Ini Kata Roland Berger Soal Dinamika Pasar Saham Indonesia

Ifonti.com – KUALA LUMPUR. Meskipun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menunjukkan geliat penguatan, pasar saham Indonesia secara keseluruhan belum sepenuhnya mencapai euforia yang diharapkan.

Pada penutupan perdagangan Jumat (26/9), IHSG berhasil menguat signifikan sebesar 58,66 poin atau 0,73%, mencapai level 8.099,33. Secara akumulatif, kinerja year to date (YtD) IHSG tercatat impresif dengan kenaikan 14,40%. Namun, di balik angka-angka tersebut, sentimen investor asing masih terlihat menahan diri, terbukti dari arus modal asing yang mencatat net outflow sebesar Rp 45,89 triliun sepanjang tahun ini.

Arah Rupiah Tentukan Pergerakan IHSG Senin (29/9)

Meski demikian, daya tarik Indonesia di mata investor global untuk jangka panjang sama sekali tidak surut. John Low, Managing Partner Roland Berger Southeast Asia, menegaskan bahwa minat investasi asing terhadap Indonesia tetap kokoh, bahkan di tengah gejolak sosial-politik domestik yang belakangan menimbulkan ketidakpastian. “Penanaman Modal Asing (PMA) masih mengalir deras, siapa pun presidennya,” ujar John saat ditemui Kontan di Kuala Lumpur, Kamis (28/9/2025).

Menurut John, posisi Indonesia kian mengukuhkan strategisitasnya di tengah pergeseran besar rantai pasok global. Pergeseran ini, yang dipicu oleh perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China, menciptakan peluang unik bagi negara-negara seperti Indonesia. Pemerintah pun telah merespons dengan menyiapkan serangkaian kebijakan proaktif, termasuk program hilirisasi nikel, pengembangan ekosistem logistik nasional yang ditargetkan mampu menekan biaya hingga 6% dari PDB, serta pembangunan berbagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) yang menarik investasi.

Mengukur Peluang Penguatan IHSG Pada Kuartal Akhir

Untuk memaksimalkan momentum emas ini, John menekankan bahwa pemerintah Indonesia perlu fokus pada tiga prioritas utama. Pertama, perbaikan infrastruktur dan logistik yang fundamental untuk mendukung efisiensi pergerakan barang dan jasa. Kedua, peningkatan pemenuhan standar environment, social, and governance (ESG), yang semakin menjadi pertimbangan krusial bagi investor global. Ketiga, penguatan digitalisasi demi menjamin transparansi dan efisiensi di berbagai sektor.

Namun, John juga mengingatkan bahwa dampak langsung dari rekonfigurasi rantai pasok global ini tidak serta-merta terefleksi secara menyeluruh di pasar saham. “Pengaruhnya ada, tapi lebih pada emiten tertentu. Pasar saham bergerak oleh faktor yang jauh lebih kompleks,” jelasnya, menyoroti bahwa pergerakan pasar dipengaruhi oleh spektrum elemen yang lebih luas.

Berdasarkan studi Roland Berger, rantai pasok global kini memang telah bergeser secara signifikan menuju kawasan timur dunia, sebuah dinamika yang sangat menguntungkan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Transformasi ini didorong oleh berbagai faktor pendorong, mulai dari tensi geopolitik, perang dagang yang berkelanjutan, hingga urgensi transisi energi hijau.

Prediksi IHSG Senin 29 September 2025: Cek Sentimen dan Rekomendasi Analis

Dengan cadangan nikel yang mencapai 42% dari total dunia, Indonesia berada di garis depan untuk menjadi pusat manufaktur baterai dan kendaraan listrik (EV) global. Selain itu, Indonesia juga memainkan peran vital di ASEAN dengan menyumbang 36% dari PDB regional dan telah mencatat impor semikonduktor senilai US$ 613 juta, sebuah angka yang mengukuhkan posisinya sebagai pemain kunci dalam rantai pasok regional.