
Ifonti.com , JAKARTA — Analis di JPMorgan Chase & Co. memperkirakan aksi belanja tematik investor secara luas di saham-saham energi terbarukan akan bergeser menuju pola perdagangan yang “lebih bernuansa” pada tahun depan.
Pergeseran ini terjadi setelah S&P Global Clean Energy Transition Index melonjak sekitar 50% dalam 12 bulan terakhir sehingga memutus tren penurunan selama empat tahun berturut-turut.
“Memasuki 2026, kami memperkirakan segmen utilitas berskala besar akan memperlihatkan kinerja satu tahun yang mengungguli pasar [konvensional], meski kami juga melihat tren menuju proyek yang makin besar dan kompleks,” tulis analis Mark Strouse dan Michael Fairbanks, dikutip dari Bloomberg.
: Gonjang-ganjing Proyek EBT Diduga Perparah Banjir Sumatra
Para analis JPMorgan memberikan peringkat overweight pada Generac Holdings Inc., Quanta Services Inc., Nextpower Inc., GE Vernova Inc., dan Brookfield Renewable Partners LP. Sementara itu, rekomendasi untuk Primoris Services Corp. diturunkan menjadi netral dan Enlight Renewable Energy Ltd. menjadi underweight.
Perusahaan yang mampu memasok listrik ke jaringan secara andal selama 24 jam diperkirakan akan tetap menjadi fokus utama investor, tulis para analis.
: : Manuver Emiten Prajogo Pangestu (CDIA) Perkuat Bisnis Kepelabuhanan, Logistik, Pergudangan, Hingga EBT
Strouse dan Fairbanks menilai Nextpower berada pada posisi yang baik untuk meningkatkan pangsa pasar, seiring dengan proyek yang menjadi makin besar dan kompleks yang menguntungkan bisnis pelacak (tracker) maupun non-tracker.
“Seiring proyek yang makin besar dan kompleks, industri energi terbarukan juga siap menuju konsolidasi,” tambah mereka.
: : Rapor Saham Emiten Pemburu Cuan EBT: DSSA, ARCI hingga FUTR
Dari pasar saham dalam negeri, saham-saham energi terbarukan terpantau memperlihatkan performa positif. Sebagai contoh, emiten Prajogo Pangestu PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) telah terapresiasi 3,77% sepanjang tahun dan bertengger di harga Rp9.625 per saham pada penutupan perdagangan Rabu (10/12/2025).
Sementara itu, anak usaha PT Pertamina (Persero), PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) menorehkan lesatan harga hingga dua digit 25,13% year to date (YtD) menjadi Rp1.170 per lembar.
Adapun saham PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO) yang tengah disuspensi otoritas bursa karena kenaikan harga signifikan kini dibanderol di Rp4.700 per saham atau telah naik 410,87% YtD.