
Ifonti.com JAKARTA. Masuknya saham emiten Tanah Air ke dalam indeks global prestisius seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) terbukti menjadi magnet kuat bagi investor asing untuk meningkatkan kepemilikan saham mereka. Fenomena ini tidak hanya memperkuat kepercayaan pasar terhadap fundamental perusahaan, tetapi juga membuka keran aliran dana pasif dari seluruh dunia.
Dampak signifikan dari keputusan ini terlihat jelas pada rebalancing MSCI periode Agustus 2025. Sejumlah saham, seperti PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) dan PT Dian Swastatika Santosa Tbk (DSSA), secara resmi masuk ke dalam MSCI Global Standard Index, memicu respons positif dari pasar.
Mengacu pada data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kepemilikan investor asing atas saham CUAN melonjak drastis. Jika sebelumnya tercatat 13,92 miliar saham, angka tersebut meningkat menjadi 14,52 miliar pada pengumuman rebalancing Agustus 2025, yang merepresentasikan kenaikan sekitar 4,24% dibandingkan bulan sebelumnya. Tren positif ini berlanjut hingga September 2025, di mana kepemilikan asing atas CUAN kembali naik 1,21% secara bulanan, mencapai 14,69 miliar saham.
Pola serupa juga terjadi pada DSSA. Pada Agustus 2025, kepemilikan investor asing atas saham Grup Sinarmas ini mencapai 1,53 miliar, menunjukkan peningkatan sebesar 0,07% secara bulanan. Kenaikan ini mengindikasikan minat investor global terhadap prospek saham yang baru terinklusi dalam indeks acuan tersebut.
Bakal Jadi Tahun Pemulihan Pasar Modal, Begini Strategi OJK Sambut 2026
Sebaliknya, saham-saham yang terdepak dari MSCI Global Standard Index mengalami nasib berbeda. Investor asing cenderung mengurangi eksposur mereka, seperti yang dialami oleh PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Dalam rebalancing Agustus 2025, MSCI memutuskan untuk mengeluarkan ADRO dari indeks utama dan memindahkannya ke kategori MSCI Small Cap Index.
Akibatnya, kepemilikan asing di saham ADRO pada Agustus 2025 anjlok menjadi 4,06 miliar, turun 12,16% secara bulanan dari posisi Juli 2025 yang mencapai 4,63 miliar investor. Penurunan porsi ini terus berlanjut hingga September 2025, menyisakan 14,12 juta investor, menunjukkan reaksi cepat pasar terhadap perubahan status indeks.
Pola pergerakan investor ini kembali tercermin pada saham-saham yang masuk dalam rebalancing November 2025. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) secara resmi terinkusi ke MSCI Global Standard Index. Antusiasme pasar terhadap potensi masuknya kedua saham ini ke indeks global telah terlihat sejak jauh hari.
Solusi Sinergi (WIFI) Masuk MSCI Indonesia Small Cap Index di Rebalancing November
Dua bulan sebelum pengumuman resmi, kepemilikan investor asing atas saham BREN dan BRMS telah meningkat secara signifikan. Pada September 2025, kepemilikan investor asing atas BREN mencapai 46,24 miliar. Angka ini melonjak tajam hingga 4.717,25% secara bulanan dari posisi Agustus 2025 yang hanya 959,93 juta saham. Kenaikan kepemilikan investor asing atas saham milik taipan Prajogo Pangestu ini terus berlanjut, meski tidak terlalu signifikan, di mana pada Oktober 2025 naik 0,08% menjadi 46,28 miliar.
Saham BRMS juga mengalami kenaikan kepemilikan investor asing, meskipun tidak setinggi BREN. Pada September 2025, kepemilikan investor asing di BRMS mencapai 75,85 miliar, meningkat 4,46% secara bulanan dari 72,61 miliar.
Sementara itu, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) yang terdepak dari indeks utama dan berpindah ke MSCI Small Cap Index, mulai ditinggalkan investor asing. Posisi kepemilikan investor asing di KLBF pada September 2025 mencapai 10,62 miliar, turun 2,90%.
Liza Camelia Suryanata, Head of Research Kiwoom Sekuritas, memproyeksikan masuknya BREN dan BRMS ke dalam MSCI Global Standard Index berpotensi menarik aliran dana pasif asing masing-masing bisa mencapai US$100 juta–US$200 juta. Menurutnya, arus modal ini memperkuat keyakinan bahwa minat asing (foreign appetite) akan terus bertahap hingga akhir tahun, didukung harapan pemangkasan suku bunga global pada 2026 dan stabilitas makroekonomi Indonesia.
Liza juga menjelaskan bahwa efek domino dari rebalancing MSCI tidak hanya sebatas dana, tetapi juga pergeseran kepemilikan. Ia menyoroti BREN sebagai saham terbesar yang masuk ke dalam MSCI sejajar dengan Zijin Gold dan GF Securities asal China. “Saham ini berpotensi menarik tambahan kepemilikan asing mendekati atau bahkan di atas 5% dalam jangka pendek karena reposisi portofolio dari global passive funds,” jelas Liza kepada Kontan, Kamis (6/11/2025).
BREN Chart by TradingView
Ia memproyeksikan BRMS akan mengalami hal serupa, meski dalam skala yang lebih kecil. Sementara itu, saham-saham yang dikeluarkan seperti ICBP dan KLBF berpotensi mengalami pengurangan kepemilikan asing. “ICBP dan KLBF berpotensi mengalami pengurangan kepemilikan asing akibat aliran keluar atau outflow yang masing-masing diperkirakan bisa mencapai sekitar US$60 juta–US$70 juta,” kata Liza.
Selain nama-nama besar tersebut, Liza memproyeksikan saham-saham small cap baru seperti ENRG, WIFI, DSNG, MSIN, dan RAJA juga berpotensi mengalami kenaikan foreign float karena tambahan alokasi dari dana pasif. Ini menunjukkan bahwa dampak dari rebalancing MSCI menyentuh berbagai segmen pasar modal Indonesia, menegaskan peran indeks global sebagai pendorong utama pergerakan investor asing.