Ifonti.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terus tertekan di pasar spot menjelang penutupan perdagangan hari ini. Pada Kamis, 13 November 2025, rupiah ditutup pada Rp 16.728 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kondisi ini menandai pelemahan sebesar 0,07% dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.717 per dolar AS. Akibatnya, rupiah mencatatkan diri sebagai mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan Asia.
Di sisi lain, sentimen positif terlihat pada pergerakan mata uang Asia lainnya hingga pukul 15.04 WIB. Mayoritas mata uang di kawasan ini justru menunjukkan penguatan. Won Korea Selatan memimpin penguatan dengan melonjak sebesar 0,34%.
Tetapkan Kurs Dividen Rp 16.698 per Dolar AS, Segini Dividen Interim Medco (MEDC)
Selain won, peso Filipina juga berhasil ditutup dengan kenaikan sebesar 0,29%, diikuti oleh baht Thailand yang menguat 0,26%. Yuan China juga turut terapresiasi sebesar 0,2%.
Ringgit Malaysia juga menunjukkan performa positif dengan kenaikan 0,18%, sementara dolar Singapura menguat tipis sebesar 0,11%. Yen Jepang pun tak ketinggalan mencatatkan kenaikan sebesar 0,04%.
Dolar Hongkong juga mengalami penguatan tipis sebesar 0,02% terhadap the greenback pada sore hari ini.
Berbanding terbalik, rupee India mengalami koreksi sebesar 0,04%, dan dolar Taiwan ditutup dengan pelemahan tipis sebesar 0,006%.
Ringkasan
Pada tanggal 13 November 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup pada Rp 16.728, mengalami pelemahan sebesar 0,07% dibandingkan hari sebelumnya. Kondisi ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia pada hari tersebut. Sementara itu, sebagian besar mata uang Asia lainnya justru mengalami penguatan.
Won Korea Selatan memimpin penguatan mata uang Asia dengan kenaikan sebesar 0,34%, diikuti oleh peso Filipina dan baht Thailand. Mata uang lain seperti yuan China, ringgit Malaysia, dolar Singapura, yen Jepang, dan dolar Hongkong juga mengalami apresiasi terhadap dolar AS. Sebaliknya, rupee India dan dolar Taiwan mengalami sedikit koreksi.