Kinerja Emiten Jasa Pendukung Bisnis Tak Bergairah, Cermati Rekomendasi Sahamnya

JAKARTA. Kinerja emiten di sektor jasa pendukung bisnis menunjukkan tren yang lesu pada paruh pertama tahun ini. Meskipun demikian, para analis pasar masih melihat potensi daya tarik pada beberapa saham di sektor ini untuk dikoleksi.

PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI) melaporkan penurunan laba bersih yang signifikan, mencapai 40,99% secara tahunan (YoY), dari Rp 14,06 miliar menjadi Rp 8,29 miliar. Namun, perusahaan ini berhasil mencatatkan kenaikan pendapatan sebesar 4,83% YoY, dari Rp 84,13 miliar menjadi Rp 88,20 miliar.

Sementara itu, PT Dyandra Media International Tbk (DYAN) mengalami tekanan lebih besar dengan pendapatan yang minus 14,46% YoY, turun dari Rp 781,27 miliar menjadi Rp 668,26 miliar. Laba bersihnya bahkan merosot tajam hingga 77,41% YoY, dari Rp 85,16 miliar menjadi hanya Rp 19,23 miliar.

Penurunan kinerja DYAN tercermin di seluruh segmen pendapatannya. Segmen konvensi dan eksibisi, misalnya, hanya menyumbang Rp 60,54 miliar dibandingkan Rp 123,13 miliar pada tahun sebelumnya. Segmen penyelenggara acara juga turun dari Rp 619,21 miliar menjadi Rp 572,70 miliar, begitu pula segmen hotel dari Rp 27,50 miliar menjadi Rp 24,76 miliar, dan segmen pendukung acara dari Rp 11,42 miliar menjadi Rp 10,25 miliar.

Sekretaris Perusahaan DYAN, Mirna Gozal, menjelaskan bahwa efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah berdampak besar pada penurunan penyelenggaraan acara. Ini sangat memengaruhi pertumbuhan bisnis DYAN yang selama ini banyak bergantung pada kegiatan pemerintah, seperti perjalanan dinas, rapat, seminar, dan acara sejenis lainnya.

Dampak ini diperparah dengan pelepasan seluruh saham anak perusahaan DYAN, PT Visicita Imaji Semesta, pada 17 Juni 2025. DYAN juga mencatat penghapusan nilai goodwill sebesar Rp 20 miliar, yang kemudian dikategorikan sebagai kerugian dalam pos “beban lain-lain” di laporan keuangannya.

Untuk memulihkan kinerja, Mirna menyatakan bahwa DYAN akan kembali fokus memburu pendapatan dari pasar korporasi dan asosiasi. Selain itu, perseroan juga akan mengembangkan event intellectual property (IP) seperti Halal Indo, IIMS, Projek-D, Deep Extreme Indonesia, dan Indowood Expo. DYAN telah mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar 3% dari proyeksi pendapatan tahun 2025 dan 50% di antaranya sudah terserap hingga Juni 2025. Dana ini digunakan untuk merenovasi hotel dan Dyandra Convention Center di Surabaya, serta mengembangkan wahana di Taman Mini Indonesia Indah. “Melihat peluang bisnis yang ada, perseroan menetapkan kenaikan pendapatan di FY 2025 sebesar 5% YoY,” ujar Mirna optimistis.

Beralih ke emiten lain, PT Island Concepts Tbk (ICON) berhasil meningkatkan pendapatannya 8,9% YoY dari Rp 100,45 miliar menjadi Rp 109,39 miliar. Namun, perusahaan akomodasi pariwisata ini justru mencatat kerugian Rp 330,22 juta, padahal pada tahun sebelumnya ICON masih membukukan laba bersih Rp 4,72 miliar.

Di antara emiten-emiten yang disebutkan, PT Astra Graphia Tbk (ASGR) menonjol dengan pencapaian laba bersih Rp 106,19 miliar, naik signifikan 29,27% YoY dari Rp 82,14 miliar. Pendapatannya juga tumbuh positif 18,46% YoY, mencapai Rp 1,52 triliun dari Rp 1,28 triliun.

Secara rinci, kenaikan pendapatan ASGR didorong oleh segmen jasa sewa yang bertambah dari Rp 799,93 miliar menjadi Rp 846,81 miliar. Pendapatan dari penjualan barang juga naik dari Rp 328,26 miliar menjadi Rp 395,05 miliar, serta segmen pendapatan proyek yang meningkat dari Rp 159,82 miliar menjadi Rp 284 miliar. Presiden Direktur ASGR, Hendrix Pramana, menjelaskan bahwa pertumbuhan pendapatan ini terutama berasal dari unit usaha solusi teknologi informasi.

Terbaru, ASGR telah menambah dua alat produksi baru, yaitu Fujifilm Revoria PressTM EC2100S dan Fujifilm Revoria PressTM SC285S, yang turut mendongkrak pendapatan perusahaan. Selain itu, ASGR aktif menggelar open house di berbagai kota di Indonesia untuk memperkenalkan performa kedua seri Fujifilm Revoria PressTM tersebut kepada pelanggan. “Melalui inisiatif ini, Astragraphia memperluas jangkauan solusi cetak produksi berteknologi tinggi, selaras dengan komitmen Astragraphia untuk mendukung pertumbuhan industri kreatif di Indonesia, khususnya melalui peningkatan produktivitas UMKM dan brand lokal dalam sektor ekonomi kreatif,” kata Hendrix.

Meskipun kinerja ASGR menunjukkan pertumbuhan, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai performanya masih terbilang stagnan di semester I 2025 karena kontribusi dari solusi teknologi informasi belum maksimal. Sementara itu, DYAN menurutnya masih memiliki prospek positif berkat rebound dari acara berbasis meetings, incentives, conventions, and exhibitions (MICE) pasca pemilihan umum, meskipun marginnya tipis.

Wafi menambahkan bahwa kinerja ICON cenderung flat akibat aktivitas pariwisata dan properti di Bali yang belum tumbuh signifikan. Sedangkan MFMI, meski top line-nya stabil, tertekan oleh model bisnisnya yang berbasis volume.

Di sisi lain, Investment Analyst Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, menyoroti tekanan pada top line emiten-emiten ini, khususnya ICON. Menurutnya, penurunan jumlah proyek menjadi penyebab utama, sehingga ICON perlu meningkatkan efisiensi operasionalnya. Untuk perbaikan kinerja di semester II, Indy menyarankan emiten-emiten ini untuk merancang strategi ekspansi dan mengoptimalkan penggunaan capex.

Senada dengan Indy, Wafi juga menekankan pentingnya transformasi digital bagi emiten-emiten ini. Upaya ini akan lebih berhasil jika didukung oleh pemulihan kondisi ekonomi. Diversifikasi bisnis dan optimalisasi sinergi dengan entitas pendukung lain juga menjadi kunci sukses ke depan.

Ke depan, sentimen positif yang dapat memengaruhi kinerja emiten jasa pendukung bisnis adalah pemulihan ekonomi secara keseluruhan dan stimulus digitalisasi dari pemerintah. Namun, ada sentimen negatif berupa tekanan margin akibat penurunan bisnis konvensional dan tambahan capex untuk transformasi digital.

Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Muhammad Wafi merekomendasikan saham ASGR dengan target harga Rp 950, DYAN Rp 95, ICON Rp 50, dan MFMI Rp 1.100 per saham. Sementara itu, Indy Naila menyarankan investor untuk memantau saham ASGR dengan target harga yang lebih tinggi, yaitu Rp 1.130 per saham.