sangat relevan bagi pasar. Ia menambahkan bahwa mengingat ekspektasi pasar yang tinggi terhadap penurunan suku bunga September, potensi sikap hawkish Powell—atau interpretasi pasar terhadap sikapnya sebagai hawkish—menjadi risiko yang perlu diperhatikan.

Rupiah Diproyeksi Ada di Kisaran Level Rp 16.700 Per Dolar AS pada Akhir 2025

Terhadap mata uang lainnya, dolar AS menguat 0,14% terhadap yen Jepang, mencapai 147,37, setelah mengalami pelemahan sekitar 0,4% pada pekan lalu. Penguatan ini terjadi setelah Pemerintah Jepang merespon komentar Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang menyatakan bahwa Bank of Japan “tertinggal” dalam hal kebijakan moneter.

Dolar Australia menguat 0,17% menjadi US$ 0,6519, sementara dolar Selandia Baru naik 0,25% menjadi US$ 0,5940, setelah mengalami pelemahan 0,5% pada pekan lalu.

Ringkasan

Dolar AS menunjukkan stabilitas di awal pekan setelah melemah pada pekan sebelumnya. Pergerakan mata uang di Asia cenderung terbatas, dengan dolar AS menghentikan penurunannya seiring berkurangnya spekulasi pemangkasan suku bunga The Fed. Prospek penurunan suku bunga The Fed bulan depan turun menjadi 84%, dari 98% pekan lalu, karena data ekonomi AS terbaru yang lebih positif.

Pertemuan antara Presiden AS Trump dan Presiden Ukraina Zelenskyy, serta simposium Jackson Hole, menjadi fokus utama investor. Pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole sangat dinantikan, karena dapat mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter selanjutnya. Terhadap mata uang lainnya, dolar AS mengalami penguatan terhadap yen Jepang dan beberapa mata uang lainnya.