JAKARTA. Persaingan memperebutkan pita frekuensi 1,4 GHz kian memanas setelah lelang harga resmi dimulai pada Senin (13/10/2025). Tiga raksasa telekomunikasi nasional berhasil melaju ke babak penentuan, siap untuk menggarap potensi layanan internet pita lebar yang masif di Indonesia.
Ketiga perusahaan yang dimaksud adalah PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT Telemedia Komunikasi Pratama—anak usaha dari PT Solusi Sinergi Digital Tbk (WIFI)—serta PT Eka Mas Republik, entitas dari PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA). Kehadiran mereka di tahap akhir lelang frekuensi 1,4 GHz ini menandai langkah strategis dalam peta persaingan industri.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) sebagai regulator, telah membagi spektrum 1,4 GHz ini menjadi tiga regional utama untuk memastikan pemerataan dan optimalisasi layanan. Regional I mencakup wilayah padat populasi seperti Pulau Jawa, serta wilayah timur Indonesia yakni Papua dan Maluku. Selanjutnya, Regional II meliputi Pulau Sumatera, Bali, dan Nusa Tenggara. Terakhir, Regional III dialokasikan untuk Pulau Kalimantan dan Pulau Sulawesi, melengkapi jangkauan layanan secara nasional.
Ada 7 Perusahaan Ikut Lelang 1,4 Ghz, Apa Saja Tantangannya?
Perluasan akses menjadi fokus utama pemanfaatan spektrum frekuensi 1,4 GHz ini, yang didedikasikan untuk layanan Fixed Wireless Access (FWA). FWA diharapkan dapat menjadi solusi revolusioner dalam memperluas jangkauan Fixed Broadband (FBB) dan membuatnya lebih terjangkau di seluruh pelosok Indonesia, mengatasi kendala geografis dan infrastruktur yang ada.
Kafi Ananta, Equity Research Analyst BRI Danareksa Sekuritas, menyoroti bahwa peluncuran pita frekuensi 1,4 GHz ini berpotensi besar untuk mengubah lanskap persaingan antara layanan Fixed Broadband (FBB) dan seluler. Menurut risetnya yang dirilis 10 Oktober 2025, FWA menawarkan solusi langsung terhadap hambatan utama penetrasi FBB yang rendah, yaitu harga yang tinggi dan keterbatasan jangkauan.
Kafi menambahkan, pemain Fiber to The Home (FTTH) mungkin menghadapi tantangan jika pembagian zona diterapkan secara ketat. Namun, segmen seluler justru kemungkinan besar akan merasakan tekanan kompetitif yang signifikan dengan kehadiran layanan FWA berbiaya lebih rendah ini.
Data dari BRI Danareksa Sekuritas menunjukkan perbedaan mencolok dalam penggunaan data. Rata-rata trafik FBB di Indonesia mencapai 522 GB per pelanggan, atau sekitar 145 GB per orang, angka yang jauh melampaui penggunaan data seluler yang hanya sekitar 16 GB per bulan.
Potensi efisiensi biaya yang ditawarkan FWA sangat signifikan. Dengan perkiraan harga paket Rp100.000 per bulan, biaya efektif FWA hanya sekitar Rp191 per GB. Angka ini secara drastis lebih murah, sekitar 14 kali lipat, dibandingkan layanan seluler yang rata-rata mencapai Rp2.610 per GB dari tiga operator besar pada kuartal II 2025.
Lelang Frekuensi 1,4 GHz Dibuka, Pemerintah Perluas Akses Internet Pita Lebar
Meski daya beli masyarakat di beberapa wilayah masih menjadi pertimbangan, Kafi Ananta menegaskan bahwa FWA berbiaya rendah di daerah yang minim infrastruktur serat optik akan menjadi alternatif yang sangat menarik. Potensinya besar untuk mengalihkan sebagian besar aktivitas internet dengan kebutuhan bandwidth tinggi dari jaringan seluler, memberikan pengalaman konektivitas yang lebih stabil dan ekonomis.
Senada dengan pandangan tersebut, Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, melihat bahwa hadirnya spektrum frekuensi ini akan secara signifikan menurunkan biaya internet sekaligus memperluas jangkauan ke daerah-daerah terpencil yang sebelumnya sulit diakses.
Martha juga mengamati bahwa sebelum lelang frekuensi 1,4 GHz ini dimulai, perang harga di sektor layanan internet sejatinya sudah berlangsung, didorong oleh tingginya kebutuhan akan konektivitas di Indonesia. Ia menyimpulkan bahwa kebutuhan telekomunikasi yang masif telah memunculkan pemain baru yang berhasil menawarkan harga terjangkau, dan dengan adanya lelang ini, harga internet diproyeksikan akan semakin kompetitif dan terjangkau bagi masyarakat.
Telkom Indonesia (TLKM) Siapkan Program Magang dan Uang Saku Untuk Fresh Graduate
Mengenai dampak spesifik lelang ini terhadap para peserta, Martha Christina mencermati bahwa PT Telemedia Komunikasi Pratama (WIFI) kemungkinan besar akan merasakan dampak paling signifikan. Hal ini disebabkan oleh ukuran aset dan pangsa pasar WIFI yang relatif tidak sebesar dua kompetitornya, TLKM dan DSSA, sehingga peluang dari lelang frekuensi ini bisa menjadi katalis pertumbuhan yang besar baginya.
Menutup analisis, BRI Danareksa Sekuritas tetap optimistis dengan mempertahankan pandangan overweight terhadap sektor telekomunikasi. Mereka memperkirakan adanya pemulihan kinerja yang kuat di paruh kedua tahun 2024, didorong oleh perbaikan harga dan tren konsolidasi industri yang terus berlanjut.
Ringkasan
Lelang frekuensi 1,4 GHz telah dimulai dengan tiga perusahaan telekomunikasi besar, yaitu TLKM, WIFI, dan DSSA, bersaing untuk mendapatkan spektrum yang dibagi menjadi tiga regional oleh Komdigi. Frekuensi ini ditujukan untuk layanan Fixed Wireless Access (FWA) yang diharapkan dapat memperluas jangkauan Fixed Broadband (FBB) dan membuatnya lebih terjangkau, mengatasi keterbatasan geografis dan infrastruktur.
FWA berpotensi mengubah lanskap persaingan antara FBB dan seluler karena menawarkan biaya yang lebih rendah dibandingkan layanan seluler, dengan perkiraan harga paket Rp100.000 per bulan atau sekitar Rp191 per GB. Lelang ini diproyeksikan akan menurunkan biaya internet dan memperluas jangkauan ke daerah terpencil, dengan WIFI diprediksi akan merasakan dampak paling signifikan karena ukurannya yang relatif lebih kecil dibandingkan TLKM dan DSSA.