Kenaikan Kinerja dan Rencana Buyback Jadi Penggerak Saham MTEL

Jakarta – Kinerja positif menyelimuti sektor emiten menara telekomunikasi pada semester I-2025, dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel menjadi salah satu pemain utama yang mencuri perhatian. Saham perseroan bahkan menunjukkan pergerakan signifikan, seperti pada Senin (11/8) yang naik 2,4% hingga mencapai level Rp 640.

Penguatan harga saham MTEL ini tidak semata-mata didorong oleh catatan kinerja yang impresif. Sentimen positif juga muncul setelah anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) ini mengumumkan rencana pembelian kembali saham (buyback) dengan alokasi dana fantastis mencapai Rp 1 triliun, yang akan mencakup hingga maksimal 4,12% dari total saham beredar. Usulan buyback ini akan dimintakan persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 26 Agustus mendatang.

Di tengah optimisme tersebut, pasar juga dihebohkan oleh rumor terkait potensi merger antara MTEL dan Tower Bersama Infrastructure (TBIG). Seorang analis, pada Senin (11/8), turut menyoroti fenomena konsolidasi di industri ini. “Setelah ISAT dengan Tri, lalu EXCL dan FREN merger, masa industri penunjangnya seperti tower dan fiber tidak ikutan,” ujarnya, mengindikasikan bahwa gelombang konsolidasi mungkin akan berlanjut ke sektor pendukung infrastruktur telekomunikasi.

Analisis dari BRI Danareksa Sekuritas, melalui Kafi Ananta dan Erindra Krisnawan, mengonfirmasi bahwa realisasi kinerja keuangan MTEL sepanjang semester I-2025 sesuai ekspektasi. Laba bersih perseroan yang mencapai Rp 1,09 triliun setara dengan 52% dari target BRI Danareksa Sekuritas dan 50% dari konsensus analis. Kinerja kuat ini ditopang oleh stabilnya sektor penyewaan menara telekomunikasi dan fiber optik. Atas dasar tersebut, BRI Danareksa Sekuritas mempertahankan rekomendasi beli saham MTEL dengan target harga Rp 800.

MTEL Manfaatkan Penurunan Suku Bunga untuk Atur Posisi Utang

Senada, analis MNC Sekuritas, Christian Sitorus, juga melihat prospek cerah bagi saham Mitratel (MTEL). Ia menyebutkan bahwa kelanjutan ekspansi infrastruktur dan disiplin biaya akan menjadikan saham ini semakin menarik. Perseroan juga diproyeksikan akan diuntungkan oleh tren peningkatan biaya sewa menara telekomunikasi dan jaringan fiber, seiring dengan ekspansi jaringan operator telekomunikasi yang terus berlanjut. Dalam riset terbarunya, MNC Sekuritas tetap merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 780, mempertimbangkan potensi kenaikan pendapatan dari ekspansi jaringan fiber dan perluasan jaringan oleh operator telekomunikasi.

Sementara itu, Equity Research Analyst KB Valbury Sekuritas, Steven Gunawan, juga mencermati kinerja MTEL di paruh pertama 2025 yang sesuai ekspektasi dan konsensus. Kinerja tersebut didukung oleh biaya tunai yang lebih rendah serta efisiensi dalam biaya operasi dan pemeliharaan. Menurut Steven, risiko hilangnya sewa dari PT XL Smart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), entitas hasil merger XL Axiata dan Smartfren, semakin berkurang. Hal ini dinilai akan menjadi keuntungan bagi kinerja MTEL ke depan, terutama dengan dukungan dari segmen fiber to the tower (FTTH).

Meskipun demikian, Steven Gunawan juga mengingatkan adanya risiko yang tetap perlu dicermati, seperti langkah efisiensi biaya oleh operator telekomunikasi dan tantangan pembangunan jaringan di tengah konsolidasi industri yang sedang berlangsung, sebagaimana ia tulis dalam riset yang dirilis pada 1 Agustus 2025.

Selain faktor kinerja dan potensi merger, penguatan harga saham MTEL juga semakin didukung oleh rencana pembelian kembali (buyback) saham senilai Rp 1 triliun yang akan dimintakan persetujuan pada RUPSLB mendatang. Sejumlah broker pun memberikan pandangan optimis. Target harga tertinggi saham MTEL diberikan oleh Sinarmas Sekuritas dengan angka Rp 860. Disusul oleh OUB Kay Hian yang merekomendasikan beli saham MTEL dengan target harga Rp 820, dan BRI Danareksa Sekuritas yang mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 800.