Investasi 2026 Meroket? Kepala BKPM Optimis Berkat Danantara!

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Perkasa Roeslani, menyampaikan keyakinan kuat terhadap prospek investasi di Indonesia. Beliau optimistis bahwa nilai investasi akan mencapai angka Rp 2.175 triliun pada tahun 2026, menandai peningkatan signifikan sebesar 14,2% secara tahunan. Lebih jauh, Rosan juga memproyeksikan target ambisius jangka panjang, di mana dalam lima tahun ke depan, realisasi investasi ditargetkan meroket hingga Rp 13.032,8 triliun pada tahun 2029.

Optimisme ini, menurut Rosan, turut didukung oleh kehadiran Daya Anantara Nusantara atau Danantara yang diharapkan mampu meyakinkan para investor, baik dari dalam maupun luar negeri, untuk terus menanamkan modal di Tanah Air. Pemerintah juga secara aktif mendorong program reinvestasi dari para investor yang telah ada, guna memaksimalkan potensi pengembalian modal yang menguntungkan. “Kami juga akan melakukan reinvestasi dengan mereka, yang mungkin membawa return yang baik,” ujar Rosan, yang juga menjabat sebagai CEO Danantara, dalam Konferensi Pers RAPBN dan Nota Keuangan 2026 di Gedung Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Jumat (15/8).

Proyeksi masa depan ini bukan tanpa dasar. Berdasarkan Buku Nota Keuangan RAPBN 2026, kinerja Kementerian Investasi/Hilirisasi BKPM dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren pertumbuhan investasi Indonesia yang sangat positif. Data menunjukkan lonjakan signifikan realisasi investasi dari Rp 826,3 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 1.714,2 triliun pada tahun 2024, mencatat pertumbuhan tahunan mengesankan sebesar 20,82% pada tahun terakhir periode tersebut.

Dalam kurun waktu tersebut, sektor industri logam dasar tampil sebagai kontributor terbesar dan pilar utama hilirisasi nasional, memimpin pertumbuhan ekonomi melalui nilai tambah yang diciptakan. Peningkatan investasi yang substansial ini secara langsung berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja. Penyerapan tenaga kerja mengalami peningkatan tajam, dari 1,15 juta orang pada tahun 2020 menjadi lebih dari 2,45 juta orang pada tahun 2024, didorong kuat oleh pertumbuhan Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

Menariknya, persebaran investasi juga menunjukkan pemerataan yang lebih baik. Selama periode 2020–2024, investasi di luar Jawa mencapai 51,9% dari total, atau senilai Rp 3.148,2 triliun. Angka ini sedikit melampaui investasi di Jawa yang tercatat 48,1% atau Rp 2.919,4 triliun, mengindikasikan keberhasilan upaya pemerintah dalam mendorong pembangunan ekonomi yang inklusif di seluruh wilayah Indonesia.

Ringkasan

Kepala BKPM, Rosan Perkasa Roeslani, optimistis investasi di Indonesia akan mencapai Rp 2.175 triliun pada tahun 2026, meningkat 14,2% secara tahunan. Target jangka panjang bahkan diproyeksikan mencapai Rp 13.032,8 triliun pada tahun 2029. Optimisme ini didukung oleh kehadiran Daya Anantara Nusantara (Danantara) yang diharapkan dapat meyakinkan investor untuk terus menanamkan modal.

Kinerja investasi Indonesia dalam lima tahun terakhir menunjukkan tren positif dengan lonjakan realisasi investasi dari Rp 826,3 triliun pada tahun 2020 menjadi Rp 1.714,2 triliun pada tahun 2024. Sektor industri logam dasar menjadi kontributor terbesar, dan peningkatan investasi ini berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja. Investasi di luar Jawa juga menunjukkan pemerataan yang lebih baik, mencapai 51,9% dari total investasi selama periode 2020-2024.