Ifonti.com JAKARTA. Sektor emiten konsumer terus menghadapi tekanan signifikan hingga paruh pertama tahun 2025, utamanya disebabkan oleh pelemahan permintaan masyarakat.
Namun, di tengah tantangan tersebut, para analis melihat adanya secercah harapan: Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Inisiatif pemerintah ini dinilai berpotensi besar menjadi katalis kunci untuk mengangkat kinerja sektor konsumer, terutama pada segmen pasar massal dan barang kebutuhan pokok sehari-hari.
Dalam riset mereka tertanggal 19 September 2025, Analis CGS International Sekuritas, Joanne Ong dan Baruna Arkasatyo, menguraikan bagaimana program MBG dapat menopang performa emiten konsumer. Sebelumnya, sektor ini mengalami kelesuan akibat penurunan konsumsi dari kalangan menengah ke atas, di mana penjualan dari pusat perbelanjaan hingga hotel mewah menjadi indikator utama perlambatan.
Program MBG Diproyeksi Dukung Kinerja Emiten Konsumer, Cermati Saham Pilihan Analis
Tidak hanya itu, sektor perbankan juga menunjukkan kehati-hatian dalam menyalurkan kredit konsumsi, dipicu oleh kekhawatiran terhadap kualitas aset. Abdul Azis Setyo Wibowo, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, menambahkan bahwa daya beli masyarakat menengah ke bawah, yang sangat rentan terhadap kenaikan harga kebutuhan pokok, turut memberikan tekanan pada kinerja sektor ini. Dengan ketatnya persaingan harga di pasar domestik, ruang bagi emiten untuk menaikkan harga jual produk mereka pun menjadi semakin terbatas.
Oleh karena itu, Azis meyakini bahwa program MBG dapat berperan sebagai penopang permintaan yang krusial. Terutama bagi emiten-emiten yang memiliki kapasitas produksi besar dan jaringan distribusi yang luas, stimulus ini diperkirakan akan sangat terasa manfaatnya.
Saham Konsumer Berpotensi Menguat Akibat Stimulus Ekonomi Pemerintah
Azis memproyeksikan bahwa tambahan permintaan dari pemerintah maupun mitra pelaksana MBG akan mendorong lonjakan volume penjualan secara berkelanjutan. Kendati demikian, ia juga mencatat bahwa dampak positif dari program ini kemungkinan akan lebih signifikan bagi perusahaan berskala besar, dibandingkan dengan pemain pasar menengah dan kecil. Selain MBG, Azis juga menilai stimulus ekonomi 8+4+5 sebagai dorongan tambahan yang potensial, khususnya untuk subsektor makanan-minuman dan kebutuhan pokok yang dikenal memiliki perputaran penjualan yang tinggi.
Meskipun prospek terlihat cerah dengan adanya program pemerintah, investor tetap diingatkan untuk mencermati berbagai sentimen. Faktor-faktor seperti inflasi pangan, tren harga komoditas global, serta pola konsumsi menjelang momen Natal dan Tahun Baru perlu terus dipantau. Joanne Ong secara khusus menekankan pentingnya mengamati efektivitas implementasi program MBG, insentif tambahan dari pemerintah, serta fluktuasi pergerakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. Dengan mempertimbangkan berbagai dinamika ini, ia mempertahankan rekomendasi netral untuk sektor konsumer secara keseluruhan.
Perang Dagang, Saham Konsumer Asia Jadi Pilihan Para Broker Asing
Di tengah kondisi pasar yang dinamis, sejumlah saham konsumer telah menarik perhatian para analis sebagai pilihan investasi yang menarik. Abdul Azis Setyo Wibowo merekomendasikan “beli” untuk saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dengan target harga Rp 11.450 per saham. Ia juga menyarankan “beli” untuk PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dengan target harga Rp 2.330 per saham hingga akhir tahun.
JPFA Chart by TradingView
Sementara itu, Analis OCBC Sekuritas, Jessica Leonardy, merekomendasikan “beli” saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan target harga Rp 2.900 per saham. Menurutnya, ekspansi berkelanjutan pada platform belanja digital Alfagift menjadi pendorong utama yang akan terus mendukung pertumbuhan pendapatan AMRT di masa mendatang.