
Ifonti.com JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadwalkan penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement di ujung tahun 2025.
Lihat saja, ada PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) yang berencana private placement senilai Rp 38,06 miliar, dengan melepas 34,7 juta saham baru bernominal Rp 20. Harga pelaksanaannya Rp 1.097 per saham.
Aksi tersebut dilakukan via pelaksanaan hak opsi dalam Management and Employee Stock Option Program (MESOP). Jadwal pelaksanaan MESOP I pada 17 Desember 2025, berbarengan dengan pencatatan perdana saham PT Super Bank Indonesia Tbk (SUPA).
Lalu, ada PT SLJ Global Tbk (SULI) yang berencana menerbitkan maksimal 632,07 juta saham dengan nominal Rp 100. Ini setara dengan 10% dari seluruh saham yang disetor penuh dalam SULI.
Santa Claus Rally Berpeluang Mengangkat IHSG 2%-5%, Ini Kuncinya
Manajemen SULI menyampaikan private placement ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan dan keuangan. Lalu, menambah jumlah saham beredar yang akan meningkatkan likuiditas perdagangan dan menjadi strategi diversifikasi sumber pendanaan dari pasar modal selain dari fasilitas pinjaman.
“Dana hasil private placement akan digunakan untuk peningkatan modal kerja, perbaikan mesin, penambahan kapasitas produksi serta ekspansi,” tulisnya dalam keterbukaan informasi, Jumat (21/11/2025).
Namun, SULI masih dalam tahap penjajakan terhadap beberapa calon pemodal yang akan ikut dalam rencana private placement ini.
Kemudian, PT Victoria Insurance Tbk (VINS) yang akan private placement dengan menerbitkan 92,85 juta saham baru. Harga pelaksanaan private placement senilai Rp 140 per saham. Artinya, besaran dana yang didapat mencapai Rp 13 miliar.
Dalam aksi korporasi ini, PT Victoria Investama Tbk (VICO) akan menjadi pihak yang akan menerima saham baru tersebut. Di mana, saat ini VICO memegang 79,4% kepemilikan saham VINS.
Selanjutnya, PT MNC Tourism Indonesia Tbk (KPIG) akan private placement lewat penerbitan 1,78 miliar saham baru dengan nominal Rp 100. Harga pelaksanaannya Rp 140 per saham, sehingga besaran dananya hampir Rp 250 miliar.
Seluruh dana hasil private placement KPIG akan digunakan untuk membiayai pengembangan dan pembangunan proyek KEK MNC Lido City.
Retail Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Indri Liftiany Travelin Yunus, mengatakan secara garis besar, private placement dilakukan guna mencari modal tambahan bagi kegiatan bisnis perusahaan.
KPIG pun dinilai Indri sebagai emiten yang paling menarik dalam melakukan private placement di antara yang lainnya. Hal ini tercermin dari sisi nilai transaksi, tujuan, dan kinerja perusahaan yang menarik.
Dengan nilai private placement sebesar Rp 250 miliar, dana yang terkumpul akan digunakan untuk membiayai pengembangan dan pembangunan proyek KEK MNC Lido City.
Peluang IHSG Naik Dalam Santa Claus Rally Masih Terbuka, Cek Rekomendasi Sahamnya
“Selain itu, dengan kinerja KPIG per September 2025 yang juga mencatatkan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun net profit perusahaan,” ungkapnya kepada Kontan, Senin (15/12).
Abida Massi Armand, Analis BRI Danareksa Sekuritas, melihat di antara emiten yang mau private placement di ujung tahun 2025, aksi EMTK menjadi yang paling menarik untuk dicermati.
Sebab, tujuan strategis aksi EMTK bersifat insentif jangka panjang untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dan karyawan dengan pertumbuhan bisnis. “Ini mencerminkan kepercayaan internal terhadap prospek perusahaan,” katanya kepada Kontan, Senin (15/12).
Prospek dan Rekomendasi
Menurut Abida, dampak private placement EMTK terhadap dilusi tergolong sangat minimal, dengan potensi maksimum sekitar 0,49%, sehingga relatif aman bagi pemegang saham eksisting.
Aksi ini bahkan berpotensi meningkatkan nilai jangka panjang, terutama karena bertepatan dengan rencana IPO Superbank yang dapat membuka nilai tersembunyi dari aset digital EMTK.
“Sebaliknya, PP SULI yang berbentuk konversi utang senilai sekitar Rp 199 miliar menimbulkan tingkat dilusi yang lebih besar meskipun memperbaiki struktur neraca,” ungkapnya.
Secara umum, Abida melihat bahwa prospek kinerja emiten dinilai optimistis untuk tahun 2025 hingga 2026. Ini didukung oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas 5% dan target IHSG di level 8.800 pada akhir tahun 2026.
IHSG Diproyeksi Menguat Terbatas Selasa (16/12), Cermati Rekomendasi Analis
“EMTK juga diproyeksikan menjadi salah satu outperformer pada 2026, ditopang oleh lonjakan laba bersih per September 2025 sebesar 1.353% YoY, serta sinergi dari aset digital yang semakin matang,” ungkapnya.
Sementara itu, Indri berpandangan KPIG memiliki prospek bisnis yang cukup menarik. Ini mengingat kondisi makroekonomi tengah berada dalam penurunan suku bunga, sehingga membuka peluang besar untuk masyarakat melakukan pengeluaran atau belanja, termasuk liburan.
“Meskipun demikian, semua akan tetap bergantung kepada perilaku konsumsi masyarakat itu sendiri,” tuturnya.
Sayangnya, saham KPIG tengah berada dalam kondisi low risk dan cukup dekat dengan area support. Namun, saat ini terlihat KPIG sedang berusaha untuk keluar dari posisi downtrend yang telah terjadi sejak September lalu.
Indri pun merekomendasikan buy on breakout untuk KPIG di level entry Rp 140 per saham, dengan target harga di Rp 149 per saham. Investor bisa cut loss jika saham KPIG menyentuh level Rp 137 per saham.