Nilai tukar rupiah menunjukkan penguatan tipis pada penutupan perdagangan sore ini, sebuah respons positif terhadap kebijakan pemerintah yang akan menarik dana simpanan senilai Rp 200 triliun dari Bank Indonesia (BI). Dana tersebut rencananya akan dialokasikan ke perbankan domestik guna mendukung stabilitas ekonomi. Pengamat Pasar Uang, Ibrahim Assuaibi, mencatat bahwa rupiah ditutup menguat 8 poin ke level Rp 16.461 per dolar Amerika Serikat, membalikkan pelemahan sebelumnya di level Rp 16.469.
Menurut Ibrahim, langkah strategis pemerintah ini bertujuan ganda: mengatasi masalah kekeringan likuiditas yang tengah dihadapi pelaku industri sekaligus mempercepat laju penyaluran kredit ke sektor riil. Ini krusial untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global. Lebih jauh, kebijakan ini diharapkan dapat memacu perputaran uang di perekonomian. Dengan tambahan likuiditas yang signifikan, perbankan akan memiliki kapasitas lebih besar untuk menyalurkan kredit produktif, yang pada gilirannya akan merangsang konsumsi, investasi, dan mendukung inisiatif prioritas pemerintah.
Kendati demikian, pemerintah masih dalam tahap finalisasi aturan teknis mengenai bank-bank penerima dana ini. Ibrahim menegaskan bahwa regulasi yang tepat menjadi faktor penentu agar penempatan dana benar-benar efektif dalam mendorong ekspansi kredit, bukan sekadar menjadi sumber dana murah bagi perbankan. Dengan dana yang langsung disalurkan ke sistem perbankan, diharapkan bank memiliki kelonggaran yang lebih besar untuk mengarahkan kredit ke sektor-sektor produktif, mulai dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) hingga proyek-proyek strategis berskala besar. Skema ini dipandang vital untuk mempercepat pemulihan dan penguatan ekonomi Indonesia, terutama mengingat tingginya kebutuhan likuiditas menjelang akhir tahun.
Selain faktor domestik, penguatan nilai rupiah juga ditopang oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global. Data harga produsen Amerika Serikat yang lebih rendah dari perkiraan, ditambah dengan revisi signifikan pada angka ketenagakerjaan, mengindikasikan pendinginan di pasar tenaga kerja AS. Kondisi ini memperkuat probabilitas bahwa Bank Sentral AS, The Fed, akan memangkas suku bunga acuannya. Para pelaku pasar kini hampir yakin akan pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan The Fed minggu depan, bahkan beberapa pihak memperkirakan langkah yang lebih agresif.
Perhatian pasar global kini beralih ke rilis data inflasi harga konsumen (CPI) AS yang dijadwalkan pada Kamis malam. Data tersebut diperkirakan akan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3% di bulan Agustus, dengan pembacaan tahunan mencapai 2,9%. Hasil data ini akan menjadi indikator penting selanjutnya yang dapat memengaruhi kebijakan The Fed dan pergerakan nilai tukar rupiah.
Ringkasan
Rupiah mengalami penguatan tipis setelah pemerintah mengumumkan penarikan dana Rp 200 triliun dari Bank Indonesia untuk dialokasikan ke perbankan domestik. Langkah ini bertujuan mengatasi kekeringan likuiditas dan mempercepat penyaluran kredit ke sektor riil, yang diharapkan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah tantangan global.
Penguatan rupiah juga didukung oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global, terutama di Amerika Serikat. Data harga produsen AS yang lebih rendah dari perkiraan dan revisi data ketenagakerjaan meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Pasar kini menantikan rilis data inflasi harga konsumen (CPI) AS yang akan menjadi indikator penting selanjutnya.