Harga logam industri menguat, didorong ketatnya pasokan dan permintaan industri

Ifonti.com — JAKARTA. Harga logam industri kompak menguat seiring ketatnya pasokan global dan tingginya permintaan dari sektor teknologi dan transisi energi.

Mengutip London Metal Exchange (LME), Jumat (19/12/2025), harga tembaga pengiriman tiga bulan naik 0,88% menjadi US$ 11.881 per ton, sementara harga timah menguat 0,77% ke level US$ 43.227 per ton. Di sisi lain, berdasarkan Trading Economics, harga aluminium naik 1,47% ke US$ 2.958 per ton pada Jumat (19/12/2025).

Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan, penguatan harga logam industri tersebut masih didorong kondisi fundamental yang solid. “Ketiganya masih terkendala pasokan serta permintaan yang tinggi. Malah banyak pelaku pasar yang menimbun stok seperti tembaga oleh antisipasi pertumbuhan pembangunan pembangkit listrik untuk kebutuhan data center AI,” ujarnya pada Kontan, Jumat (19/12/2025).

Dari sisi sentimen, Lukman menilai, pasokan logam industri ke depan masih akan ketat, sementara permintaan dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, khususnya China. Selain itu, arah kebijakan suku bunga bank sentral AS juga menjadi faktor penting.

“Prospek suku bunga the Fed yang akan bisa memberikan dukungan ekstra atau membebani kenaikan harga,” tambah Lukman.

Terkoreksi 2,48% Dalam Sepekan, Harga Bitcoin di Level US$ 88.000

Sementara itu, Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo menambahkan, kenaikan harga logam dasar mencerminkan optimisme pasar terhadap siklus ekonomi baru yang ditopang kemajuan teknologi dan transisi energi global. Pada tembaga, defisit pasokan diperparah oleh gangguan operasional di Amerika Latin di tengah lonjakan permintaan untuk infrastruktur pusat data AI.

Lalu, harga aluminium terdorong pembatasan kapasitas produksi di China dan kendala energi di Eropa, sementara timah mendapat momentum dari pengetatan ekspor Asia Tenggara seiring tingginya kebutuhan industri semikonduktor.

“Hingga awal tahun depan, sentimen utama akan didominasi oleh kebijakan moneter global dan stimulus ekonomi dari China,” jelas Sutopo.

Ekspektasi penurunan suku bunga The Fed dinilai dapat melemahkan dolar AS dan membuat harga logam berbasis dolar lebih kompetitif.

Dari sisi prospek, logam industri masih berada dalam tren positif. Lukman menilai prospek tembaga, aluminium, dan timah masih sangat bagus, dengan kisaran harga tembaga diperkirakan 12.500–13.000 dolar per ton pada awal tahun depan.Lalu, harga aluminium diprediksi ada dilevel US$ 3.100–3.200 per ton, dan harga timah US$ 45.000–46.000 per ton.

Sementara itu, Sutopo memproyeksikan hingga awal 2026 harga tembaga akan bergerak di rentang US$ 12.000–13.500 per ton, aluminium US$ 2.850–3.300 per ton, dan timah di kisaran US$ 40.000–48.000 per ton. Ia menilai peran tembaga dalam elektrifikasi, aluminium dalam dekarbonisasi transportasi, serta timah dalam industri elektronik akan menjaga permintaan tetap kuat.

Meski begitu, Lukman menyarankan investor tetap mengikuti tren. “Strategi, akumulasi, buy on correction, prospek masih sangat bullish, jadi follow the trend,” ujarnya.

Sutopo menambahkan, investor dapat menerapkan strategi akumulasi saat koreksi teknis dan mencermati pergerakan dolar AS serta data inventori (London Metal Exchange) LME sebagai indikator perubahan tren harga.

IHSG Berpeluang Menguat Terbatas pada Senin (22/12), Cek Rekomendasi Analis