Ifonti.com JAKARTA. Nilai tukar rupiah kembali menunjukkan performa yang lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Kamis (25/9/2025). Tekanan ini diproyeksikan akan terus berlanjut hingga sesi perdagangan Jumat (26/9/2025), mengindikasikan adanya kekhawatiran mendalam di pasar keuangan.
Mengutip data dari Bloomberg, kurs spot rupiah ditutup melemah signifikan sebesar 0,39%, menembus level Rp 16.749 per dolar AS pada Kamis (25/9/2025). Senada dengan tren tersebut, acuan Jisdor Bank Indonesia (BI) juga mencatat pelemahan 0,43%, menempatkan rupiah pada posisi Rp 16.752 per dolar AS. Kondisi ini mencerminkan sentimen negatif yang kuat terhadap mata uang domestik.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pelemahan tajam rupiah dipicu oleh arus keluar dana asing atau outflow dari Surat Berharga Negara (SBN). Fenomena ini diperparah oleh kekhawatiran investor mengenai potensi kebijakan pelonggaran atau stimulus pemerintah yang dikhawatirkan dapat memicu over liquidity di pasar. Proyeksi pergerakan rupiah yang loyo pada Jumat (26/9/2025) menjadi sorotan utama bagi pelaku pasar.
Lebih lanjut, Lukman menambahkan, mata uang Garuda juga semakin tertekan oleh penguatan indeks dolar AS yang signifikan. Indeks dolar AS, yang menjadi barometer kekuatan dolar terhadap mata uang utama lainnya, tercatat menguat 0,40% ke level 98,27 pada pukul 21.10 WIB, berdasarkan data Yahoo Finance. Penguatan dolar AS ini secara langsung memberikan tekanan tambahan bagi rupiah.
Menjelang perdagangan Jumat (26/9/2025), Lukman Leong memperkirakan bahwa rupiah akan tetap berada dalam bayang-bayang tekanan. Hal ini disebabkan oleh kewaspadaan investor yang tinggi dalam mengantisipasi rilis data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) AS, yang merupakan indikator penting bagi kebijakan moneter Federal Reserve. Tekanan ini juga disebabkan oleh dana asing di SBN yang memicu rupiah tertekan ke Rp 16.749.
Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, Lukman memproyeksikan pergerakan rupiah akan berada di kisaran yang cukup volatil, yaitu antara Rp 16.700 hingga Rp 16.800 per dolar AS untuk perdagangan hari Jumat. Investor disarankan untuk tetap memantau perkembangan ekonomi global dan data-data penting yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.