Ifonti.com JAKARTA. Harga emas dunia menunjukkan performa mengesankan pada perdagangan Rabu (5/11/2025), kembali menguat dan kini stabil di kisaran US$ 3.980 per ounce. Posisi ini menempatkannya sangat dekat dengan level psikologis krusial US$4.000 per ounce, setelah sempat mengalami tekanan pada sesi sebelumnya.
Kenaikan signifikan ini, sebagaimana dilaporkan oleh tradingeconomics, tak lepas dari meningkatnya sentimen risk-off yang kini mendominasi pasar global. Kekhawatiran yang meluas di kalangan investor telah mendorong derasnya permintaan terhadap aset aman (safe haven) seperti emas.
Pemicu utama sentimen risk-off ini adalah evaluasi ulang investor terhadap valuasi tinggi saham-saham di sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI). Aksi jual masif di bursa saham global sebagai respons atas kekhawatiran ini semakin memperkuat daya tarik emas sebagai lindung nilai yang tangguh.
Namun demikian, potensi lonjakan harga emas dunia terlihat masih tertahan. Hal ini dipicu oleh meredanya ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS. Sejumlah pejabat The Federal Reserve (The Fed) kembali menegaskan sikap hawkish mereka, mengindikasikan bahwa laju penurunan suku bunga mungkin tidak secepat yang diantisipasi pasar.
Beberapa di antaranya bahkan secara tersirat menyebut bahwa pemangkasan suku bunga yang baru saja dilakukan kemungkinan menjadi yang terakhir untuk tahun ini, meredam spekulasi pemotongan lebih lanjut dalam waktu dekat.
IHSG Menguat 0,93% ke 8.318 pada Rabu (5/11/2025), GOTO, KLBF, MAPI Top Gainers LQ45
Dampaknya, probabilitas pemangkasan suku bunga lanjutan pada Desember kini diperkirakan turun menjadi 69%, anjlok dari angka 90% sebelum keputusan FOMC sebelumnya. Pergeseran sentimen ini secara langsung memengaruhi ekspektasi pasar terhadap pergerakan harga emas.
Fokus investor kini juga beralih pada rilis laporan pasar tenaga kerja sektor swasta AS. Data ini dinilai sangat signifikan mengingat keterbatasan data resmi pemerintah federal akibat adanya penutupan sebagian kegiatan pemerintahan (federal shutdown).
Di sisi fundamental, tekanan terhadap harga emas turut datang dari meredanya ketegangan perdagangan global. Selain itu, kebijakan baru pemerintah China yang mengakhiri pembebasan pajak bagi sejumlah peritel emas berpotensi memperlambat lonjakan permintaan emas di negara yang dikenal sebagai konsumen terbesar dunia tersebut.
Saham Big Banks Kompak Menguat pada Penutupan Bursa Rabu (5/11)
Saham Emiten Tambang Emas Menguat, BRMS Pimpin Kenaikan
Sejalan dengan penguatan harga emas global, saham-saham emiten tambang emas di Bursa Efek Indonesia (BEI) juga menunjukkan tren positif pada penutupan perdagangan Rabu (5/11/2025). Sentimen positif ini memberikan dorongan signifikan bagi sektor tersebut.
Hingga pukul 16:00 WIB, sejumlah emiten seperti ANTM, MDKA, BRMS, PSAB, dan AMMN tercatat bergerak dalam zona hijau. Namun, tidak semua emiten senada, saham ARCI dan UNTR justru bergerak melemah.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) memimpin daftar kenaikan dengan lonjakan harga yang paling tinggi. Sementara itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatatkan kenaikan yang paling tipis di antara emiten yang menguat. Di sisi lain, PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) mengalami penurunan terdalam, sedangkan PT United Tractors Tbk (UNTR) menunjukkan pelemahan yang lebih dangkal.
Berikut rangkuman pergerakan harga saham sektor tambang emas pada perdagangan hari ini:
-
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 0,68% ke harga Rp 2.980 per saham, setelah sempat menyentuh level tertinggi Rp 3.000.
-
PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) menguat 0,41% ke level Rp 2.430 per saham, dengan level tertinggi harian di Rp 2.430.
-
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) memimpin kenaikan dengan lonjakan 9,68% ke harga Rp 1.020 per saham.
-
PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) naik 1,79% ke level Rp 570 per saham.
-
PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) melemah 0,86% ke harga Rp 1.150 per saham.
-
PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) naik 2,88% ke harga Rp 7.150 per saham, setelah sempat menyentuh level tertinggi di angka yang sama.
-
PT United Tractors Tbk (UNTR) turun 0,74% ke Rp 27.000 per saham, dengan harga tertinggi harian Rp 27.200.