Ifonti.com – JAKARTA. Mata uang rupiah tak mampu mempertahankan kekuatannya dan ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Senin (6/10/2025). Pergerakan nilai tukar rupiah ini diwarnai oleh beragam sentimen, baik dari ranah global maupun domestik.
Di pasar spot, nilai tukar rupiah terpantau merosot 0,12% secara harian, mencapai level Rp 16.583 per dolar AS. Namun, berdasarkan kurs referensi Jisdor Bank Indonesia, Rupiah justru mencatat sedikit penguatan tipis 0,07%, menempatkan posisinya di Rp 16.598 per dolar AS pada hari yang sama.
Menurut Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo, dinamika nilai tukar rupiah pada hari Selasa (7/10/2025) akan sangat rentan terhadap ketidakpastian global. Fokus utama ketidakpastian tersebut masih berpusat pada perkembangan di Amerika Serikat.
Ancaman Government Shutdown AS, atau penutupan pemerintahan federal yang berkepanjangan akibat ketidakpastian politik di Washington, diproyeksikan akan terus menjadi pemicu sentimen negatif bagi selera risiko investor di seluruh dunia. Kondisi ini memperkuat posisi dolar AS sebagai mata uang safe haven di tengah gejolak fiskal.
Melihat posisi rupiah yang ditutup melemah di Rp 16.583 per dolar AS dan ketahanan dolar AS (DXY) di pasar global, Sutopo memproyeksikan pergerakan rupiah esok hari akan cenderung fluktuatif. Potensi pelemahan terbatas masih membayangi, meskipun harapan pasar akan penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) di masa depan memberikan optimisme jangka menengah bagi mata uang Asia.
Secara spesifik, Sutopo memperkirakan rupiah akan bergerak dalam rentang konsolidasi antara Rp 16.530 hingga Rp 16.660 per dolar AS pada Selasa (7/10).
Bergeser ke ranah domestik, Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menyoroti beberapa faktor yang turut mewarnai pergerakan rupiah. Salah satu sentimen negatif yang signifikan adalah lambatnya laju belanja pemerintah. Anggaran kementerian/lembaga (K/L) untuk tahun anggaran 2025 (APBN 2025) mengalami penyerapan yang kurang optimal, sebuah kondisi yang berbeda dari pola belanja di tahun-tahun sebelumnya karena banyaknya penyesuaian.
Meski realisasi belanja K/L tetap berjalan secara reguler, namun kecepatan penyalurannya antar K/L menunjukkan adanya ‘jarak’ atau gap yang cukup mencolok. Meskipun demikian, pemerintah tetap optimistis bahwa setiap K/L akan mampu memaksimalkan penyerapan anggaran menjelang akhir tahun. Kementerian Keuangan bahkan melaporkan adanya progres positif, di mana 12 K/L besar sudah mencapai realisasi belanja hingga 80%.
Dengan mempertimbangkan dinamika domestik dan global tersebut, Ibrahim memproyeksikan mata uang rupiah besok akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah dalam kisaran Rp 16.580 – Rp 16.630 per dolar AS.
Ringkasan
Pada tanggal 6 Oktober 2025, Rupiah melemah terhadap Dolar AS di pasar spot, mencapai Rp 16.583 per dolar AS, meskipun kurs referensi Jisdor BI menunjukkan penguatan tipis. Proyeksi untuk tanggal 7 Oktober 2025 mengindikasikan pergerakan Rupiah yang fluktuatif, dipengaruhi oleh ketidakpastian global terutama terkait potensi Government Shutdown di AS dan lambatnya laju belanja pemerintah di dalam negeri.
Sutopo Widodo memperkirakan Rupiah akan bergerak antara Rp 16.530 hingga Rp 16.660 per dolar AS, sementara Ibrahim Assuaibi memprediksi kisaran Rp 16.580 – Rp 16.630 per dolar AS. Kedua analis menekankan bahwa dinamika domestik dan global akan terus mempengaruhi nilai tukar Rupiah.