Jakarta, IDN Times – Anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akibat demonstrasi nasional tak menyurutkan optimisme PT Indo Premier Sekuritas (IPOT). Di tengah badai ketidakpastian politik, IPOT melihat peluang investasi emas yang menjanjikan, terlebih dengan aliran dana asing (foreign inflow) yang masih mencapai Rp1,3 triliun pekan lalu. Meskipun demikian, IPOT tetap waspada terhadap potensi perubahan arus modal asing.
“Meskipun Jumat lalu masih terlihat aliran dana asing masuk cukup besar ke IHSG, kemungkinan perubahan arah tetap ada akibat ketidakpastian politik dalam negeri,” ungkap Equity Analyst IPOT, David Kurniawan, dalam pernyataan resmi Senin (1/9/2025).
Sepanjang pekan lalu, IHSG ditutup di level 7.830, melemah sekitar 0,36 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Ironisnya, penurunan ini terjadi meskipun investor asing melakukan pembelian (inflow) mencapai Rp1,3 triliun di pasar reguler. IHSG sempat menyentuh level tertinggi 8.023 pada 28 Agustus 2025, sebelum anjlok signifikan pasca demonstrasi dan meningkatnya ketidakpastian politik.
1. Sentimen yang Mempengaruhi IHSG Pekan Lalu 
David Kurniawan mencatat beberapa sentimen global yang memengaruhi IHSG. Perlambatan aliran dana global dan kehati-hatian investor terkait independensi Federal Reserve AS, menyusul upaya Presiden Trump memecat seorang Gubernur Fed, mengakibatkan penurunan inflow ke dana ekuitas global. Secara simultan, harga emas spot melonjak hingga sekitar 3.448,5 dolar AS per troy ounce, rekor tertinggi sepanjang sejarah, didorong oleh ketidakpastian politik, termasuk upaya penggantian Gubernur Fed oleh Trump, yang mendorong investor mencari aset aman.
Di sisi domestik, sentimen kepercayaan konsumen menunjukkan sedikit peningkatan. Indeks keyakinan konsumen Juli naik ke 118,1 dari 117,8 pada Juni. Peningkatan ini didorong oleh harapan peningkatan pendapatan dan peluang kerja, menunjukkan sub-indeks ekspektasi yang membaik.
2. Sentimen yang Bisa Mempengaruhi IHSG Pekan Ini 
Melihat potensi pasar pekan ini, David menekankan fokus pada aksi protes dan gejolak pasar sebagai sentimen kunci. “Demonstrasi mahasiswa dan pekerja terkait gaji DPR, dana pendidikan, dan program makan sekolah mengakibatkan penurunan IHSG lebih dari 2 persen dan pelemahan rupiah hampir 1 persen. Bank Indonesia dan pengawas bursa perlu turun tangan untuk stabilisasi,” tegasnya.
David memproyeksikan pelemahan IHSG pekan depan, karena pasar akan mencermati dinamika demonstrasi dan pernyataan otoritas, termasuk langkah Bank Indonesia (BI) dan Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Otoritas Jasa Keuangan (OJK), untuk mencegah kepanikan. Para trader dan investor perlu memperhatikan level support penting IHSG di kisaran 7.700-7.800.
3. Rekomendasi Saham Pekan Ini 
Menanggapi pasar yang sensitif terhadap demonstrasi, IPOT merekomendasikan beberapa saham berikut:
1. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM): Kenaikan harga emas ke level tertinggi sepanjang masa menjadi sentimen positif. Bahkan saat IHSG turun Jumat lalu, ANTM menunjukkan candlestick yang menarik. Fundamentalnya juga kuat, ditunjukkan dengan kenaikan laba bersih 203 persen pada semester I-2025.
2. PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA): Sebagai toko emas butik, HRTA diuntungkan oleh kenaikan harga emas. Kolaborasi yang direncanakan dengan PT BRI Syariah Indonesia Tbk (BRIS) untuk membentuk BSI gold akan memperluas pangsa pasar HRTA.
3. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO): Peningkatan keyakinan konsumen menunjukkan konsumsi masyarakat yang masih terjaga. SIDO, sebagai produk konsumsi harian, lebih tahan terhadap kondisi ekonomi saat ini, dan harga sahamnya berada dekat dengan area support.
Ringkasan
Menurut PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), demonstrasi nasional yang menyebabkan penurunan IHSG tidak menyurutkan optimisme investasi. IPOT melihat peluang investasi emas yang menjanjikan, didukung oleh kenaikan harga emas dan fundamental perusahaan yang kuat. Sentimen pasar saat ini dipengaruhi oleh aksi protes, sehingga investor disarankan untuk memperhatikan level support IHSG di kisaran 7.700-7.800.
IPOT merekomendasikan tiga saham yang dianggap tahan terhadap gejolak pasar akibat demonstrasi: PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) karena kenaikan harga emas, PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA) yang diuntungkan oleh harga emas dan kolaborasi dengan BRI Syariah, serta PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) karena produk konsumsi harian yang stabil.