Ifonti.com JAKARTA. Pasar komoditas energi global menunjukkan pergerakan signifikan setelah harga minyak mentah ditutup menguat pada perdagangan Senin (1/9/2025). Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan akibat eskalasi konflik Rusia-Ukraina, serta dorongan tambahan dari pelemahan nilai tukar dolar AS.
Melansir laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent tercatat naik signifikan sebesar 67 sen atau 1% menjadi US$68,15 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turut menguat sebesar 67 sen atau 1,1%, mencapai posisi US$64,68 per barel pada pukul 14.15 waktu New York. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa tidak ada penyelesaian (settlement) resmi untuk kontrak WTI karena libur Hari Buruh di Amerika Serikat, yang menyebabkan aktivitas perdagangan relatif tipis.
Harga Minyak Naik Didorong Pelemahan Dolar AS dan Gangguan Pasokan Rusia
Peningkatan kekhawatiran geopolitik menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga minyak. Hal ini menyusul pernyataan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy yang berjanji akan melakukan serangan balasan terhadap drone Rusia yang menargetkan fasilitas listrik. Intensitas serangan udara antara kedua negara terus meningkat, bahkan di tengah upaya diplomasi yang masih berlangsung, memicu spekulasi pasar tentang potensi terganggunya aliran pasokan minyak global.
Kekhawatiran ini semakin menguat setelah data pelacakan kapal tanker menunjukkan bahwa ekspor minyak Rusia telah merosot ke level terendah dalam empat minggu terakhir, hanya mencapai 2,72 juta barel per hari. Angka ini secara langsung memicu spekulasi yang berkembang di pasar mengenai potensi berkurangnya pasokan minyak dari Rusia ke pasar internasional, sehingga menambah tekanan pada harga.
Selain faktor geopolitik, pelemahan dolar AS juga turut mendukung kenaikan harga minyak. Mata uang Paman Sam tersebut melemah mendekati posisi terendah dalam lima pekan terakhir. Kondisi ini secara efektif membuat harga minyak menjadi lebih terjangkau bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain, sehingga meningkatkan daya beli dan permintaan.
Harga Minyak Bergerak Tipis Senin (1/9) Pagi: Brent ke US$67,36 & WTI ke US$63,88
Sentimen positif tambahan datang dari Tiongkok. Data menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur Negeri Tirai Bambu tumbuh pada laju tercepat dalam lima bulan terakhir pada Agustus 2025. Menurut analis SEB, Bjarne Schieldrop, pertumbuhan ini secara signifikan meningkatkan optimisme pasar terhadap peningkatan permintaan minyak dan logam, memberikan dorongan positif bagi harga komoditas energi.
Ke depan, perhatian pelaku pasar akan tertuju pada pertemuan OPEC+ yang dijadwalkan pada 7 September. Keputusan yang akan diambil oleh aliansi produsen minyak ini mengenai target produksi setelah bulan September akan menjadi penentu krusial bagi arah pergerakan harga minyak di periode berikutnya.
Meski demikian, sejumlah analis tetap mengingatkan adanya potensi tekanan pada harga. HSBC, misalnya, memperkirakan adanya pasokan berlebih mencapai 1,6 juta barel per hari pada kuartal IV-2025, seiring dengan kenaikan stok minyak dan peningkatan produksi OPEC+. Mengomentari situasi ini, analis PVM, John Evans, menegaskan bahwa “Pelaku pasar minyak akan tetap berhati-hati” dalam menghadapi dinamika pasar yang kompleks.