FUTR: Strategi Energi Hijau Futura Energi Global, Peluang Investasi?

PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) bersiap mengukir lembaran baru dalam perjalanan bisnisnya, bertransformasi menjadi pilar utama di sektor Energi Baru Terbarukan (EBT). Pergeseran strategis ini menyusul rampungnya proses akuisisi oleh PT Aurora Dhana Nusantara, yang dikenal dengan nama Ardhantara.

Langkah krusial tersebut terwujud setelah Ardhantara secara resmi mengambil alih 45% kepemilikan saham FUTR, setara dengan sekitar 2,29 miliar lembar saham. Transaksi signifikan ini dilakukan melalui pembelian saham dari PT Digital Futurama Global, entitas yang sebelumnya menjabat sebagai pemegang saham pengendali Futura Energi Global.

Menurut Direktur Utama Futura Energi Global, Tonny Agus Mulyantono, FUTR akan memosisikan diri sebagai holding company atau induk perusahaan energi hijau. Peran utamanya adalah menaungi dan mengelola beragam proyek energi, dengan fokus utama pada inisiatif Energi Baru Terbarukan.

“Keterlibatan FUTR akan diwujudkan dalam bentuk penyertaan saham pada entitas-entitas operasional serta pengembangan struktur permodalan yang solid untuk mendukung setiap rencana kerja yang telah ditetapkan,” jelas Tonny, memaparkan mekanisme kontribusi perusahaan dalam ekosistem energi baru.

Sebagai pengendali baru, Ardhantara berkomitmen untuk mengintegrasikan berbagai aset berbasis EBT ke dalam portofolio FUTR. Salah satu aset paling menjanjikan yang menjadi andalan adalah potensi geothermal Gunung Slamet, bersama dengan sejumlah aset lain yang masih dalam tahap finalisasi.

Saat ini, Ardhantara secara aktif mengembangkan proyek geothermal di lereng Gunung Slamet, Jawa Tengah, yang diperkirakan memiliki potensi kapasitas hingga 220 MW. Progres signifikan telah dicapai dengan diperolehnya Power Purchase Agreement (PPA) bersama Perusahaan Listrik Negara (PLN), menandakan komitmen serius terhadap pengembangan energi.

“Proyek ini telah memasuki fase eksplorasi aktif, ditandai dengan serangkaian kegiatan seperti geosurvey komprehensif, pengeboran sumur eksplorasi tahap awal, dan pembangunan aksis infrastruktur utama untuk menunjang operasional,” papar Tonny, merinci kemajuan di lapangan.

Investasi awal untuk konsesi proyek geothermal Gunung Slamet ini tidak main-main, mencapai lebih dari US$ 80 juta. Nilai tersebut, dalam perhitungan manajemen FUTR, setara dengan sekitar Rp 1,2 triliun, menunjukkan skala komitmen finansial yang besar untuk investasi EBT ini.

Tonny menambahkan, demi mengoptimalkan nilai ekonomis proyek panas bumi ini, fase pengeboran direncanakan akan dimulai pada tahun 2026. Tahap awal ditargetkan mampu menghasilkan 20MW, dengan ekspektasi peningkatan kapasitas pada fase-fase berikutnya.

Ardhantara saat ini tengah menjalin negosiasi intensif dengan beberapa mitra global terkemuka yang telah menunjukkan minat kuat untuk bekerja sama dalam pengembangan proyek konsesi geothermal Gunung Slamet ini,” pungkasnya, mengindikasikan prospek kolaborasi internasional yang menjanjikan.

Ringkasan

PT Futura Energi Global Tbk (FUTR) bertransformasi menjadi induk perusahaan energi hijau setelah diakuisisi oleh PT Aurora Dhana Nusantara (Ardhantara). Akuisisi ini melibatkan pengambilalihan 45% saham FUTR oleh Ardhantara, menandai perubahan strategis perusahaan untuk fokus pada pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT).

Ardhantara akan mengintegrasikan aset EBT, termasuk potensi geothermal Gunung Slamet (220 MW) yang telah memiliki Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN, ke dalam portofolio FUTR. Proyek geothermal Gunung Slamet telah memasuki fase eksplorasi aktif dengan investasi awal lebih dari US$ 80 juta dan pengeboran direncanakan mulai tahun 2026, menargetkan produksi awal 20MW.