JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) harus mengakhiri perdagangan Selasa (26/8/2025) di zona merah, tertekan oleh kekhawatiran yang meningkat di kalangan pelaku pasar modal. Sentimen negatif ini dipicu oleh ancaman tarif baru yang dikeluarkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap China, memicu kembali ketegangan dalam perang dagang AS-China.
Pada penutupan sesi perdagangan, IHSG terkoreksi signifikan 21,15 poin atau 0,27 persen, menetap di level 7.905,76. Penurunan lebih dalam terlihat pada indeks LQ45 yang turun 11,31 poin atau 1,36 persen, mengakhiri hari di posisi 817,61. Tekanan jual ini mencerminkan kegelisahan investor terhadap prospek ekonomi global yang diwarnai ketidakpastian.
Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta menyebutkan bahwa sentimen negatif yang mendominasi pasar tidak hanya berasal dari geopolitik AS-China, melainkan juga diperparah oleh koreksi tajam pada mayoritas indeks bursa regional Asia. Kondisi global yang memburuk secara serentak menambah beban pada performa pasar saham domestik.
Kecemasan investor semakin menjadi setelah Donald Trump secara tegas mengancam akan memberlakukan tarif impor hingga 200 persen jika China menolak untuk mengekspor mineral tanah jarang ke AS. Tak hanya itu, Trump juga mengisyaratkan adanya tarif tambahan terhadap negara-negara yang enggan menghapus pajak digital, yang berpotensi memicu ketidakpastian lebih lanjut dalam rantai pasok global.
Selain manuvernya terhadap China, pasar juga mencermati perkembangan dari pertemuan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung dan Presiden Trump terkait kesepakatan perdagangan bulan lalu, yang telah menetapkan tarif impor 15 persen atas produk-produk Korsel ke AS. Dari Washington, kejutan juga datang dengan keputusan Trump memecat Gubernur The Fed, Lisa Cook, yang sontak mengejutkan pasar keuangan global dan menambah daftar ketidakpastian.
Meskipun IHSG sempat dibuka menguat di awal perdagangan, euforia tersebut tidak bertahan lama. Tekanan jual yang kuat membuat IHSG berbalik arah dan terperosok ke zona merah hingga penutupan perdagangan, menunjukkan dominasi sentimen negatif sepanjang hari.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya lima sektor yang berhasil menguat, dengan sektor energi memimpin kenaikan tertinggi sebesar 1,33 persen, diikuti oleh sektor industri (0,97 persen) dan kesehatan (0,64 persen). Namun, enam sektor lainnya harus terkoreksi, dipimpin oleh sektor properti yang anjlok 1,38 persen, diikuti barang baku 1,18 persen, serta keuangan 0,88 persen, menggambarkan sebaran tekanan yang luas.
Saham-saham yang mencatatkan penguatan signifikan antara lain DFAM, JARR, OASA, JECC, dan RELI. Sebaliknya, saham-saham yang mengalami penurunan paling dalam meliputi FILM, LPKR, SSTM, MPPA, dan BABP, mencerminkan kerentanan beberapa emiten terhadap gejolak pasar.
Aktivitas transaksi saham pada hari itu mencatat frekuensi mencapai 2,36 juta kali, dengan volume perdagangan mencapai 57,74 miliar lembar saham senilai Rp45,82 triliun. Secara keseluruhan, 266 saham berhasil menguat, namun 393 saham melemah, dan 145 saham lainnya stagnan, menunjukkan dominasi tekanan jual yang kuat.
Pola koreksi juga terlihat serentak di bursa regional Asia. Indeks Nikkei Jepang melemah 469,82 poin (1,10 persen) ke level 42.338, sedangkan Hang Seng Hong Kong turun 304,99 poin (1,18 persen) ke 25.524. Shanghai Composite China juga terkoreksi 15,18 poin (0,39 persen) ke 3.868, dan Straits Times Singapura melemah 12,78 poin (0,30 persen) ke 4.243,71, menegaskan bahwa sentimen negatif ini bersifat global.
Ringkasan
IHSG di Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan pada Selasa (26/8/2025) akibat sentimen negatif dari ancaman tarif baru oleh Presiden AS Donald Trump terhadap China, yang memicu kembali ketegangan perang dagang. Penurunan IHSG juga diperparah oleh koreksi pada mayoritas indeks bursa regional Asia.
Selain isu tarif dengan China, pasar juga mencermati perkembangan kesepakatan dagang antara AS dan Korea Selatan, serta keputusan Trump memecat Gubernur The Fed. Secara keseluruhan, bursa regional Asia juga mengalami koreksi, termasuk Nikkei, Hang Seng, Shanghai Composite, dan Straits Times.