Ifonti.com JAKARTA – PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA), salah satu pemimpin di industri layanan kesehatan diagnostik, mengumumkan penurunan kinerja signifikan hingga kuartal ketiga tahun 2025. Berdasarkan laporan yang dirilis di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat (31/10/2025), laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk PRDA merosot tajam 41,06% secara tahunan (YoY), menjadi Rp 114,56 miliar dari sebelumnya Rp 194,39 miliar pada periode yang sama tahun 2024. Penurunan laba ini terjadi seiring dengan koreksi tipis pada pendapatan konsolidasian perseroan.
Kemerosotan laba PRDA utamanya disebabkan oleh lonjakan sejumlah pos beban. Beban lainnya perseroan melonjak drastis dari Rp 4,47 miliar menjadi Rp 11,63 miliar, sementara beban usaha juga meningkat signifikan dari Rp 745,82 miliar menjadi Rp 795 miliar. Selain itu, beban pokok pendapatan Prodia juga tercatat membengkak, dari Rp 638,41 miliar menjadi Rp 672,57 miliar pada periode yang sama, memberikan tekanan lebih lanjut pada profitabilitas.
Dalam periode yang sama, pendapatan PRDA secara konsolidasi sedikit terkoreksi 1,11% secara tahunan, turun dari Rp 1,59 triliun menjadi Rp 1,58 triliun. Penurunan pendapatan ini terutama dipengaruhi oleh menurunnya kontribusi dari pos rutin yang berkurang menjadi Rp 1,08 triliun dari Rp 1,11 triliun, serta pos non-laboratorium yang menyusut menjadi Rp 116,61 miliar dari Rp 121,19 miliar. Berdasarkan segmentasi pelanggan, perolehan pendapatan dari referensi dokter juga tergerus, dari Rp 464,23 miliar menjadi Rp 454,40 miliar. Tren serupa juga terlihat pada segmen referensi pihak ketiga dan klien korporasi, yang masing-masing pendapatannya menurun menjadi Rp 429,32 miliar dan Rp 178,56 miliar.
Menanggapi hasil tersebut, Direktur Utama PRDA, Dewi Muliaty, menjelaskan bahwa kinerja keuangan perseroan tidak lepas dari tekanan kondisi ekonomi makro. Inflasi yang bergejolak dan fluktuasi nilai tukar rupiah disebut turut menekan daya beli masyarakat sekaligus meningkatkan biaya operasional perseroan. “Meskipun kondisi ekonomi global dan domestik menghadirkan tantangan, kami bersyukur bahwa kontribusi dari berbagai segmen bisnis kami tetap solid, berhasil menopang pendapatan konsolidasian sebesar Rp 1,58 triliun hingga Kuartal III-2025,” ujar Dewi dalam keterangan resminya.
Dalam menghadapi tantangan tersebut, Prodia telah mengambil langkah strategis untuk memperkuat posisinya di pasar. Dewi menambahkan, perseroan aktif memperluas jaringan rujukan hingga ke Timor Leste, Malaysia, dan Taiwan, sebagai bagian dari visi besar untuk menjadi South East Asia (SEA) Referral Laboratory. Di samping itu, PRDA juga berupaya memperluas segmen pelanggan korporasi dengan menawarkan solusi kesehatan yang lebih komprehensif, melalui sinergi layanan rutin, esoterik, dan genomik. Optimalisasi layanan digital U by Prodia juga terus dilakukan untuk memudahkan konsumen mengakses pemeriksaan kesehatan secara lebih praktis dan personal. “Pendekatan multi-strategi ini penting untuk memastikan pertumbuhan bisnis berkelanjutan yang relevan dengan dinamika kebutuhan masyarakat,” jelas Dewi.
Dari sisi pengelolaan finansial, Direktur Keuangan PRDA, Liana Kuswandi, menegaskan komitmen perusahaan untuk menjaga fondasi keuangan yang disiplin dan kokoh. Pihaknya secara berkelanjutan memperkuat manajemen kas, meningkatkan efisiensi operasional di berbagai lini bisnis, serta memastikan likuiditas dan struktur permodalan tetap sehat di tengah volatilitas ekonomi. “Kami juga secara cermat meninjau portofolio investasi dan alokasi belanja modal (capex) agar selaras dengan arah strategi jangka menengah dan panjang perusahaan,” ungkap Liana.
Guna mendukung pengembangan layanan berbasis genomik yang inovatif, Liana menjelaskan bahwa Prodia telah menjalin kemitraan strategis Point of Care (POC) genomik dengan RS Primasatya Husada Citra Surabaya dan RS Regina Maris Medan. Kemitraan ini bertujuan membentuk Genomic Site yang berfokus pada pengembangan personalized medicine atau pengobatan yang dipersonalisasi. Tidak berhenti di situ, melalui anak usahanya, PT Prodia Digital Indonesia, perseroan juga menghadirkan terobosan digital terkini berupa Brain Function Screening, sebuah layanan skrining fungsi kognitif otak yang terintegrasi pada aplikasi U by Prodia.
Melengkapi pandangannya, Dewi Muliaty juga menyoroti adanya sentimen positif dari indikator makroekonomi dan kebijakan pemerintah, termasuk rencana alokasi RAPBN 2026 sebesar Rp 114 triliun untuk sektor kesehatan. Ia juga melihat adanya perbaikan di pasar modal, dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencapai titik tertinggi sepanjang masa (all-time high). Memanfaatkan momentum ini, PRDA menyatakan optimisme untuk mempertahankan kinerja positif menjelang akhir tahun 2025. Fokus strategis akan diarahkan pada pengembangan layanan melalui jaringan klinik dan platform digital U by Prodia, implementasi pengukuran efisiensi biaya, perluasan kerja sama strategis lintas regional, pembukaan cabang baru, serta penguatan inovasi dan kapabilitas internal guna memastikan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan di masa mendatang.
Ringkasan
PT Prodia Widyahusada Tbk (PRDA) mengalami penurunan laba bersih sebesar 41,06% pada kuartal III tahun 2025, menjadi Rp 114,56 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh lonjakan beban usaha, beban pokok pendapatan, dan beban lainnya, meskipun pendapatan konsolidasian hanya terkoreksi tipis sebesar 1,11% menjadi Rp 1,58 triliun. Direktur Utama PRDA, Dewi Muliaty, menyatakan bahwa kondisi ekonomi makro seperti inflasi dan fluktuasi nilai tukar rupiah turut menekan kinerja perusahaan.
Untuk mengatasi tantangan ini, PRDA memperluas jaringan rujukan hingga ke Timor Leste, Malaysia, dan Taiwan, serta memperluas segmen pelanggan korporasi dengan menawarkan solusi kesehatan komprehensif. Perseroan juga berupaya mengoptimalkan layanan digital U by Prodia dan menjalin kemitraan strategis untuk mengembangkan layanan berbasis genomik. PRDA tetap optimis untuk mempertahankan kinerja positif hingga akhir tahun 2025 dengan fokus pada pengembangan layanan, efisiensi biaya, dan inovasi.