JAKARTA. Nilai tukar rupiah berhasil mempertahankan momentum penguatannya di pasar spot hingga penutupan perdagangan hari Kamis (2/10). Mata uang Garuda ini ditutup pada level Rp 16.598 per dolar Amerika Serikat (AS), menandai kinerja yang cemerlang.
Kenaikan ini merupakan apresiasi sebesar 0,22% dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya yang berada di level Rp 16.635 per dolar AS. Dengan capaian ini, rupiah sukses menobatkan diri sebagai mata uang dengan penguatan terbesar di Asia pada periode tersebut.
Tidak hanya rupiah, tren positif juga menyelimuti mayoritas mata uang di Benua Kuning. Hingga pukul 15.00 WIB, banyak mata uang regional terpantau menguat. Dolar Taiwan menempati posisi kedua setelah rupiah, setelah berhasil terkerek 0,13%.
Mengikuti jejak penguatan, peso Filipina juga membukukan kenaikan signifikan sebesar 0,08%. Disusul oleh dolar Singapura dan won Korea Selatan yang sama-sama terapresiasi 0,04%.
Selanjutnya, dolar Hongkong dan ringgit Malaysia terpantau menguat tipis 0,02%. Sementara itu, yuan China menunjukkan penguatan minimal sebesar 0,01% terhadap dolar AS.
Namun, tidak semua mata uang di Asia beruntung. Baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di kawasan ini, terkoreksi 0,09%. Diikuti oleh yen Jepang yang juga terlihat melemah tipis 0,007% terhadap dolar AS pada sore hari.
Ringkasan
Nilai tukar rupiah ditutup pada level Rp 16.598 per dolar AS di pasar spot, mengalami apresiasi sebesar 0,22%. Penguatan ini menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di Asia pada periode tersebut. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga mengalami penguatan, meskipun dengan persentase yang lebih kecil.
Dolar Taiwan, peso Filipina, dolar Singapura, dan won Korea Selatan turut mencatatkan kenaikan. Sementara itu, baht Thailand menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia, diikuti oleh yen Jepang yang juga mengalami sedikit penurunan terhadap dolar AS.