Elon Musk Raup Bonus Saham US$30 Miliar, Tesla Bertaruh di Tengah Krisis?

Tesla Inc. baru-baru ini menyetujui pemberian bonus saham sementara (interim stock award) senilai sekitar US$30 miliar kepada CEO-nya, Elon Musk. Keputusan ini merupakan bentuk kompensasi masif yang ditujukan untuk memastikan fokus Musk tetap berada di Tesla, terutama di tengah proses hukum yang masih bergulir terkait dengan paket gaji tahun 2018.

Menurut laporan Bloomberg, pengajuan resmi kepada regulator pada hari Senin mengungkapkan bahwa kesepakatan baru ini mencakup 96 juta saham. Saham-saham tersebut akan diberikan kepada Musk dengan syarat ia tetap menjabat sebagai CEO Tesla selama dua tahun ke depan. Harga pembelian (exercise price) untuk saham-saham ini ditetapkan sebesar US$23,34, angka yang sama dengan harga pada paket kompensasi sebelumnya. Setelah pengumuman ini, saham Tesla sempat melonjak hingga 3,1% ke level US$312,12 di New York, meskipun kemudian mengalami koreksi dan hanya naik kurang dari 1% pada pukul 11:07 pagi waktu setempat.

Langkah ini diambil di tengah performa saham Tesla yang kurang memuaskan, tercatat turun 25% sejak awal tahun 2025, berbanding terbalik dengan indeks S&P 500 yang justru naik 6% dalam periode yang sama. Keputusan bonus saham ini secara gamblang menunjukkan betapa kuatnya pengaruh Elon Musk di Tesla, bahkan ketika perusahaan menghadapi tantangan seperti penurunan penjualan kendaraan listrik dan harga saham yang lesu.

Sebelumnya, Musk sendiri telah menyatakan keinginannya untuk memiliki porsi kepemilikan yang lebih besar di Tesla. Hal ini didasari oleh fokus perusahaan yang semakin kuat pada teknologi masa depan, seperti kecerdasan buatan (AI) dan kendaraan otonom (self-driving), yang diyakini Musk akan menjadi kunci pertumbuhan Tesla di masa depan.

Dalam surat yang ditujukan kepada pemegang saham, Dewan Direksi Tesla secara tegas menekankan pentingnya mempertahankan Elon Musk. Mereka menyebut pemberian bonus ini sebagai “itikad baik” dalam upaya merumuskan strategi kompensasi jangka panjang yang akan diajukan untuk disetujui pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tesla tanggal 6 November. Dewan Direksi juga menegaskan komitmen mereka dengan menyatakan, “Bagaimanapun juga, kesepakatan adalah kesepakatan.”

Keputusan bonus saham ini disambut positif oleh beberapa investor dan analis. Dan Ives, seorang analis dari Wedbush, menyatakan bahwa langkah ini berhasil menghilangkan ketidakpastian seputar masa depan Musk di Tesla, sekaligus memastikan bahwa ia akan tetap menduduki posisi CEO untuk beberapa tahun ke depan.

Meskipun nilai nominal bonus ini mencapai US$30 miliar berdasarkan harga saham saat ini, Musk sejatinya harus membayar US$23,34 per saham, atau total sekitar US$2,24 miliar, untuk dapat mengklaim saham-saham tersebut. Skema harga pembelian ini menyerupai sistem opsi saham, di mana seorang eksekutif diberikan hak untuk membeli saham pada harga tertentu.

Menariknya, harga US$23,34 ini persis sama dengan harga yang ditetapkan dalam kesepakatan tahun 2018, menimbulkan kesan praktik “backdating”—yaitu memberikan saham seolah-olah dihitung dari harga masa lalu agar segera memberikan keuntungan. Meskipun tidak ilegal, praktik backdating sempat memicu skandal di masa lalu dan kini jarang dilakukan. Perlu diingat, pada tahun 2018, investor Tesla telah menyetujui pemberian paket kompensasi besar kepada Musk berupa opsi saham. Paket gaji tersebut akan diberikan jika ia berhasil mencapai sejumlah target kinerja yang telah ditetapkan. Awalnya bernilai US$2,6 miliar, paket kompensasi ini kemudian melonjak nilainya menjadi US$56 miliar akibat kenaikan harga saham Tesla, bahkan sempat dinilai melebihi US$100 miliar oleh Bloomberg Billionaires Index.

Namun, paket kompensasi tahun 2018 tersebut dibatalkan oleh pengadilan di Delaware pada awal 2024, setelah seorang pemegang saham mengajukan gugatan. Proses banding atas keputusan tersebut masih berlangsung dan diperkirakan akan memakan waktu berbulan-bulan lagi.

Sebagai respons, Musk telah memindahkan lokasi hukum perusahaan Tesla dari Delaware ke Texas pada tahun lalu, dengan menyebut keputusan pengadilan sebagai salah satu alasannya. Di Texas, Tesla kini menikmati keuntungan dari regulasi yang lebih pro-bisnis, termasuk undang-undang baru yang membatasi siapa saja investor yang boleh menggugat perusahaan. Kini, hanya pemegang saham dengan minimal 3% kepemilikan yang diizinkan untuk mengajukan gugatan hukum.

Langkah strategis ini juga menjadi bagian dari upaya Tesla untuk mencegah terulangnya gugatan serupa yang telah membatalkan paket gaji 2018. Dua anggota Dewan Direksi, Robyn Denholm dan Kathleen Wilson-Thompson, menjadi bagian dari komite khusus yang bertugas menyusun ulang paket kompensasi Musk di bawah payung hukum Texas.

Meski Musk saat ini memimpin lima perusahaan lain, yaitu xAI, SpaceX, Neuralink, X Corp., dan The Boring Company, Tesla tetap yakin bahwa paket kompensasi ini akan menjadi motivasi kuat bagi Musk untuk tetap berkomitmen penuh pada perusahaan otomotif tersebut. Musk sendiri menyatakan akan tetap menjabat sebagai CEO Tesla selama lima tahun ke depan. Ia juga telah mengakhiri tugasnya sebagai penasihat pemerintah pada akhir Mei lalu, mengklaim ingin lebih fokus di Tesla.

Namun, tak lama setelah itu, Musk justru terlibat konflik dengan Donald Trump, sosok yang sebelumnya ia danai untuk kampanye pilpres AS. Kejadian ini memicu kontroversi dan ancaman pembatalan kontrak pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan Musk. Belakangan, Musk menyatakan penyesalannya atas beberapa komentar yang ia lontarkan dan mengaku berencana membentuk partai politik baru.