Ifonti.com, JAKARTA. Di tengah gejolak harga energi global, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) atau PGN menunjukkan ketahanan yang menjanjikan. Perusahaan gas pelat merah ini diproyeksikan tetap mampu membukukan kinerja positif, meskipun pasar gas alam dunia terus berfluktuasi.
Situasi ini terjadi di tengah tren harga gas alam global yang bergerak dinamis. Berdasarkan data Trading Economics pada Jumat (17/10), harga gas alam sempat menyentuh level US$ 3,00 per MMBTU, merebound 2,38% dari hari sebelumnya. Namun, dalam sepekan terakhir, komoditas ini justru melorot 3,16%, mengikuti tren pelemahan sebagian besar komoditas energi. Bahkan, secara year to date (ytd), harga gas alam telah terkoreksi signifikan sebesar 17,20%.
Menanggapi volatilitas tersebut, Corporate Secretary PGAS, Fajriyah Usman, menjelaskan bahwa fluktuasi harga gas di pasar global tidak secara langsung memengaruhi stabilitas bisnis perusahaan. Ini karena harga gas alam pipa di Indonesia diatur oleh pemerintah dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS). Penetapan harga didasarkan pada keekonomian sumur dan umumnya menganut sistem fixed price atau harga tetap, menjadikannya lebih stabil dan tidak rentan terhadap pergerakan pasar internasional.
Fajriyah menambahkan, “PGN terus menjalankan langkah efisiensi, optimalisasi rantai pasok, dan penguatan infrastruktur untuk menjaga keandalan layanan.” Pernyataan ini disampaikan kepada Kontan pada Minggu (19/10/2025), menegaskan komitmen perusahaan terhadap operasional yang prima.
PGN Revitalisasi Tangki LNG Arun F-6004, Siap Beroperasi Akhir 2025
Keyakinan serupa juga datang dari manajemen PGAS yang tetap optimistis terhadap prospek kinerja perusahaan hingga akhir tahun 2025. Fokus utama PGAS adalah pencapaian target-target strategis serta upaya berkelanjutan dalam memberikan nilai tambah bagi masyarakat dan seluruh pemangku kepentingan.
Secara finansial, pada semester I-2025, PGAS mencatat pertumbuhan pendapatan yang solid. Pendapatan perusahaan melonjak 5,43% year on year (yoy) mencapai US$ 1,94 miliar. Meski demikian, laba bersih periode berjalan sempat terkoreksi 22,60% yoy, menjadi US$ 144,42 juta pada akhir periode tersebut.
Analisis dari pihak ketiga memperkuat pandangan ini. Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, mengungkapkan bahwa kebijakan harga gas yang bersifat fixed price dan minim ketergantungan pada pergerakan harga gas dunia memberikan keleluasaan signifikan bagi PGAS untuk terus mengembangkan bisnisnya. Ia menyoroti bahwa PGAS juga memiliki modal berharga berupa diversifikasi produk gas yang luas.
Selain menyalurkan gas bumi melalui jaringan pipa transmisi ke berbagai sektor seperti industri dan rumah tangga, PGAS juga unggul dalam layanan penyaluran gas dalam bentuk Liquefied Natural Gas (LNG) dan Compressed Natural Gas (CNG).
“PGAS berpotensi besar untuk memaksimalkan pendapatannya dari segmen LNG dan CNG, yang saat ini menunjukkan permintaan tinggi di pasar,” kata Nafan pada Minggu (19/10/2025), menggarisbawahi peluang pertumbuhan yang ada.
Sementara itu, Indy Naila, Investment Analyst dari Edvisor Provina Visindo, memberikan perspektif tambahan. Ia berpendapat bahwa meskipun terdapat perbedaan karakteristik antara harga gas global dan di dalam negeri, PGAS tetap perlu mengambil langkah proaktif, seperti memperluas kontrak jangka panjang dengan pelanggan dan memperkuat strategi lindung nilai (hedging).
Indy melihat PGAS memiliki peluang besar untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik di masa mendatang. Potensi ini didukung oleh tingginya volume distribusi gas bumi serta agresifnya ekspansi perusahaan dalam menambah jaringan pipa gas bumi yang krusial bagi pertumbuhan bisnisnya.
“Penting juga untuk terus memantau kemampuan PGAS dalam menjaga harga jual produknya, yang diharapkan dapat menopang margin keuntungan perusahaan,” tambah Indy pada Sabtu (18/10/2025).
Lebih lanjut, Indy menilai valuasi saham PGAS masih tergolong menarik, diperkuat dengan nilai tambah berupa pembagian dividen yang dikenal cukup royal. Oleh karena itu, bagi investor yang cenderung konservatif, ia menyarankan strategi buy on weakness untuk saham PGAS, dengan target harga optimistis di level Rp 1.800 per saham.
Namun, pandangan berbeda disampaikan oleh Nafan Aji Gusta, yang menyarankan para investor untuk mengambil sikap wait and see terhadap saham PGAS sebelum membuat keputusan investasi lebih lanjut.
Pada penutupan perdagangan Jumat (17/10), saham PGAS tercatat berada di level Rp 1.620 per saham, menunjukkan pelemahan tipis 0,31% dibandingkan hari sebelumnya. Meskipun demikian, secara year to date (ytd), harga saham PGAS masih membukukan kenaikan 1,89%.
Ringkasan
PGAS diproyeksikan mampu mempertahankan kinerja positifnya di tengah fluktuasi harga gas global karena harga gas di Indonesia diatur oleh pemerintah dan KKKS dengan sistem fixed price. Perusahaan juga berfokus pada efisiensi, optimalisasi rantai pasok, dan penguatan infrastruktur. Pada semester I-2025, PGAS mencatat pertumbuhan pendapatan 5,43% yoy, meskipun laba bersihnya terkoreksi.
Analis menilai PGAS memiliki potensi besar untuk memaksimalkan pendapatan dari LNG dan CNG serta memperluas jaringan pipa gas bumi. Beberapa analis menyarankan strategi buy on weakness dengan target harga Rp 1.800 per saham, sementara yang lain merekomendasikan sikap wait and see. Valuasi saham PGAS dinilai menarik dengan pembagian dividen yang royal.