IHSG Loyo Hari Ini: Analis Ungkap Penyebab & Strateginya!

Ifonti.com – JAKARTA — Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) berakhir melemah pada penutupan perdagangan Kamis, 7 Agustus 2025. Tertekan oleh kinerja buruk saham-saham sektor teknologi, IHSG terkoreksi 13,57 poin atau 0,18 persen, mengakhiri sesi di level 7.490,18. Ironisnya, di tengah pelemahan indeks acuan, indeks LQ45 yang menghimpun 45 saham unggulan justru menunjukkan kekuatan, melonjak 5,98 poin atau 0,76 persen ke posisi 795,57.

Koreksi pasar saham domestik ini terjadi di tengah dinamika ekonomi global yang penuh ketidakpastian. Menurut analisis Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajian pasar hariannya, bursa-bursa regional Asia sebenarnya bergerak menguat, namun pasar secara keseluruhan masih mencari arah yang jelas. Hal ini dipicu oleh dua faktor utama: gejolak perdagangan global akibat pemberlakuan tarif dagang oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, serta spekulasi mengenai arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Secara lebih rinci, kebijakan agresif Donald Trump menjadi sorotan. Ia telah memberlakukan tarif tambahan yang signifikan terhadap India, melipatgandakan bea masuk dari 25 persen menjadi 50 persen, sebagai respons atas pembelian minyak dari Rusia. Selain itu, langkah drastis juga diambil terhadap sektor teknologi, dengan pengenaan tarif 100 persen untuk impor semikonduktor, kecuali bagi perusahaan yang memiliki fasilitas produksi di Amerika Serikat. Kebijakan ini tentu menciptakan ketegangan dan ketidakpastian di rantai pasok global.

Di sisi lain, fokus pelaku pasar saham juga tertuju pada sinyal dari bank sentral Amerika Serikat. Ekspektasi akan pemangkasan suku bunga The Fed semakin menguat, diperkuat oleh pernyataan Mary Daly, pejabat The Fed San Francisco, yang mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga acuan semakin dekat. Bersamaan dengan itu, perhatian tertuju pada isu pergantian kepemimpinan di dalam tubuh bank sentral; Donald Trump dikabarkan akan menunjuk pengganti Adriana Kugler, salah satu anggota Dewan Gubernur The Fed, yang masa jabatannya akan segera berakhir pada akhir pekan ini. Dinamika ini turut memengaruhi sentimen investor secara global.

Melengkapi gambaran kondisi ekonomi global dan domestik, dari kawasan Asia, pasar saham merespons positif data neraca perdagangan China yang menunjukkan surplus substansial sebesar 98,24 miliar dolar AS pada Juli 2025. Sementara itu, dari ranah domestik, Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa per akhir Juli 2025. Angkanya tercatat sebesar 152,0 miliar dolar AS, sedikit menurun dari bulan sebelumnya yang mencapai 152,6 miliar dolar AS. Meskipun terjadi penurunan tipis, posisi cadangan devisa ini masih sangat kuat, setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,2 bulan impor ditambah pembayaran utang luar negeri pemerintah, dan jauh melampaui standar kecukupan internasional yang umumnya sekitar tiga bulan impor.

Pergerakan IHSG sendiri pada hari ini menunjukkan volatilitas. Setelah sempat dibuka menguat pada awal perdagangan, indeks segera berbalik arah ke zona negatif dan bertahan di teritori merah hingga penutupan sesi pertama. Tren pelemahan ini berlanjut pada sesi kedua, dengan IHSG konsisten berada di area negatif hingga akhir perdagangan. Kendati demikian, tidak semua sektor terpuruk. Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, enam dari sebelas sektor justru berhasil mencatat penguatan. Sektor barang baku menjadi pemimpin dengan kenaikan impresif 1,58 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen nonprimer yang naik 0,77 persen, dan sektor industri menguat 0,41 persen.

Namun, lima sektor lainnya harus menghadapi koreksi. Sektor teknologi menjadi yang paling terpukul dengan pelemahan tajam sebesar 4,00 persen, menegaskan sentimen negatif yang memimpin penurunan IHSG. Diikuti oleh sektor infrastruktur yang terkoreksi 1,68 persen, dan sektor energi menutup daftar penurunan dengan pelemahan 0,07 persen.

Dalam daftar saham dengan kinerja terbaik, beberapa nama berhasil mencuri perhatian dengan penguatan harga tertinggi, meliputi FUTR, KBLV, MBTO, SMGA, dan CSIA. Sebaliknya, di sisi pelemahan, saham-saham yang mengalami koreksi terdalam adalah LUCK, JARR, IDEA, PLAN, dan CDIA.

Aktivitas perdagangan saham di BEI cukup ramai, dengan frekuensi transaksi mencapai 2.036.293 kali. Volume perdagangan tercatat fantastis, menembus 35,60 miliar lembar saham dengan total nilai transaksi sebesar Rp 16,77 triliun. Secara rinci, sebanyak 261 saham berhasil menguat, 343 saham melemah, dan 199 saham lainnya terpantau stagnan atau tidak berubah harga.

Sebagai penutup laporan hari ini, sebagian besar bursa saham regional Asia menunjukkan kinerja yang positif pada sore hari. Indeks Nikkei Jepang melonjak 263,64 poin atau 0,65 persen, mencapai level 41.058,50. Indeks Shanghai Tiongkok naik tipis 5,67 poin atau 0,16 persen ke posisi 3.639,67. Sementara itu, Indeks Hang Seng Hong Kong menguat 171,00 poin atau 0,69 persen, ditutup pada 25.081,63, dan Indeks Strait Times Singapura meningkat 30,45 poin atau 0,72 persen ke 4.258,15. Penguatan ini kontras dengan pelemahan yang dialami IHSG, mencerminkan kompleksitas sentimen pasar global.

Ringkasan

IHSG mengalami pelemahan pada penutupan perdagangan hari Kamis, 7 Agustus 2025, tertekan oleh sektor teknologi, meskipun indeks LQ45 justru menguat. Pelemahan ini terjadi di tengah ketidakpastian ekonomi global, dipicu oleh kebijakan tarif dagang Donald Trump dan spekulasi terkait kebijakan suku bunga The Fed. Data cadangan devisa Indonesia yang dirilis Bank Indonesia menunjukkan angka 152,0 miliar dolar AS, sedikit menurun namun masih kuat.

Enam dari sebelas sektor di IHSG mencatatkan penguatan, dipimpin oleh sektor barang baku, sementara sektor teknologi mengalami penurunan paling signifikan. Bursa saham regional Asia secara umum menunjukkan kinerja positif, kontras dengan pelemahan yang dialami IHSG. Aktivitas perdagangan di BEI cukup ramai dengan frekuensi transaksi mencapai 2.036.293 kali.