Laba DNET Naik 21,52%! Ini Rekomendasi Saham Indoritel Terbaru

JAKARTA. Emiten sektor ritel terkemuka dari Grup Salim, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET), berhasil mencatatkan kinerja keuangan yang mengesankan sepanjang semester I-2025. Laporan keuangan menunjukkan peningkatan signifikan baik dari segi laba bersih maupun pendapatan, menegaskan posisi kuatnya di industri.

Secara rinci, PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) sukses membukukan laba bersih sebesar Rp 540,65 miliar pada periode semester pertama 2025. Angka ini melonjak tajam 21,52% secara tahunan (yoy) dibandingkan dengan laba sebesar Rp 444,89 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Kenaikan laba ini turut mendongkrak laba per saham dasar perusahaan menjadi Rp 38,12, naik dari sebelumnya Rp 31,37.

Tak hanya laba, pendapatan DNET dari kontrak dengan pelanggan juga menunjukkan pertumbuhan positif. Tercatat kenaikan 14,94% menjadi Rp 801,37 miliar, meningkat dari Rp 697,15 miliar. Rincian pendapatan menunjukkan bahwa segmen korporasi berkontribusi Rp 455,45 miliar, naik dari Rp 412,43 miliar. Sementara itu, segmen ritel mencatatkan pertumbuhan signifikan dengan pendapatan mencapai Rp 304,73 miliar, dari sebelumnya Rp 239,56 miliar. Namun, pendapatan lain-lain sedikit menurun menjadi Rp 41,18 miliar dari Rp 45,15 miliar.

Kinerja impresif DNET juga didukung oleh kontribusi laba yang solid dari entitas asosiasi dan ventura bersama, yang mencapai Rp 444,37 miliar di semester I-2025, meningkat dari Rp 339,29 miliar. PT Indomarco Prismatama (Indomaret) menjadi penyumbang utama dengan kontribusi sebesar Rp 479,99 miliar. Disusul oleh PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) atau Sari Roti yang menyumbangkan Rp 18,5 miliar. Meskipun demikian, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) yang mengoperasikan KFC, masih membukukan kerugian sebesar Rp 50,36 miliar. Selain itu, PT Jaringan Mega Sedayu memberikan kontribusi Rp 1,26 miliar, sedangkan PT Teknologi Mega Sedayu mencatatkan kerugian Rp 15 juta.

Dari sisi neraca, total aset DNET per Juni 2025 mencapai Rp 21,88 triliun, meningkat dari Rp 21,35 triliun di akhir Desember 2024. Di sisi lain, total liabilitas perusahaan berhasil ditekan menjadi Rp 7,09 triliun per semester I-2025, turun dari Rp 7,12 triliun pada akhir Desember 2024. Kondisi ini memperkuat ekuitas perusahaan yang melonjak menjadi Rp 14,79 triliun per Juni 2025, dari Rp 14,23 triliun di akhir 2024. Meskipun demikian, saldo kas dan setara kas akhir periode tercatat sedikit menurun menjadi Rp 1,21 triliun per Juni 2025, dari Rp 1,28 triliun sebelumnya.

Menanggapi capaian ini, Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menjelaskan bahwa kinerja DNET di semester I-2025 didorong oleh peningkatan signifikan dari kontrak korporasi dan ritel. Ia menyoroti kenaikan pendapatan segmen ritel sebesar 27,2% menjadi Rp 304,73 miliar, serta kontribusi laba entitas asosiasi yang substansial dari Indomaret dan Sari Roti, meskipun diwarnai kerugian dari KFC. Namun, Ekky memberikan catatan penting terkait saham DNET. “Untuk prospek bisnis saat ini masih berkembang, namun valuasi sangat tinggi dan likuiditas saham juga sangat rendah dengan rata-rata transaksi di bawah Rp 500 juta per hari,” ujarnya kepada Kontan pada Selasa (5/8). Berdasarkan pertimbangan tersebut, Ekky belum merekomendasikan saham DNET untuk saat ini.

Berbeda dengan pandangan tersebut, Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia, Muhammad Wafi, menilai prospek DNET masih menjanjikan hingga akhir 2025. Optimisme ini didasari oleh pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang tetap positif pada kuartal II-2025 serta kondisi makroekonomi yang relatif stabil. Meskipun demikian, Wafi juga mengingatkan adanya risiko penurunan kontribusi dari anak perusahaannya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Wafi merekomendasikan untuk mempertahankan saham DNET dengan target harga di level Rp 8.000 per saham.

Ringkasan

PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) mencatatkan laba bersih sebesar Rp 540,65 miliar pada semester I-2025, meningkat 21,52% secara tahunan. Peningkatan ini didukung oleh pertumbuhan pendapatan dari kontrak dengan pelanggan sebesar 14,94% menjadi Rp 801,37 miliar, terutama dari segmen korporasi dan ritel. Kontribusi laba dari entitas asosiasi seperti Indomaret dan Sari Roti juga berperan signifikan dalam kinerja positif DNET.

Analis terbagi dalam pandangan terhadap saham DNET. Satu analis menilai valuasi saham terlalu tinggi dan likuiditasnya rendah, sehingga belum merekomendasikan pembelian. Sementara analis lain melihat prospek DNET masih menjanjikan hingga akhir 2025 karena pertumbuhan PDB Indonesia yang positif dan kondisi makroekonomi yang stabil, dengan rekomendasi untuk mempertahankan saham dengan target harga Rp 8.000 per saham.