Pendapatan Bisnis Energi Hijau Meroket 440%, TOBA Makin Yakin Transformasi Bisnis

JAKARTA – TBS Energi Utama (TOBA) menghadapi penurunan signifikan dalam pendapatan kontrak dengan pelanggan pada semester I 2025. Berdasarkan laporan keuangan per Juni 2025, perusahaan membukukan pendapatan sebesar US$ 172,21 juta, turun 30,75% secara tahunan (YoY) dari US$ 248,67 juta yang dicatatkan pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Direktur TBS Energi Utama, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa penurunan pendapatan ini terutama disebabkan oleh berkurangnya volume penjualan dari segmen pertambangan batubara. Selain itu, terkoreksinya harga jual rata-rata batubara juga turut memperburuk kondisi ini, sejalan dengan tren penurunan indeks harga batubara global yang terus melandai sejak tahun lalu.

Melemahnya permintaan batubara global menjadi faktor utama di balik penurunan volume penjualan tersebut. Menanggapi kondisi pasar, TOBA memutuskan untuk menyesuaikan strategi penjualannya demi menanti momentum harga beli yang lebih menguntungkan. Penurunan ini, menurut Juli, juga merefleksikan upaya perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada sektor batubara dan mempercepat transisi menuju portofolio bisnis yang lebih beragam dan berkelanjutan.

TBS Energi Utama (TOBA) Bidik Aset Pengolahan Limbah di Asia Tenggara untuk Diakusisi

Meskipun sebelumnya sangat identik dengan bisnis batubara, TOBA kini gencar memperkuat segmen bisnis ‘masa depan’. Diversifikasi ini meliputi kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan (EBT), hingga pengelolaan limbah yang diubah menjadi energi, menunjukkan komitmen kuat perseroan terhadap transformasi bisnis yang berkelanjutan.

Untuk segmen kendaraan listrik, TOBA telah memposisikan diri sebagai penyedia ekosistem motor listrik melalui merek Electrum. Fokus bisnis ini tidak hanya pada pengembangan motor listrik semata, tetapi juga pada infrastruktur pendukung seperti penukaran baterai. Kemitraan strategis dengan Gojek (GoTo Group) telah terjalin sejak 2021 dan terus diperluas untuk menggarap ekosistem kendaraan listrik di segmen bisnis lain, termasuk logistik.

Sementara itu, di segmen EBT, TOBA melebarkan sayapnya ke pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan mini hidro (PLTM) sejak 2023. Pembangkit mini hidro di Lampung dengan kapasitas 6MW telah memulai produksi sejak Januari 2025. Adapun PLTS di Batam, yang menyasar kawasan industri sebagai target pasar, saat ini sedang dalam tahapan konstruksi dengan kapasitas 46MWp. Dalam kedua proyek pembangkit EBT ini, TOBA memiliki partisipasi sebesar 49%.

Kinerja TBS Energi Utama (TOBA) Terdampak Divestasi PLTU, Begini Penjelasan Manajemen

Transformasi TOBA menuju bisnis berkelanjutan juga tercermin dalam ekspansi ke bisnis pengelolaan limbah. Dimulai dari limbah medis, kini perseroan telah melayani pengelolaan limbah secara umum, tidak hanya mengumpulkan namun juga mengolahnya menjadi sumber energi. Ekspansi ini diawali dengan akuisisi Asia Medical Enviro Services (AMES), sebuah perusahaan pengelolaan limbah medis berbasis di Singapura, yang menguasai sekitar 50% pangsa pasar pada Agustus 2023.

Langkah selanjutnya, pada Desember 2023, TOBA mengakuisisi ARAH Environmental, perusahaan Indonesia yang memiliki model bisnis pengelolaan limbah B3 medis, B3 komersial, dan limbah domestik. ARAH Environmental beroperasi di 15 provinsi dan melayani lebih dari 5.000 pelanggan dari sektor medis, industri, serta domestik. Terbaru, perusahaan melakukan akuisisi terhadap Sembcorp Environment Pte. Ltd. pada Maret 2025 dan Sembcorp Enviro Facility Pte. Ltd. pada Mei 2025, keduanya adalah perusahaan pengelolaan limbah yang berbasis di Singapura.

Leonardo Lijuwardi, analis dari NH Korindo Sekuritas, menilai bahwa transformasi TOBA ini sangat berani. “Berbeda dengan perusahaan berbasis batubara lain, TOBA tidak hanya melakukan diversifikasi ke sektor yang ESG dan terkait keberlanjutan, tetapi mereka merombak ulang model bisnis. Ini adalah transformasi yang bold,” jelasnya dalam keterangan resmi pada Selasa (5/8). Menurutnya, masuknya TOBA ke bisnis pengelolaan limbah akan menjadi katalis jangka panjang bagi kinerja perusahaan.

Model bisnis ini, kata Leonardo, sangat relevan dengan kondisi Indonesia yang telah memasuki fase darurat sampah. “Pasarnya ada dan besar karena kita negara dengan populasi terbesar keempat dunia. Sampah dan limbah jadi persoalan nyata. Pemerintah sedang mencari solusi dan game changer-nya nanti adalah Perpres Sampah. TOBA akan menjadi pihak yang diuntungkan (beneficiary) dari regulasi ini,” tambahnya. Dengan demikian, Perpres Sampah diproyeksikan menjadi katalis positif bagi TOBA ke depan.

TOBA telah menyiapkan infrastruktur yang kuat dan lengkap untuk bisnis ini. Pengelolaan limbah domestik ditangani melalui AMES dan ARAH. Selain itu, akuisisi Sembcorp, yang berbasis di Singapura, menegaskan komitmen perusahaan dalam mengadopsi praktik pengelolaan limbah yang sangat maju.

Merugi di Semester I 2025, Begini Penjelasan TBS Energi Utama (TOBA)

Pada semester I 2025, TOBA mencatatkan lonjakan pendapatan dari segmen pengelolaan limbah sebesar US$ 59,6 juta, meroket 831% secara tahunan (YoY). Sementara itu, bisnis penjualan dan sewa kendaraan listrik pada periode yang sama mencapai US$ 3,4 juta, naik 13% YoY. Lonjakan signifikan pendapatan dari segmen pengelolaan limbah ini terjadi pasca-TOBA melakukan akuisisi terhadap Sembcorp Environment Pte Ltd pada Maret 2025 dan Sembcorp Enviro Facility Pte Ltd pada Mei 2025, dengan total transaksi mencapai S$ 414 juta.

Pada periode yang sama, TOBA juga telah mendivestasikan dua unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) miliknya, yaitu PT Gorontalo Listrik Perdana (GLP) dan PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL), dengan nilai transaksi mencapai US$ 403 juta. Langkah divestasi ini sejalan dengan strategi transformasi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

Secara teknikal, Achmad Yaki dari BCA Sekuritas menganalisis bahwa saham TOBA sedang menguji pola ‘three white soldiers‘ dengan indikator MACD dan RSI yang masih bergerak naik, serta peningkatan volume perdagangan. Namun, terdapat risiko sinyal jual (SOS) jika saham gagal menembus level resistensi di 1.170-1.210. Pada perdagangan Selasa (5/8) pukul 09.35 WIB, saham TOBA berada di posisi Rp 1.095. Yaki memberikan rekomendasi trading buy, dengan level dukungan (support) di Rp 1.080 dan resistensi (resistance) di Rp 1.250.