Harga Emas Antam Diproyeksi Bisa Tembus Rp 2,3 Juta per Gram Sampai Akhir Tahun

Kabar gembira datang bagi para investor, harga emas PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) diproyeksikan akan terus menunjukkan tren kenaikan signifikan hingga akhir tahun. Bahkan, pada Desember mendatang, harga emas ini berpotensi merangkak hingga mencapai Rp 2,3 juta per gram. Potensi pertumbuhan ini menawarkan prospek menarik di tengah dinamika pasar global.

Pada Rabu (1/9) lalu, harga emas Antam telah terpantau menguat ke level Rp 2.237.000 per gram. Angka harga buyback juga tak kalah menarik, berada di posisi Rp 2.084.000 per gram. Kenaikan ini mengindikasikan sentimen positif yang kuat di pasar logam mulia, seiring berbagai faktor pendorong fundamental yang mendukungnya.

Menurut analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, tren emas secara umum masih sangat bullish. Felix menjelaskan kepada kumparan bahwa jika sentimen risiko global tetap tinggi, harga emas Antam sangat mungkin menyentuh target Rp 2,3 juta per gram di Desember. Proyeksi ini didasarkan pada analisis mendalam terhadap faktor-faktor makroekonomi dan geopolitik global.

Beberapa faktor kunci menjadi pendorong utama kenaikan harga emas hingga akhir tahun. Salah satunya adalah ekspektasi pasar yang semakin kuat terhadap potensi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau yang kerap disebut The Fed. Pasar semakin yakin The Fed akan mulai melonggarkan kebijakan suku bunganya, sebuah langkah yang secara historis cenderung melemahkan dolar AS dan pada gilirannya membuat investasi emas menjadi lebih menarik di mata investor.

Selain itu, risiko geopolitik yang semakin nyata turut menjadi katalis kuat bagi harga emas. Felix Darmawan menyoroti bahwa tensi geopolitik global masih berada pada tingkat yang tinggi, menjadikan emas sebagai instrumen safe haven favorit masyarakat dan investor untuk melindungi nilai aset mereka di tengah ketidakpastian. Permintaan fisik emas dari bank sentral dunia, serta pembelian ritel yang kuat dari negara-negara Asia seperti China dan India, juga berperan besar dalam menopang dan mendorong harga emas global.

Proyeksi positif terhadap harga emas tidak hanya terbatas hingga akhir tahun ini. Felix Darmawan bahkan memperkirakan tren kenaikan ini akan berlanjut di tahun depan. Dengan asumsi The Fed akan lebih agresif dalam menurunkan suku bunga dan ketidakpastian geopolitik global terus berlanjut, tren kenaikan emas diproyeksikan akan tetap solid. Meski demikian, Felix juga mengingatkan bahwa koreksi teknikal jangka pendek masih mungkin terjadi.

Senada dengan Felix, analis sekaligus founder Traderindo, Wahyu Laksono, juga memproyeksikan harga emas Antam akan terus mengalami peningkatan signifikan hingga akhir tahun. Namun, Wahyu menekankan bahwa pergerakan harga emas Antam akan sangat bergantung pada dinamika harga emas spot di pasar global dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Kestabilan rupiah akan menjadi kunci, di mana kenaikan harga emas Antam akan selaras dengan penguatan harga emas spot.

Wahyu Laksono memperkirakan bahwa pada akhir tahun, harga emas Antam berpotensi besar menembus level di atas Rp 2.200.000, bahkan bisa mencapai Rp 2.250.000. Tidak menutup kemungkinan juga untuk menyentuh level Rp 2.300.000 atau bahkan Rp 2.400.000 per gram. Faktor pendorong utama yang disoroti Wahyu adalah kelanjutan ketidakpastian geopolitik global dan ekspektasi penurunan suku bunga AS yang masih kuat.

Meskipun fundamental global mendukung tren bullish emas dalam jangka menengah dan panjang, Wahyu Laksono juga mengingatkan tentang potensi perlambatan kenaikan. Jika ada resolusi signifikan terhadap konflik geopolitik atau perubahan kebijakan moneter yang tidak mendukung kenaikan emas, laju penguatan bisa melambat atau bahkan stabil. Namun, skenario ini dinilai masih jauh dan kondisi fundamental global saat ini masih sangat mendukung prospek cerah logam mulia ini.

Untuk harga emas dunia, Wahyu Laksono memproyeksikan kisarannya dapat mencapai USD 4.000-5.000 per ons pada akhir tahun ini, jika ketegangan geopolitik terus berlanjut. Namun, jika ketegangan geopolitik mereda secara signifikan, harga emas dunia diproyeksikan akan berada pada kisaran USD 3.000-3.200 per ons. Proyeksi ini menggarisbawahi sensitivitas emas terhadap peristiwa global dan kebijakan moneter, menjadikannya aset yang menarik namun perlu dicermati secara seksama.