
JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (18/11/2025) sore harus menelan pil pahit, ditutup melemah signifikan. Sentimen pasar global yang meredupkan harapan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed pada Desember 2025 menjadi pemicu utama koreksi ini. IHSG anjlok 54,95 poin atau 0,65 persen, berakhir di posisi 8.361,93. Tak ketinggalan, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 juga tertekan, turun 6,41 poin atau 0,75 persen ke level 843,51.
Atmosfer ketidakpastian ini tidak luput dari perhatian para analis pasar. Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Selasa, menyatakan, “Rasa tidak nyaman mulai menyebar di pasar, dan dengan harapan penurunan suku bunga di Desember 2025 yang memudar. Saat ini tampaknya merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk mengambil keuntungan (profit-taking) dari strategi investasi yang cukup menguntungkan tahun ini, di antaranya membeli (long) saham dan menjual (short) dolar AS.”
Keraguan terhadap kebijakan moneter The Fed memang menjadi sorotan utama dari mancanegara. Pelaku pasar kini memperkirakan peluang penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada Desember 2025 hanya sebesar 45 persen, sebuah penurunan signifikan dibandingkan 62 persen pada pekan sebelumnya. Pergeseran sentimen ini mencerminkan kekhawatiran yang kian mendalam terhadap prospek kebijakan bank sentral Amerika Serikat.
Di tengah dinamika tersebut, perhatian pelaku pasar global kini beralih menantikan dimulainya kembali rilis data ekonomi penting pekan ini. Antusiasme ini muncul setelah pemerintah AS kembali beroperasi pasca periode government shutdown yang berlangsung cukup lama.
Salah satu data yang paling dinanti adalah gambaran resmi pasar tenaga kerja AS melalui rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) bulan September 2025 pada Kamis (20/11) mendatang.
Rilis data NFP AS ini akan mendapatkan sorotan tajam, terutama seiring dengan serangkaian pernyataan bernada lebih berhati-hati atau hawkish yang dilontarkan oleh pejabat tinggi The Fed belakangan ini. Pernyataan-pernyataan tersebut secara langsung memicu keraguan yang lebih besar terhadap kemungkinan penurunan suku bunga pada Desember 2025, menjadikan data NFP sebagai indikator krusial.
Sementara itu, dari ranah domestik, pelaku pasar juga mencermati dengan saksama kebijakan Bank Indonesia (BI) terkait suku bunga acuannya. Sebagian besar analis memproyeksikan BI akan tetap mempertahankan BI Rate di level 4,75 persen. Keputusan ini akan dibahas dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang dijadwalkan pada 18–19 November 2025 pekan ini, menambah daftar sentimen yang mempengaruhi pergerakan pasar saham.
Sepanjang hari, pergerakan IHSG menunjukkan volatilitas. Setelah sempat dibuka menguat pada awal perdagangan, indeks segera berbalik arah ke teritori negatif dan bertahan di zona merah hingga penutupan sesi pertama. Di sesi kedua, tekanan jual masih mendominasi, membuat IHSG tetap berada di zona pelemahan hingga perdagangan berakhir.
Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, hanya satu sektor yang mampu membukukan penguatan, yaitu sektor properti yang naik 2,17 persen. Sebaliknya, sepuluh sektor lainnya kompak melemah. Sektor energi memimpin penurunan paling dalam sebesar 2,27 persen, diikuti oleh sektor barang konsumen non primer yang terkoreksi 1,58 persen, dan sektor barang baku yang melemah 0,40 persen.
Adapun saham-saham yang mencatatkan penguatan terbesar pada perdagangan kali ini meliputi PEGE, JATI, ESTA, OILS, dan CBPE. Di sisi lain, saham-saham yang mengalami pelemahan paling dalam adalah POLU, PJHB, PURI, LUCK, dan UANG.
Total frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 2.523.376 kali transaksi. Sebanyak 40,91 miliar lembar saham berpindah tangan dengan nilai transaksi mencapai Rp 19,67 triliun. Secara rinci, 230 saham berhasil naik, 418 saham mengalami penurunan, dan 162 saham terpantau tidak bergerak nilainya.
Sentimen negatif juga merata di bursa saham regional Asia sore ini. Indeks Nikkei Jepang anjlok 1.595,41 poin atau 3,17 persen ke level 48.728,50. Indeks Hang Seng Hong Kong melemah 454,25 poin atau 1,72 persen ke 25.930,03. Sementara itu, indeks Shanghai Tiongkok turun 32,22 poin atau 0,81 persen ke 3.939,81, dan indeks Strait Times Singapura terkoreksi 37,77 poin atau 0,83 persen ke 4.506,54.
Ringkasan
IHSG ditutup melemah signifikan pada Selasa (18/11/2025), tertekan oleh sentimen global yang meredupkan harapan pemangkasan suku bunga The Fed. IHSG anjlok 0,65 persen, sementara indeks LQ45 juga turun. Pasar kini memperkirakan peluang penurunan Fed Funds Rate (FFR) pada Desember 2025 menurun, dan menantikan rilis data Non-Farm Payrolls (NFP) AS untuk mendapatkan gambaran pasar tenaga kerja.
Selain itu, pelaku pasar domestik mencermati kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI), yang diperkirakan akan tetap dipertahankan. Sebagian besar sektor mengalami pelemahan, kecuali sektor properti yang mencatat penguatan. Bursa saham regional Asia juga turut mengalami sentimen negatif pada hari tersebut.