Ifonti.com JAKARTA. Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan, tergelincir cukup dalam menyusul pengumuman krusial terkait reshuffle kabinet di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo. Kabar pergantian menteri ini, yang disampaikan pada Senin (8/9/2025) kemarin, segera memicu reaksi di pasar keuangan.
Berdasarkan data perdagangan Selasa (9/9/2025), pergerakan rupiah menunjukkan tren negatif. Mengacu pada laporan Bloomberg, mata uang Garuda ditutup melemah tajam sebesar 1,05%, mencapai level Rp 16.482 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya. Senada, data Jisdor Bank Indonesia (BI) juga mencatat pelemahan rupiah sebesar 0,70% ke level Rp 16.462 per dolar AS jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan Senin (8/9/2025).
Efek Reshuffle, Rupiah Tertekan di Tengah Penguatan Mata Uang Asia, Selasa (9/9)
Pelemahan nilai tukar rupiah ini, menurut pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, utamanya dipicu oleh faktor domestik, yaitu dampak dari reshuffle kabinet. Secara spesifik, yang menjadi sorotan adalah pergantian posisi menteri keuangan dari figur yang sudah lama dipercaya, Sri Mulyani Indrawati, kepada Purbaya Yudhi Sadewa. Perubahan ini sontak menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan investor global mengenai arah kebijakan fiskal Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Ibrahim Assuaibi menjelaskan, selama ini Sri Mulyani telah menjadi representasi stabilitas dan kepastian yang sangat dihargai oleh investor, baik dari dalam negeri maupun mancanegara. Oleh karena itu, kepergiannya dari posisi kunci Menteri Keuangan dinilai berpotensi besar untuk menggoyahkan kredibilitas kebijakan fiskal Indonesia di mata pelaku pasar, memicu ketidakpastian yang berdampak langsung pada nilai tukar rupiah.
Rupiah Melemah ke Rp 16.442 per Dolar AS pada Selasa (9/9) Siang, Ini Sentimennya
Beranjak ke prospek perdagangan selanjutnya, untuk hari Rabu (10/9/2025), pasar tengah mencermati data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk bulan Agustus yang dijadwalkan akan dirilis pada minggu ini. Ibrahim menerangkan bahwa para pelaku pasar sedang mengamati dengan saksama kemungkinan kenaikan inflasi lebih lanjut di Negeri Paman Sam, mengingat sebagian besar tarif yang diberlakukan oleh mantan Presiden Trump mulai berlaku penuh pada bulan lalu. Sentimen global ini turut memberikan tekanan tambahan terhadap pergerakan rupiah.
Menyikapi berbagai sentimen tersebut, Ibrahim Assuaibi menaksir bahwa pergerakan rupiah pada Rabu (10/9/2025) diperkirakan akan cenderung fluktuatif. Meskipun demikian, ia memproyeksikan rupiah akan ditutup melemah, bergerak di kisaran Rp 16.480 hingga Rp 16.540 per dolar AS.