PACK Rights Issue Rp 3,25 Triliun: Peluang Investasi atau Risiko?

JAKARTA – PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) bersiap melancarkan aksi korporasi strategis berupa Penambahan Modal Dengan Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu I (PMHMETD I), atau yang lebih dikenal dengan rights issue. Langkah ini diambil perseroan untuk menghimpun tambahan dana segar dari pasar modal guna mendukung ekspansi dan kebutuhan operasional.

Berdasarkan keterbukaan informasi resmi yang dirilis pada Rabu, 15 Oktober 2026, PACK berencana menerbitkan maksimal 32,58 miliar unit Obligasi Wajib Konversi (OWK). Setiap unit OWK ini akan memiliki nilai nominal sebesar Rp 10.

Para pemegang saham lama PACK akan mendapatkan alokasi Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan rasio yang menarik: setiap lima saham lama yang dimiliki akan berhak atas 102 HMETD. Selanjutnya, setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli satu unit OWK dengan harga pelaksanaan yang ditetapkan sebesar Rp 100.

OWK yang diterbitkan tersebut dapat dikonversi menjadi saham baru PACK dengan harga konversi Rp 100 per saham. Manajemen menetapkan batas waktu konversi OWK ini paling lambat pada 17 Desember 2026. Adapun rasio konversi yang berlaku adalah 1:1, yang berarti setiap pemilik satu OWK berhak mengonversinya menjadi satu saham baru PACK, asalkan tidak ada penyesuaian pada harga konversi.

Melalui aksi korporasi rights issue ini, PACK berpotensi meraup dana hingga Rp 3,25 triliun. Sebagian besar dari dana segar yang terkumpul, sekitar 86,76%, direncanakan akan disalurkan sebagai pinjaman kepada entitas anak perseroan, sementara sisanya akan dialokasikan untuk memperkuat modal kerja perusahaan.

PT Eco Energi Perkasa, yang saat ini memegang 47,16% saham PACK dan bertindak sebagai Pembeli Siaga, telah menyatakan komitmennya. Mereka akan melaksanakan seluruh haknya untuk membeli OWK yang ditawarkan dalam rights issue ini, menunjukkan kepercayaan terhadap langkah strategis PACK.

Apabila setelah alokasi awal masih tersisa HMETD yang belum dilaksanakan, PT Eco Energi Perkasa kembali menegaskan perannya. Seluruh OWK yang tersisa untuk keperluan Pelunasan Kewajiban Pembayaran akan diambil alih oleh mereka. Secara spesifik, PT Eco Energi Perkasa siap menyerap maksimal 12,9 miliar unit OWK sisa, atau senilai hingga US$ 77,03 juta berdasarkan Kurs Pelaksanaan yang berlaku.

Martha Christina, Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, menyoroti keunikan rights issue yang dilancarkan PACK. Menurutnya, pendekatan perseroan ini cukup berbeda dibandingkan emiten lain karena memilih skema penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK), bukan langsung saham.

Meski OWK memiliki keterbatasan karena tidak dapat ditransaksikan langsung di Bursa Efek, Martha Christina menjelaskan bahwa instrumen ini akan berubah menjadi saham setelah proses konversi. Ia memandang bahwa rights issue dengan skema OWK ini memiliki keuntungan signifikan, yaitu membantu mencegah penurunan harga saham yang drastis. Berbeda dengan penerbitan saham secara langsung yang dapat menyebabkan laba per saham (EPS) dan harga saham anjlok dengan cepat, skema OWK memberikan jeda waktu bagi investor untuk mengeksekusi konversi. Hal ini, lanjut Martha, memungkinkan penurunan EPS terjadi secara bertahap dan berdampak pada pergerakan harga saham yang lebih lambat.

Kendati demikian, Martha juga memberikan catatan kritis. Dengan harga pelaksanaan OWK yang hanya Rp 100, jauh di bawah harga pasar saham PACK saat ini yang tercatat di level Rp 2.180 per saham pada akhir perdagangan Kamis, 16 Oktober 2025, ia memprediksi bahwa langkah ini justru dapat mendorong harga saham PACK untuk terkoreksi.

Ringkasan

PT Abadi Nusantara Hijau Investama Tbk (PACK) berencana melakukan rights issue untuk menghimpun dana sebesar Rp 3,25 triliun melalui penerbitan Obligasi Wajib Konversi (OWK). Dana ini akan digunakan untuk ekspansi bisnis, terutama melalui pinjaman kepada entitas anak, dan memperkuat modal kerja. Pemegang saham lama akan mendapatkan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) dengan rasio 5:102, yang memungkinkan mereka membeli OWK dengan harga Rp 100 per unit.

PT Eco Energi Perkasa, sebagai pembeli siaga, berkomitmen untuk melaksanakan seluruh haknya dan menyerap sisa OWK yang tidak terserap. Meskipun menggunakan skema OWK, analis memprediksi harga saham PACK berpotensi terkoreksi karena harga pelaksanaan OWK jauh di bawah harga pasar saham saat ini. Skema OWK memberikan keuntungan dengan mencegah penurunan harga saham yang drastis, namun harga pelaksanaan yang rendah berpotensi memicu koreksi.