
Ifonti.com JAKARTA. Harga emas terus mengukuhkan posisinya, bertahan kokoh di kisaran US$ 4.180 per ons troi pada hari Kamis (13/11). Capaian ini menandai level tertinggi dalam tiga minggu terakhir, didorong oleh dua faktor utama: prospek ekonomi Amerika Serikat (AS) yang diliputi ketidakpastian serta meningkatnya kepercayaan investor terhadap potensi pelonggaran kebijakan moneter tambahan oleh Federal Reserve. Stabilitas harga logam mulia ini mencerminkan sentimen pasar yang mencari aset aman di tengah gejolak ekonomi.
Kondisi ketidakpastian ini semakin dipertegas oleh perkembangan politik di AS. Meskipun penutupan pemerintah AS telah berakhir setelah Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS menyetujui langkah pendanaan sementara—yang kini tinggal menunggu tanda tangan Presiden AS Donald Trump—risiko terhadap data ekonomi tetap membayangi. Gedung Putih sendiri telah memperingatkan kemungkinan penundaan perilisan laporan pekerjaan dan inflasi resmi untuk bulan Oktober. Penundaan ini krusial mengingat kedua laporan tersebut merupakan indikator utama yang secara cermat digunakan untuk mengukur kesehatan dan arah ekonomi AS.
Pelemahan ekonomi di AS juga tercermin jelas dari data pasar tenaga kerja. Berdasarkan laporan dari Tradingeconomics pada Kamis (13/11), data tenaga kerja swasta terbaru menunjukkan bahwa sejumlah perusahaan di AS telah melakukan pemangkasan pekerjaan secara signifikan dalam beberapa minggu terakhir. Tren ini mengindikasikan berlanjutnya tekanan dan kerapuhan di pasar tenaga kerja, yang pada gilirannya semakin memicu ekspektasi pasar akan adanya pemotongan suku bunga lebih lanjut oleh Federal Reserve sebagai respons terhadap perlambatan ekonomi.
Melihat kondisi tersebut, para trader kini memasang probabilitas sekitar 65% untuk pemotongan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin pada bulan depan. Ekspektasi akan langkah pelonggaran moneter inilah yang menjadi pendorong utama kenaikan impresif harga emas. Dalam minggu ini saja, harga emas telah melonjak hampir 5%, sebuah performa yang solid. Kenaikan ini secara substansial didukung oleh keyakinan yang menguat bahwa Federal Reserve memiliki lebih banyak ruang dan alasan untuk melakukan pemotongan suku bunga, menjadikan emas sebagai pilihan investasi yang menarik di tengah ketidakpastian.