Kinerja Emiten Telekomunikasi Masih Tertekan pada Semester I-2025

Ifonti.com JAKARTA. Kinerja emiten telekomunikasi di Indonesia menunjukkan tren yang masih lesu pada semester I-2025. Sentimen positif dari libur Lebaran dan libur sekolah ternyata belum cukup kuat untuk mendongkrak konsumsi penggunaan produk telekomunikasi, sehingga prospek sektor ini tetap menjadi sorotan para investor.

Indikator utama dari pelemahan ini terlihat jelas pada penurunan Pendapatan Rata-Rata Per Pengguna (ARPU). Hampir seluruh perusahaan telekomunikasi besar mencatatkan koreksi pada metrik penting ini. PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), misalnya, melaporkan ARPU gabungan sebesar Rp 38.000 pada semester I-2025, menurun signifikan dari Rp 43.000 pada periode yang sama tahun 2024.

Penurunan serupa juga dialami oleh PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM). ARPU Mobile mereka terkoreksi 7,4% secara tahunan menjadi Rp 41.800 per Juni 2024. Tak hanya itu, ARPU IndiHome juga menyusut 8,8% Year-on-Year (YoY) menjadi Rp 220.300, mengindikasikan tekanan di segmen fixed broadband.

Di tengah tren negatif ini, PT Indosat Tbk (ISAT) tampil sebagai pengecualian. Emiten telekomunikasi ini berhasil mencatatkan kenaikan ARPU gabungan sebesar 2,5% YoY, meski angkanya tercatat Rp 37.900 pada periode Januari–Juni 2025, sedikit di bawah Rp 38.900 pada periode yang sama tahun 2024. Meskipun demikian, kenaikan ARPU ISAT ini tidak serta merta mencerminkan performa keuangan yang prima.

Secara keseluruhan, kinerja keuangan ISAT justru mengalami penurunan pendapatan sebesar 3,10% YoY menjadi Rp 27,11 triliun. Laba bersihnya pun ikut menyusut 14,6% YoY menjadi Rp 2,33 triliun. Kondisi ini menunjukkan bahwa peningkatan ARPU saja belum cukup untuk mengompensasi tantangan operasional dan pasar yang ada.

Senada, kinerja TLKM juga ikut terkoreksi, di mana pendapatan emiten pelat merah ini menyusut 3% secara tahunan menjadi Rp 73 triliun. Laba bersihnya pun turun 6,68% YoY menjadi Rp 10,97 triliun. Sementara itu, EXCL mencatatkan pendapatan bersih yang meningkat 11,98% YoY menjadi Rp 19,09 triliun per Juni 2025. Namun, peningkatan pendapatan ini diiringi dengan kerugian bersih sebesar Rp 1,22 triliun pada periode yang sama. Penurunan kinerja EXCL ini disebut-sebut tak terlepas dari dampak aksi korporasi besar, yaitu merger antara XL Axiata dan Smartfren Telecom.

Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, mengamati bahwa meskipun sektor telekomunikasi masih lesu di tahun 2025, sahamnya masih tergolong saham defensif yang menarik bagi investor jangka panjang. “Pemulihan baru lebih terasa pada 2026 seiring stabilitas daya beli dan monetisasi aset digital,” jelasnya kepada Kontan, Senin (1/9). Wafi memproyeksikan bahwa kuartal III-2025 masih akan cenderung berat karena daya beli masyarakat yang belum pulih, terutama di segmen mass market.

Kendati demikian, Wafi melihat adanya potensi rebound musiman pada kuartal IV-2025. “Ada potensi rebound musiman yaitu libur Natal dan Tahun Baru karena akan ada lonjakan traffic data, yang bisa sedikit menopang revenue, meski tidak cukup kuat mengubah tren tahunan,” tambahnya. Ini memberikan sedikit angin segar di tengah proyeksi yang menantang.

Kiwoom Sekuritas merekomendasikan saham TLKM sebagai pilihan utama dengan target harga di Rp 4.800, diikuti oleh ISAT di Rp 3.200, dan EXCL di Rp 3.300. Menurut Kiwoom, saham TLKM dan ISAT lebih bersifat defensif, menawarkan stabilitas di tengah gejolak pasar. Mengenai EXCL, analis Kiwoom menjelaskan, “EXCL masih dalam fase integrasi, kinerja bisa volatile dalam jangka pendek tetapi untuk jangka menengah dan panjang bisa menarik karena potensi sinergi besar.”

Senada dengan pandangan tersebut, Senior Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas, Sukarno Alatas, juga meyakini bahwa prospek pada sisa tahun 2025 berpotensi pulih berkat beberapa sentimen positif, khususnya pada kuartal IV-2025. “Pertama, adanya musim libur Natal dan Tahun Baru yang mendorong trafik data, meski pelemahan daya beli dan kompetisi harga tetap menahan pemulihan,” pungkasnya, menggarisbawahi faktor-faktor yang akan memengaruhi kinerja sektor telekomunikasi hingga akhir tahun.

Ringkasan

Kinerja emiten telekomunikasi Indonesia pada semester I-2025 masih lesu, ditandai dengan penurunan Pendapatan Rata-Rata Per Pengguna (ARPU) di hampir semua perusahaan besar. XL Axiata (EXCL) dan Telkom Indonesia (TLKM) mencatat penurunan ARPU yang signifikan, sementara Indosat (ISAT) menunjukan kenaikan kecil, namun tetap mengalami penurunan pendapatan dan laba bersih. Kondisi ini menunjukkan dampak lemahnya daya beli masyarakat.

Meskipun prospek sektor masih menantang di tahun 2025, ada potensi rebound musiman pada kuartal IV-2025 akibat libur Natal dan Tahun Baru. Analis memproyeksikan pemulihan yang lebih signifikan baru akan terjadi pada tahun 2026. Saham-saham telekomunikasi masih dianggap defensif dan menarik untuk investasi jangka panjang, dengan TLKM, ISAT, dan EXCL direkomendasikan oleh beberapa analis sekuritas.