Ifonti.com Dunia kripto kembali bergejolak dengan seruan dari tokoh-tokoh terkemuka seperti Jack Dorsey dan Peter Todd. Mereka mendorong aplikasi pesan terenkripsi Signal untuk mengadopsi Bitcoin melalui sebuah kampanye baru yang dinamakan “Bitcoin for Signal“, yang menarik perhatian luas di kalangan komunitas digital.
Kampanye ini, yang digaungkan baru-baru ini, secara spesifik mendorong integrasi Bitcoin dengan protokol Cashu. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transaksi pembayaran langsung di dalam aplikasi Signal menggunakan teknologi “Chaumian Ecash“, sebuah metode yang diklaim menawarkan privasi ekstra bagi para penggunanya.
Dorsey, pendiri Block (sebelumnya Square) dan mantan CEO Twitter, mengutarakan dukungannya dengan tegas di X (sebelumnya Twitter) pada Kamis, 16 Oktober 2026. “@Signalapp seharusnya menggunakan Bitcoin,” cuitnya, sambil me-retweet unggahan dari pengembang pseudonim Cashu yang merupakan penggagas utama kampanye ini.
Situs resmi kampanye tersebut secara lugas menyatakan, “Bitcoin layak berada di Signal. Cashu ecash menghadirkan pembayaran Bitcoin yang benar-benar privat di dalam aplikasi pesan terenkripsi paling tepercaya di dunia.” Senada dengan Dorsey, pengembang Bitcoin Peter Todd juga menyuarakan dukungan, menekankan perlunya Bitcoin untuk menggantikan atau setidaknya melengkapi sistem pembayaran kripto Signal saat ini, MobileCoin (MOB).
Todd secara terang-terangan mengkritik implementasi MobileCoin yang kurang berhasil. “Saya sebenarnya ingin mencoba MobileCoin. Tapi proyek itu gagal total—sampai-sampai saya tidak bisa membelinya,” ungkapnya. Menurut Todd, “Signal harus menerima kenyataan dan menambahkan dukungan untuk Bitcoin,” mengisyaratkan bahwa MobileCoin tidak memenuhi ekspektasi pengguna. Sejak diimplementasikan pada April 2021, MobileCoin memang telah menuai kritik tajam. Banyak pihak menganggapnya terlalu tersentralisasi dan sangat bergantung pada jumlah validator yang sangat kecil, sebuah karakteristik yang kontradiktif dengan etos desentralisasi dalam dunia kripto.
Gelombang dukungan terhadap kampanye “Bitcoin for Signal” tak berhenti di sana. Pengembang pseudonim Calle dan Pavol Rusnak, salah satu pendiri Satoshi Labs, turut meramaikan seruan ini. Dengan basis lebih dari 70 juta pengguna aktif bulanan, integrasi Bitcoin di Signal berpotensi mengubah aplikasi ini menjadi platform raksasa untuk transaksi peer-to-peer berbasis Bitcoin yang mudah diakses.
Visi Dorsey terhadap Bitcoin bukan sekadar sebagai “penyimpan nilai” (store of value). Ia sebelumnya berpendapat bahwa Bitcoin akan gagal jika tidak digunakan untuk transaksi sehari-hari, sebagaimana cita-cita awal sang kreator anonim, Satoshi Nakamoto.
Namun, di balik antusiasme tersebut, sejumlah kritikus melontarkan pertanyaan fundamental: apakah Bitcoin benar-benar cocok untuk aplikasi yang berfokus pada privasi dan enkripsi seperti Signal? Mereka menilai bahwa Bitcoin, pada dasarnya, tidak dirancang sebagai solusi privasi utama. José Pedro Sousa, seorang insinyur dari Aztec Network, secara blak-blakan menyuarakan keraguannya, “Jack, mengapa menggunakan blockchain publik untuk aplikasi pesan privat?” Pertanyaan ini mencerminkan kekhawatiran banyak pihak. Organisasi advokasi hak digital Techlore bahkan berpendapat bahwa integrasi Bitcoin justru dapat mengancam privasi pengguna Signal, bukan meningkatkannya. Mereka yang peduli privasi sering kali menyarankan alternatif seperti Monero (XMR) dan Zcash (ZEC), yang memang memiliki fitur privasi bawaan sebagai bagian inti dari desain mereka. Meskipun protokol Cashu dirancang untuk menawarkan lapisan privasi tambahan bagi transaksi Bitcoin, para skeptis menunjukkan bahwa implementasi serupa belum terbukti berhasil dalam skala besar, menimbulkan pertanyaan tentang kelayakannya untuk puluhan juta pengguna Signal.
Dorongan untuk memperkuat aplikasi pesan privat berbasis Bitcoin ini kian relevan di tengah wacana global mengenai privasi digital. Hal ini terutama menyoroti proposal kontroversial dari Uni Eropa terkait undang-undang “Chat Control“. Aturan tersebut, jika disahkan, akan memaksa semua aplikasi pesan, termasuk Signal dan WhatsApp, untuk memindai dan menyerahkan isi pesan pribadi kepada otoritas dengan dalih mendeteksi materi pelecehan anak. Kebijakan “Chat Control” ini secara luas dipandang sebagai ancaman serius terhadap perlindungan enkripsi end-to-end, yang menjadi fondasi utama privasi komunikasi digital. Jerman telah menolak proposal tersebut, berargumen bahwa pemindaian massal pesan pribadi bertentangan dengan konstitusi negara. Rencana pemungutan suara terkait undang-undang ini telah ditunda dan dijadwalkan ulang pada awal Desember, menyoroti perdebatan sengit yang masih berlangsung.