ISAT Anjlok! Rekomendasi Saham Indosat Usai Kinerja Semester I 2025

Ifonti.com – JAKARTA. PT Indosat Tbk (ISAT) melaporkan penurunan kinerja keuangan pada semester pertama tahun ini, dengan pendapatan yang tercatat sebesar Rp 27,11 triliun, terkoreksi 3,10% secara tahunan (YoY). Senada, laba bersih perusahaan juga menurun signifikan menjadi Rp 2,33 triliun, merosot 14,6% YoY. Meskipun demikian, para analis pasar memberikan proyeksi yang bervariasi mengenai prospek Indosat di paruh kedua tahun 2025.

Sukarno Alatas, Senior Riset Kiwoom Sekuritas, memproyeksikan potensi pertumbuhan stabil bagi kinerja ISAT di semester II-2025. Optimisme ini didasari oleh beberapa faktor kunci, termasuk peningkatan trafik data yang berkelanjutan, efisiensi operasional pasca-merger yang semakin matang, serta kenaikan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) yang berasal dari pelanggan berkualitas. Kombinasi faktor-faktor ini diharapkan mampu menopang kinerja perusahaan ke depan.

Meskipun ada potensi pertumbuhan, Sukarno juga mengidentifikasi sejumlah tantangan utama yang dihadapi oleh Indosat. Persaingan tarif yang ketat di industri telekomunikasi masih menjadi hambatan signifikan. Selain itu, kebutuhan belanja modal (capex) yang tinggi untuk pengembangan jaringan juga menjadi beban finansial. Risiko pelemahan daya beli masyarakat akibat kondisi ekonomi makro juga perlu diwaspadai, karena dapat menekan margin keuntungan perusahaan.

Lebih lanjut, Sukarno menyoroti sentimen eksternal yang perlu dicermati investor. Regulasi spektrum 5G akan memiliki dampak besar terhadap arah pengembangan dan ekspansi jaringan Indosat. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga berpotensi memengaruhi beban utang perusahaan yang didominasi mata uang asing. Terakhir, tekanan inflasi domestik dapat memengaruhi daya beli dan pada gilirannya konsumsi data pelanggan.

Kinerja Keuangan Turun Semester i-2025, Cek Rekomendasi Saham Indosat (ISAT)

Senada, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, mengamati bahwa secara rasio keuangan, margin profitabilitas ISAT memang tertekan. Penurunan ini terutama dipicu oleh perlambatan pertumbuhan laba bersih (net income growth) serta tingginya beban operasional perusahaan. Dalam konteks ini, investor akan sangat menantikan pemulihan rata-rata pendapatan per pengguna (ARPU) seluler sebagai indikator utama pemulihan kinerja.

Indy juga menggarisbawahi potensi kompetisi harga yang ketat untuk paket data dengan kompetitor. Kekhawatiran ini dapat berujung pada penurunan jumlah pelanggan dan tekanan lebih lanjut pada margin keuntungan Indosat di masa mendatang. Kondisi persaingan pasar yang dinamis ini menuntut strategi adaptif dari manajemen ISAT.

Aspek makroekonomi juga menjadi perhatian Indy untuk mencermati kinerja ISAT di semester dua. Potensi pemangkasan suku bunga oleh Bank Indonesia dapat menstimulasi pengeluaran reguler masyarakat, yang berpotensi mendorong peningkatan ARPU. Namun, ia kembali menekankan persaingan dengan kompetitor yang dapat menimbulkan tekanan pada penetapan harga. Analisis ini disampaikan Indy kepada Kontan, Selasa (5/8/2025).

Dari sisi lain, Steven Gunawan, Analis KB Valbury Sekuritas, dalam risetnya pada 1 Agustus 2025, memproyeksikan laba bersih ISAT untuk tahun 2025 akan tumbuh 4,1% secara tahunan (YoY) mencapai Rp 5,1 triliun. Proyeksi ini juga mengindikasikan perbaikan marjin bersih yang sedikit membaik menjadi 8,9%, dibandingkan 8,8% pada tahun 2024.

Selain itu, Steven memproyeksikan pendapatan ISAT akan mencapai Rp 57,3 triliun pada tahun 2025, yang menyiratkan pertumbuhan sebesar 2,6% YoY. Angka proyeksi pendapatan ini dinilai sejalan dengan target yang telah ditetapkan oleh manajemen Indosat sendiri, menunjukkan keselarasan pandangan antara analis dan perusahaan.

Melihat berbagai proyeksi dan analisis yang ada, saham ISAT masih memiliki peluang untuk menguat hingga akhir tahun 2025. Sukarno Alatas berpendapat bahwa penguatan ini akan didukung oleh efisiensi berkelanjutan dan monetisasi layanan data yang optimal. Oleh karena itu, Sukarno merekomendasikan hold saham ISAT dengan target harga Rp 2.400 per saham.

Sementara itu, Indy Naila juga merekomendasikan hold untuk saham ISAT dengan target harga yang sedikit lebih tinggi, yaitu Rp 2.500 per saham. Berbeda, Steven Gunawan mengambil posisi yang lebih optimis dengan merekomendasikan beli saham ISAT, juga dengan target harga Rp 2.500 per saham, mencerminkan keyakinan akan potensi kenaikan nilai saham tersebut.