Ifonti.com – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menunjukkan pergerakan yang dinamis pada perdagangan Selasa (7/10). Setelah sempat melemah tipis 0,006% ke level Rp 16.584 per dolar AS pada pagi hari, rupiah berhasil membalikkan keadaan. Mengutip data Bloomberg pukul 12.11 WIB, rupiah di pasar spot terpantau menguat 0,13% ke posisi Rp 16.562 per dolar AS.
Melihat fluktuasi ini, Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, memperkirakan rupiah hari ini akan bergerak dalam kisaran yang cukup ketat, yakni antara Rp 16.550 hingga Rp 16.650 per dolar AS.
Kinerja positif rupiah siang ini menjadi kontras dengan penutupan perdagangan sehari sebelumnya. Pada Senin (6/10), rupiah ditutup melemah 0,12% secara harian ke level Rp 16.583 per dolar AS. Namun, berdasarkan kurs Jisdor Bank Indonesia, rupiah justru mencatat penguatan tipis 0,07%, menempatkannya di posisi Rp 16.598 per dolar AS.
Lukman Leong menjelaskan, pelemahan rupiah pada periode sebelumnya tidak lepas dari penguatan dolar AS. Sentimen ini dipicu oleh pernyataan bernada hawkish dari para pejabat The Fed, Logan dan Jefferson, pada hari Minggu, yang mengindikasikan kemungkinan kebijakan moneter yang lebih ketat di Amerika Serikat.
Penguatan indeks dolar AS semakin kentara pada Senin (6/10/2025) menyusul berita pengunduran diri Perdana Menteri baru Prancis, Sébastien Lecornu. Kabar ini menimbulkan gelombang ketidakpastian politik di kawasan Uni Eropa, mendorong investor beralih ke aset yang lebih aman seperti dolar AS. Selain itu, pelemahan tajam mata uang Yen Jepang setelah terpilihnya Sanae Takaichi untuk memimpin Partai Liberal Democratic Party (LDP) juga turut menyeret turun rupiah dan mata uang regional lainnya.
Menatap hari ke depan, Lukman memproyeksikan penguatan dolar AS masih berpotensi berlanjut, yang pada gilirannya dapat kembali menekan nilai tukar rupiah. “Dolar AS diperkirakan masih bisa melanjutkan penguatan yang dengan demikian akan menekan rupiah pada Selasa (7/10/2025),” ujar Lukman kepada Kontan pada Senin (6/10/2025).
Pada Selasa (7/10/2025), tidak ada data ekonomi penting dari AS yang dijadwalkan untuk dirilis, sehingga fokus pasar kemungkinan akan tetap pada perkembangan geopolitik dan sentimen kebijakan moneter global. Sementara itu, dari sisi domestik, perhatian investor tertuju pada data cadangan devisa Indonesia. Bank Indonesia (BI) sebelumnya mencatat bahwa cadangan devisa pada September 2025 turun menjadi US$ 148,7 miliar, sebuah indikator kunci yang terus dipantau untuk stabilitas ekonomi nasional.
Ringkasan
Pada hari Selasa, 7 Oktober 2025, nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan ke Rp 16.562 per dolar AS pada siang hari setelah sebelumnya sempat melemah tipis. Analis memperkirakan rupiah akan bergerak dalam kisaran Rp 16.550 hingga Rp 16.650 per dolar AS pada hari tersebut.
Penguatan dolar AS sebelumnya dipicu oleh sentimen hawkish dari pejabat The Fed dan ketidakpastian politik di Eropa, yang turut menekan rupiah. Fokus pasar hari Selasa tertuju pada perkembangan geopolitik, sentimen kebijakan moneter global, dan data cadangan devisa Indonesia.