Rekomendasi Saham Poultry Senin: JPFA, CPIN, MAIN, AYAM – Potensi Cuan!

Ifonti.com, JAKARTA – Sektor unggas Indonesia, atau lebih dikenal sebagai poultry, diprediksi akan mengepakkan sayapnya dengan kinerja positif pada kuartal IV 2025. Proyeksi cemerlang ini disokong oleh sejumlah katalis kuat: lonjakan konsumsi dalam negeri menjelang akhir tahun, agresivitas ekspansi produk ke luar negeri, serta dorongan signifikan dari program pemerintah, Makan Bergizi Gratis (MBG).

Merespons optimisme ini, para analis pasar telah menyusun rekomendasi saham emiten unggas yang patut diperhatikan. Berikut adalah ulasan mendalam mengenai saham sektor unggas pilihan yang siap menghadapi potensi perdagangan yang dinamis menjelang Senin (17/11/2025).

1. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)

Sebagai salah satu pemain kunci di sektor ini, JPFA menunjukkan kinerja yang solid. Hingga akhir September 2025, perusahaan berhasil mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 43,10 triliun, tumbuh 4,41% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp 41,27 triliun. Lebih mengesankan lagi, laba bersih JPFA meroket 15,05% secara tahunan (YoY), mencapai Rp 2,41 triliun dari sebelumnya Rp 2,09 triliun.

Peningkatan signifikan ini didorong oleh pertumbuhan penjualan yang merata di seluruh segmen bisnisnya, dengan kontribusi terbesar berasal dari segmen pengolahan unggas dan produk konsumen. Kenaikan ini juga selaras dengan visi jangka panjang JPFA untuk menempatkan diri sebagai salah satu dari lima pemasok produk olahan teratas, fokus pada efisiensi operasional dan penetrasi pasar General Trade.

Untuk perdagangan Senin (10/11), Muhamad Heru Mustofa, Analis Phintraco Sekuritas, merekomendasikan Buy untuk saham JPFA dengan target harga Rp 2.720.

2. PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN)

CPIN juga tidak kalah memukau dengan catatan laba bersih sebesar Rp 3,36 triliun hingga September 2025. Angka ini menunjukkan lonjakan fantastis 41% secara tahunan (YoY) dibandingkan periode yang sama tahun 2024 yang hanya Rp 2,38 triliun. Meski demikian, penjualan bersih CPIN tercatat naik tipis 1,78% YoY, mencapai Rp 50,60 triliun dari sebelumnya Rp 49,72 triliun pada akhir September 2024.

Kinerja CPIN yang tangguh ini didukung oleh peningkatan volume penjualan pakan dan DOC (Day Old Chick) yang signifikan. Prospek pertumbuhan CPIN semakin cerah berkat sejumlah katalis kuat, termasuk kenaikan harga broiler, pasokan yang lebih ketat akibat penurunan impor grandparent stock (GPS), serta peningkatan permintaan yang substansial dari program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Untuk perdagangan Senin (10/11), Richard Jonathan Halim, Analis Ciptadana Sekuritas Asia, memberikan rekomendasi Buy untuk saham CPIN dengan target harga Rp 6.000.

CPIN Chart by TradingView

3. PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN)

Berbeda dengan dua emiten sebelumnya, MAIN mencatatkan penjualan bersih sebesar Rp 9,24 triliun per kuartal III 2025, terkoreksi 2,12% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 9,44 triliun. Sejalan dengan penurunan penjualan, laba bersih MAIN juga turut merosot menjadi Rp 135,65 miliar sepanjang Januari-September 2025.

Meski menghadapi tantangan ini, MAIN tetap agresif dalam strategi ekspansi pasar. Produk ayam olahan mereka telah berhasil menembus pasar ekspor ke Jepang, Singapura, dan Oman, dan kini perusahaan berencana memperluas cakupan ekspornya ke negara-negara lain, terutama di Timur Tengah dan Asia. Di pasar domestik, MAIN berfokus pada perluasan jangkauan ke Indonesia bagian timur serta daerah-daerah dengan potensi pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

Meskipun demikian, Victor Stefano dan Wilastita Muthia Sofi, Analis BRI Danareksa Sekuritas, merekomendasikan Buy untuk saham MAIN pada perdagangan Senin (10/11) dengan target harga Rp 1.300.

4. PT Janu Putra Sejahtera Tbk (AYAM)

Berbeda dengan prospek cerah sebagian besar emiten unggas lainnya, AYAM menghadapi tantangan yang lebih berat. Penjualan perusahaan ini tercatat sebesar Rp 225,4 miliar hingga September 2025, menurun 15,9% secara tahunan (YoY) dari Rp 268,2 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini berujung pada kerugian bersih tahun berjalan sebesar Rp 16,7 miliar, berbalik dari laba bersih Rp 7,0 miliar yang dicatatkan tahun sebelumnya.

Kinerja yang lesu ini mencerminkan tantangan likuiditas dan efisiensi operasional yang terus dihadapi AYAM, ditandai oleh pendapatan dan laba yang menurun dalam beberapa tahun terakhir serta arus kas operasi yang negatif. Lebih lanjut, peningkatan utang yang signifikan dalam dua tahun terakhir menambah beban keuangan dan risiko bagi AYAM.

Melihat kondisi ini, Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas, merekomendasikan sell on strength untuk saham AYAM.

Ringkasan

Sektor unggas Indonesia diperkirakan akan mengalami kinerja positif pada kuartal IV 2025 didorong oleh peningkatan konsumsi dalam negeri, ekspansi ke luar negeri, dan program Makan Bergizi Gratis (MBG). Analis pasar merekomendasikan beberapa saham emiten unggas untuk diperhatikan, yaitu JPFA, CPIN, MAIN, dan AYAM dengan rekomendasi yang bervariasi berdasarkan kinerja masing-masing perusahaan.

JPFA dan CPIN mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan, dengan rekomendasi Buy dari analis. MAIN, meskipun mengalami penurunan penjualan, tetap direkomendasikan Buy dengan target harga tertentu karena ekspansi pasarnya. Sementara itu, AYAM menghadapi tantangan likuiditas dan penurunan kinerja, sehingga direkomendasikan untuk sell on strength.