Ifonti.com JAKARTA – Mata uang Garuda, Rupiah, mengakhiri pekan ini dengan performa yang kurang memuaskan, mencatat pelemahan signifikan. Pergerakan Rupiah sepanjang pekan ini sangat dipengaruhi oleh dinamika politik domestik berupa aksi demonstrasi dan rilis data ekonomi krusial dari Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan data Bloomberg, posisi Rupiah spot ditutup di angka Rp 16.425 per dolar AS pada akhir perdagangan Kamis (4/9/2025), menunjukkan pelemahan harian 0,06%. Secara kumulatif dalam sepekan, mata uang domestik ini terkoreksi 0,44% dari penutupan pekan sebelumnya. Sementara itu, referensi Jisdor Bank Indonesia (BI) mencatat Rupiah berada di level Rp 16.438 per dolar AS, melemah 0,09% dari hari sebelumnya dan terdepresiasi 0,50% sepanjang pekan.
Menurut pengamatan Lukman Leong, seorang analis mata uang dari Doo Financial Futures, Rupiah sebenarnya sempat mendapatkan dukungan di awal pekan. Sentimen positif ini muncul setelah aksi demonstrasi di dalam negeri mulai mereda dan berjalan damai, berbeda dengan kericuhan pekan sebelumnya yang sempat membebani pergerakan Rupiah secara signifikan. Di sisi lain, dolar AS juga memulai pekan dalam posisi tertekan menyusul rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) yang sesuai dengan ekspektasi pasar, meredakan spekulasi kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Namun, kondisi berbalik arah. Lukman menggarisbawahi bahwa aksi jual besar-besaran pada obligasi pemerintah di sejumlah negara dengan ekonomi utama justru memicu penguatan dolar AS. Mata uang Paman Sam tersebut kembali dipersepsikan sebagai aset safe haven sementara di tengah ketidakpastian global. Meskipun dolar AS sempat kembali tertekan oleh data manufaktur dan laporan pembukaan lowongan pekerjaan Jolt yang dirilis lemah, hal ini tidak cukup untuk mengangkat kinerja Rupiah. Investor, tampaknya, masih memilih untuk menahan diri dan cenderung menghindari Rupiah pasca-serangkaian aksi demonstrasi.
Rupiah Jisdor Melemah 0,08% ke Rp 16.438 per Dolar AS pada Kamis (4/9/2025)
Menatap pekan depan, fokus investor akan beralih pada serangkaian rilis data ekonomi penting yang berpotensi memengaruhi pasar keuangan global. Dari eksternal, pasar akan mencermati data perdagangan dan inflasi dari China, serta data inflasi krusial dari Amerika Serikat. Di sisi domestik, perhatian akan tertuju pada publikasi data cadangan devisa Bank Indonesia, hasil survei konsumen, dan angka penjualan eceran yang dapat memberikan gambaran lebih jelas mengenai kondisi ekonomi nasional.
Intip Kurs Transaksi BI Kamis, 4 September 2025: Cek Nilai Tukar Rupiah!
Secara umum, Lukman memprediksi bahwa data ketenagakerjaan Amerika Serikat kemungkinan masih akan menunjukkan pelemahan. Jika prediksi ini terwujud, potensi pelemahan dolar AS terbuka lebar, yang secara teoritis dapat memberikan dukungan bagi Rupiah. Namun, ia menegaskan bahwa meskipun ada potensi tersebut, Rupiah diperkirakan masih akan menghadapi tantangan untuk menguat secara signifikan pada pekan mendatang.
Untuk proyeksi pergerakan Rupiah sepanjang pekan depan, Lukman menaksir mata uang ini akan berfluktuasi dalam rentang Rp 16.350 hingga Rp 16.600 per dolar AS. Khusus untuk perdagangan hari Senin, 8 September 2025, Rupiah diprediksi akan bergerak di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.500 per dolar AS.