IHSG Meroket, Tapi Awas! Ini Sentimen yang Bisa Menahan Laju Bursa

Ifonti.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menunjukkan performa yang mengesankan di awal pekan, berhasil melanjutkan tren positifnya. Pada penutupan perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025, IHSG ditutup menguat 0,36% atau setara dengan kenaikan 29,39 poin, mencapai level 8.169,28. Kenaikan ini menandai momentum positif bagi pasar saham domestik.

Optimisme terhadap pergerakan IHSG juga digaungkan oleh para analis. Maximilianus Nico Demus, Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, menilai bahwa peluang penguatan indeks ini masih sangat terbuka lebar. Pandangan positif ini didasari oleh munculnya sejumlah katalis pendorong yang kini mulai terasa di pasar saham.

Nico, dalam pernyataannya kepada Kontan pada hari yang sama, menjelaskan beberapa faktor utama yang berpotensi menjadi penopang kinerja IHSG ke depan. Di antaranya adalah proyeksi pemangkasan tingkat suku bunga lanjutan, baik oleh bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), maupun Bank Indonesia. Selain itu, fenomena window dressing jelang akhir tahun juga diantisipasi akan memberikan dorongan positif bagi pasar saham.

Kendati demikian, Nico juga mengingatkan agar para investor tidak lengah dan tetap mengedepankan kehati-hatian. Ada beberapa risiko eksternal yang patut diwaspadai karena berpotensi memberikan tekanan signifikan pada pergerakan pasar saham.

Salah satu risiko eksternal yang menjadi sorotan adalah potensi kegagalan kesepakatan tarif antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Jika negosiasi ini menemui jalan buntu, dampaknya dapat membebani sentimen pasar secara global, termasuk pasar saham Indonesia.

Prediksi IHSG Untuk Rabu (8/10) Setelah Naik 4 Hari Berturut-turut

Di sisi lain, tren inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih sulit dikendalikan juga menjadi perhatian serius. Terlebih, kondisi ini diperparah dengan data ketenagakerjaan di AS yang justru menunjukkan pelemahan. Kombinasi faktor ini berpotensi memperlambat langkah The Fed dalam menurunkan suku bunga, sebuah kebijakan yang sangat dinantikan. Penundaan penurunan suku bunga ini dapat menekan kinerja aset berisiko, termasuk saham, di pasar saham global dan domestik.

Melihat kondisi ini, Nico menyarankan pendekatan strategi investasi yang berbeda bagi setiap tipe investor. Untuk jangka pendek, investor agresif masih dapat memanfaatkan peluang dari volatilitas harga yang ada di pasar saham, mencari titik masuk dan keluar yang strategis.

Sementara itu, bagi investor konservatif, disarankan untuk bersikap lebih waspada dan tidak terburu-buru. Menunggu momentum yang lebih pasti dan indikator pasar yang lebih jelas akan menjadi pendekatan yang lebih bijak dalam menghadapi ketidakpastian.

Secara umum, nasihat penting yang ditekankan Nico adalah untuk selalu memperhatikan durasi investasi, serta mencermati momentum dan sentimen yang berkembang pada masing-masing sektor di pasar saham. Pemahaman akan faktor-faktor ini krusial untuk membuat keputusan investasi yang tepat.

Tonton: IHSG Menghijau Hari ini, 10 Saham LQ45 dengan PER Terendah & Tertinggi 7 Oktober 2025

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor tersebut, Nico memproyeksikan pergerakan IHSG dalam jangka pendek berpotensi berada di rentang 8.022–8.200. Lebih jauh, untuk target hingga akhir tahun, IHSG memiliki peluang untuk menembus level 8.430, asalkan didukung oleh faktor domestik yang positif dan kebijakan suku bunga yang tetap longgar, sehingga memberikan sentimen positif berkelanjutan bagi pasar saham.