Ifonti.com – JAKARTA. Pemerintah Indonesia siap meluncurkan tiga seri Surat Berharga Negara (SBN) ritel lagi hingga akhir tahun, memberikan peluang investasi yang prospektif bagi masyarakat. Seri yang akan ditawarkan tersebut meliputi sukuk negara ritel SR023, obligasi negara ritel ORI028, dan sukuk tabungan ST015.
Jadwal penawaran untuk ketiga seri SBN ritel ini telah ditetapkan. Sukuk Negara Ritel SR023 rencananya akan ditawarkan pada 22 Agustus hingga 12 September 2025. Selanjutnya, Obligasi Negara Ritel ORI028 akan dibuka pada 29 September hingga 23 Oktober 2025, dan Sukuk Tabungan ST015 akan menjadi penawaran terakhir yang berlangsung dari 10 November hingga 3 Desember 2025.
Meskipun di tengah tren penurunan suku bunga, Ahmad Nasrudin, Fixed Income Analyst Pefindo, menyatakan keyakinannya bahwa ketiga seri SBN ritel ini tetap sangat prospektif dalam menarik minat investasi. Optimisme ini, menurutnya, didasari oleh tiga alasan utama yang kuat.
Meski Permintaan Melambat, SBN Ritel Masih Berpeluang Cetak ATH Tahun Ini
Pertama, salah satu daya tarik utama SBN ritel adalah suku bunga atau imbal hasil yang secara konsisten lebih tinggi dibandingkan dengan bunga deposito bank. Secara historis, kupon SBN ritel memang menawarkan keuntungan yang lebih kompetitif. “Ini tentu saja menarik minat untuk menabung masyarakat dengan mengalokasikan dana mereka ke SBN ritel daripada deposito,” ujar Ahmad kepada Kontan, Minggu (17/8), menggarisbawahi potensi perpindahan dana dari tabungan konvensional.
Kedua, SBN ritel menawarkan keunggulan signifikan berupa pembayaran kupon secara bulanan. Fitur ini memungkinkan investor untuk mendapatkan passive income secara rutin, yang merupakan daya tarik kuat dibandingkan deposito yang umumnya membayar bunga pada periode yang lebih panjang atau saat jatuh tempo.
Ketiga, kemudahan akses dalam proses pembelian dan penjualan menjadi daya tarik tersendiri bagi investor ritel. SBN ritel dapat dibeli kapan saja dan di mana saja melalui perangkat smartphone, memberikan fleksibilitas tinggi. Ahmad Nasrudin menambahkan bahwa, khususnya untuk Obligasi Negara Ritel (ORI) dan Sukuk Ritel (SR), investor juga memiliki kemampuan untuk memantau harga di pasar sekunder dan menjualnya kembali jika bertujuan mendapatkan capital gain. “Penurunan suku bunga akan mendorong harga obligasi mereka naik,” jelas Ahmad, menggarisbawahi potensi keuntungan dari fluktuasi harga di pasar.
Penawaran Sukuk Ritel SR022 Sepi Peminat, Pasar Obligasi Ritel Crowding Out?
Secara khusus, SBN Syariah Sukuk Negara Ritel (SR) seri SR023 yang akan ditawarkan pada 22 Agustus hingga 12 September 2025 menjadi perhatian. Ahmad Nasrudin memproyeksikan, potensi imbal hasil SR023 akan sangat menarik, dengan estimasi 6,15% – 6,25% untuk tenor 3 tahun (SR023T3) dan 6,3% – 6,4% untuk tenor 5 tahun (SR023T5). Angka-angka ini secara signifikan lebih tinggi dibandingkan bunga deposito bank-bank besar yang saat ini berada di kisaran 2,5% – 3%.
Ketika suku bunga turun, bunga deposito juga cenderung ikut menurun, namun harga SR023 justru berpotensi naik. Hal ini menawarkan peluang capital gain yang menarik bagi investor yang tidak ingin memegang obligasi hingga jatuh tempo, menambah lapisan keuntungan di luar kupon reguler.
Kendati demikian, Ahmad juga menyoroti beberapa potensi risiko yang dapat mempengaruhi penyerapan ketiga seri SBN ritel ini. Salah satu risiko utama adalah potensi substitusi dari surat utang pemerintah lainnya, seperti seri FR dan seri PBS. Apabila yield di pasar sekunder untuk seri FR dan PBS naik selama masa penawaran SBN ritel, maka imbal hasil yang ditawarkan oleh FR dan PBS bisa menjadi lebih tinggi dari kupon SBN ritel.
“Ini tentu mempengaruhi minat masyarakat untuk membeli karena baik FR dan PBS juga bisa dibeli dengan mudah seperti SBN ritel,” kata Ahmad, mengindikasikan adanya persaingan yang sehat di pasar obligasi pemerintah.